Rupiah Masih Melemah, Investor Khawatir Amerika Percepat Kenaikan Bunga
Saat ini dolar memang sedang menguat karena pengaruh perlambatan ekonomi Eropa
Saat ini dolar memang sedang menguat karena pengaruh perlambatan ekonomi Eropa
Bareksa.com - Minimnya berita positif dari internal, terlebih dengan defisit yang terjadi para neraca perdagangan Indonesia bulan Agustus 2014 sebesar USD0,31 miliar semakin menekan nilai tukar rupiah yang melemah akibat faktor luar negeri.
Menurut Ariston Tjendra, Head of Research PT Monex Investindo Futures, faktor eksternal akan adanya kemungkinan Amerika mempercepat peningkatan suku bunga lebih mempengaruhi pergerakan nilai tukar hari ini.
Pelaku pasar juga menunggu data non-farm payroll (NFP) dan data pengangguran Amerika yang akan dirilis Jum'at nanti.
Promo Terbaru di Bareksa
"Selain itu, saat ini dolar memang sedang menguat karena pengaruh perlambatan ekonomi Eropa," ujar Ariston kepada Bareksa.com.
Kemarin, data CPI Eropa turun menjadi 0,3 persen dari 0,4 persen, dimana angka tersebut berada di bawah target European Central Bank (ECB) yang hanya di bawah 2 persen sehingga membuat Euro sempat melemah.
Dari faktor internal, selain karena defisitnya neraca berjalan mungkin juga karena faktor politik, tambah Ariston.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar kembali melemah. Rupiah melemah hingga level Rp12.168 per dolar Amerika dimana sebelumnya sedikit menguat ke Rp12.117 per dolar Amerika karena adanya intervensi dari Bank Indonesia (BI).
Sementara itu, perdagangan surat utang negara (SUN) bergerak mixed. Hampir seluruh SUN benchmark mengalami kenaikan yield, namun hanya yield SUN tenor 10 tahun (FR0071) yang turun 1 bps ke 8,85 persen.
SUN 9 persen (Maret 2029) ini memang banyak diperdagangkan hari ini dengan frekuensi sekitar 51 kali dan volume mencapai Rp1,68 triliun sehingga menyebabkan harganya meningkat 13 bps ke 101,18 persen.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 3,33 poin ke level 5.140,91 dengan nilai transaksi mencapai Rp5,6 triliun dan penjualan bersih investor asing Rp529 miliar.
Sektor properti mengalami penguatan tertinggi yakni sebesar 1,27 persen sedangkan sektor infrastruktur mengalami pelemahan tertinggi sebesar 1,18 persen. (NP)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.