Berita Hari Ini: Pajak Pembelian SUN dari Investor Singapura Hijaukan Pasar
OJK nyatakan tak ada pejabat temui nasabah, Investor asing borong saham Rp294,69 miliar, Mandiri Sekuritas optimistis
OJK nyatakan tak ada pejabat temui nasabah, Investor asing borong saham Rp294,69 miliar, Mandiri Sekuritas optimistis
Bareksa.com - Berikut sejumlah berita dan informasi terkait ekonomi, pasar modal dan investasi yang disarikan dari media dan keterbukaan informasi, Jumat, 7 Februari 2020.
SUN
Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat lagi pada perdagangan hari ini, di tengah sentimen positif dari global penanganan kasus virus corona Wuhan serta, perjanjian pajak Singapura-Indonesia yang menutup beberapa faktor negatif dari dalam negeri. Perjanjian pajak Singapura-Indonesia yang terkait dengan pengenaan kembali pajak obligasi yang dibeli warga negara tersebut diyakini dapat membantu pemasukan pajak dan akan menjadi pemasukan tambahan bagi APBN.
Sentimen negatif dari dalam negeri yaitu pertumbuhan ekonomi 2019 dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang di bawah ekspektasi. Faktor lain adalah aksi ambil untung investor asing ketika harga pasar obligasi menguat sejak awal pekan ini.
Promo Terbaru di Bareksa
CNBC Indonesia menyebutkan, naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0082 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 3,3 basis poin (bps) menjadi 6,57 persen di mana besaran 100 bps setara dengan 1 persen.
Ramdhan Ario Maruto, Head of Fixed Income PT Anugerah Sekuritas Indonesia, menilai kenaikan pendapatan pajak obligasi yang selama ini tidak ditarik dari investor asal Singapura, yang diduga juga termasuk investor domestik yang membeli dari negara tersebut, dapat membantu APBN.
"Selain itu, kesetaraan pajak antara investor Singapura dan investor domestik dapat membantu kondusifitas pasar terjaga," ujarnya Kamis, (6/2/20). Dia juga menilai penetapan pajak tidak harus langsung diberlakukan dalam jumlah yang sama tetapi adanya pengenaan sudah memberi sentimen yang baik bagi pasar dalam negeri.
Ariawan, Head of Fixed Income Research PT BNI Sekuritas, berpendapat yang sama dengan Ramdhan bahwa pajak dapat berdampak positif pada APBN. "Positif buat pajak, yang akhirnya berdampak positif ke market juga. Karena kalau penerimaan pajak meningkat, penerimaan APBN meningkat, ekonomi tumbuh, market jadi positif juga. Tidak ada (dampak negatif dariminat investor Singapura yang turun) karena sejauh ini secara porsi, investor asing pemegang terbesar bond Indonesia itu dari Eropa."
Menurut dia, investor di Eropa sedang mencari instrumen yang dapat menawarkan return lebih besar karena di kawasan asalnya sedang terjadi quantitative easing (QE) meskipun likuiditas dana di sana masih besar. Hal tersebut, lanjutnya, membuat investor asing masih akan tertarik pada SUN dan diyakini masih akan masuk ke pasar obligasi Indonesia.
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,63 poin (0,23 persen) menjadi 277,16 dari posisi kemarin 276,53.
Penguatan SBN juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 492 bps, menyempit dari posisi kemarin 495 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik tipis dan relatif stagnan yaitu hanya 0,2 bps hingga yield-nya menjadi 1,64 persen.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
OJK
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengklaim bahwa telah menjalankan prosedur saat menerima aduan para pemegang polis saving plan PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Otoritas pun menyatakan telah melakukan fungsinya dalam masalah Jiwasraya.
Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis OJK, Anto Prabowo mengatakan pihaknya menerima kedatangan para pemegang polis tanpa pemberitahuan sebelumnya. Dia pun menyatakan permohonan maaf jika penerimaan tersebut tidak sesuai ekspektasi nasabah Jiwasraya.
"Prosedur kami adalah ketika ada pengaduan dari nasabah maka kami melibatkan ketiga pihak tersebut. Itu prosedur yang sudah dilakukan, jadi tidak ada yang bermaksud untuk mengecilkan arti kedatangan mereka dengan tidak diterima oleh pejabat di level tertinggi OJK," ujar Anto kepada Bisnis, Kamis (6/2/2020).
