OVO Siap Buat Aplikasi Android untuk Huawei
OVO mengatakan tidak perlu melakukan banyak konfigurasi khusus agar aplikasi OVO bisa masuk ke dalam AppGallery
OVO mengatakan tidak perlu melakukan banyak konfigurasi khusus agar aplikasi OVO bisa masuk ke dalam AppGallery
Bareksa.com - OVO, platform pembayaran digital terdepan di Indonesia, menyatakan ketertarikannya untuk membuat aplikasi bagi toko aplikasi Android milik Huawei, AppGallery.
Langkah itu karena Huawei kini tidak bisa lagi menggunakan layanan Google Mobile Services (GMS) akibat pemboikotan yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat. Huawei kini mengembangkan Huawei Mobile Services (HMS) sebagai alternatif dari GMS.
Dilansir Kompas.com (14/11/2019), Romin Adi Santoso, salah satu developer OVO mengatakan pihaknya tidak perlu melakukan banyak konfigurasi khusus agar aplikasi OVO bisa masuk ke dalam AppGallery. Sebab untuk beralih dari GMS ke HMS hanya butuh sedikit penyesuaian.
Promo Terbaru di Bareksa
"Huawei juga market leader di sini. Integrasinya juga tidak susah. Hanya tinggal alokasi waktu aja. Jadi ya nothing to lose," ungkap Romin kepada KompasTekno di Singapura.
Romin mengatakan meski Huawei kerap diterpa isu keamanan, OVO tidak melihat adanya