Dia menjabarkan bahwa penerimaan tersebut telah sesuai prosedur OJK karena para nasabah diterima oleh Deputi Direktur Pengawasan Asuransi OJK I Wayan Wijana, Deputi Direktur Hubungan Kelembagaan OJK Nurita, dan staf dari bidang edukasi perlindungan konsumen.
Selain itu, Anto mengklaim bahwa OJK telah melaksanakan fungsi dan tugasnya dalam penyelesaian masalah gagal bayar Jiwasraya. Regulator tengah mengupayakan penyehatan. Saat yang sama proses hukum sedang berjalan.
Menurut Anto, upaya penyehatan Jiwasraya tidak dilakukan oleh otoritas, melainkan oleh pemegang saham utama yakni Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). OJK berperan untuk memfasilitasi upaya penyehatan yang diusulkan oleh pemilik perseroan.
"Misalkan adakah aturan-aturan yang bisa diterapkan untuk suatu perusahaan yang sedang dalam penyehatan, misalkan apakah dia harus langsung dikenakan risk based capital [RBC] 120% langsung? Kan enggak mungkin seperti itu. Kewenangan otoritas untuk menilai seberapa jauh penyehatan dan angka-angka pemenuhan indikator yang harus dipenuhi," ujar dia.
Selain itu, OJK pun bertugas untuk meyakinkan pemegang polis mengenai upaya-upaya penyehatan yang sedang dijalankan Kementerian BUMN. Anto menjabarkan, bahwa saat ini upaya penyehatan dilakukan dengan berbagai cara, misalnya pembentukan anak usaha Jiwasraya Putra.
Anto menekankan bahwa otoritas memasang rambu bagi Kementerian BUMN dan Jiwasraya dalam melakukan penyehatan agar bisa dilakukan secepat mungkin. Hal tersebut agar hak nasabah dapat segera terpenuhi.
"Ada risiko bagi otoritas ketika induknya sedang mengalami penyehatan tapi menghasilkan anak [usaha]. Maka kami memberikan batasan jangka waktu usaha ini untuk segera dilakukan, jangan sampai ini dibiarkan terlalu lama. Itu salah satu fungsi dari regulator," ujar Anto.
Pada Kamis (6/2/2020), 50 nasabah Jiwasraya mendatangi kantor OJK untuk mengirimkan surat dan meminta kejelasan pembayaran klaim jatuh tempo. Salah seorang perwakilan nasabah, Haresh Nandwani, menilai bahwa mereka tidak memperoleh kejelasan apapun dari otoritas.
Bahkan, Haresh mengklaim bahwa OJK hanya mendengarkan keluhan para nasabah, tidak memberikan tanggapan yang berarti. "Mereka tadi hanya mengatakan ya pergi ke pemilik perusahaan, mereka menyarankan kami ke Kementerian BUMN. Dilempar saja. Keahlian mereka itu satu, dipingpong saja (nasabah), tendang kiri tendang kanan," ujar Haresh usai pertemuan tersebut.
Investor Asing
Aksi beli bersih saham oleh investor asing berlanjut pada perdagangan hari ini, Kamis (6/2/2020), sejalan dengan berlanjutnya reli Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing membukukan aksi beli bersih (net buy) senilai sekitar Rp294,69 miliar, net buy hari ketiga berturut-turut.
Aksi beli oleh investor asing pada Kamis (6/2) tercatat 1,52 miliar lembar saham senilai Rp3,59 triliun. Adapun aksi jual oleh investor asing tercatat 1,75 miliar lembar saham senilai Rp3,30 triliun. Total nilai transaksi yang terjadi di lantai bursa mencapai sekitar Rp7 triliun dengan volume perdagangan tercatat sekitar 6,27 miliar lembar saham.
Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg yang dikutip Bisnis, IHSG berhasil menambah kenaikannya dan melanjutkan reli pada akhir perdagangan hari ketiga beruntun. Pergerakan IHSG ditutup di level 5.987,14 dengan kenaikan 0,14 persen atau 8,63 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Rabu (5/2/2020), IHSG berakhir di level 5.978,51 dengan penguatan 0,95 persen atau 56,17 poin, reli hari kedua berturut-turut. Pergerakan indeks bahkan sempat kembali menembus level 6.000 dengan dibuka menguat 0,41 persen atau 24,41 poin di posisi 6.002,92 pada Kamis (6/2) pagi. Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG bergerak fluktuatif di level 5.969,48 – 6.013,70.
Sebanyak tujuh dari sembilan sektor berakhir di wilayah positif, dipimpin pertanian (+1,94 persen) dan aneka industri (+1,28 persen). Adapun sektor industri dasar dan barang konsumen masing-masing terkoreksi 1,10 persen dan 0,23 persen.
Sementara itu dari 676 saham yang diperdagangkan di BEI kemarin, sebanyak 231 saham menguat, 149 saham melemah, dan 296 saham stagnan. Saham PT Bank Mega Tbk (MEGA) dan PT Astra International Tbk (ASII) yang masing-masing naik 14,29 persen dan 1,56 persen menjadi pendorong utama IHSG.
Di sisi lain, pelemahan saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) masing-masing sebesar 1,85 persen dan 4,06 persen menjadi penekan utama sekaligus membatasi besarnya penguatan IHSG.
Mandiri Sekuritas
Sepanjang Januari 2020, Mandiri Sekuritas mencatat nilai transaksi yang dikelola sebesar Rp19,23 triliun. Nilai ini merosot sebesar 61 persen dibandingkan nilai transaksi pada Januari 2019 sebanyak Rp49,29 triliun.
Dannif Danusaputro, Direktur Utama Mandiri Sekuritas mengatakan meski nilai transaksi yang dikelola oleh Mandiri Sekuritas pada Januari 2020 turun, namun pihaknya belum bisa mengukur dampak terhadap kinerja keseluruhan untuk tahun ini. Yang pasti, perusahaan optimistis kinerja ke depannya bakal lebih baik.
Lebih lanjut, ia menuturkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang melemah sebesar 4,96 persen dari awal tahun 2020. Namun, lanjutnya, negara-negara lain juga mengalami hal serupa. "Hal ini menunjukkan IHSG lebih didorong sentimen global, seperti efek dari virus corona dan geopolitik dunia, bukan sentimen domestik," katanya pada Kontan, Kamis (6/2).
Dannif melihat, potensi aliran modal masuk ke Indonesia masih tinggi secara fundamental. Adapun salah satu faktor pendorongnya adalah European Central Bank dan Bank Sentral Jepang masih melakukan Quantitative Easing (QE), sehingga ketersediaan likuiditas global masih akan tetap besar.
Hal ini terbukti dari lelang obligasi pemerintah Indonesia yang mengalami oversubscribe sebesar 3 kali di saat yield dan spread yang ditawarkan merupakan yang terendah. Selain itu, Bloomberg 2020 Survey menempatkan Indonesia sebagai destinasi teratas bagi investasi obligasi dan saham.
Secara umum, Dannif menilai pasar modal Indonesia masih dapat terus berpotensi mencatat kinerja kuat lantaran Indonesia masih dinilai atraktif. "Tidak hanya di mata direct investors, namun juga para portfolio investors," lanjutnya.
Beberapa indikator yang menandakan menariknya pasar Indonesia meliputi, apresiasi nilai tukar rupiah yang terus berlanjut di tahun 2020 dengan penguatan 0,7 persen Ytd, setelah pada 2019 mencatatkan penguatan sebesar 4 persen. Di sisi lain, negara-negara tetangga masih mengalami depresiasi 1,8 persen Ytd 2020.
Kamudian, yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun yang melanjutkan penurunan sebesar 36,2 basis poin (bps) secara year to date (ytd), setelah tahun lalu turun 79 bps. Menurutnya, trend ini lebih baik dari negara-negara tetangga lain yang rata-rata mencatatkan yield sebesar 9 bps Ytd 2020.
Selanjutnya, ia memandang fundamental makro ekonomi Indonesia juga terbilang solid, antara lain terlihat dari lembaga rating internasional, seperti Japan Credit Rating (JCR) yang memutuskan untuk menaikkan sovereign rating Indonesia menjadi BBB+ pada awal tahun ini. Mandiri Sekuritas pun menargetkan untuk menjaga posisi sebagai broker lokal dengan nilai transaksi terbesar di pasar modal dengan angka pertumbuhan yang positif.
Sepanjang tahun lalu, Mandiri Sekuritas mencatatkan nilai transaksi total Rp334,7 triliun, menempati peringkat pertama di Bloomberg League Table dengan pangsa pasar 7,6 persen dari total transaksi saham di BEI sebesar Rp4.424 triliun. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.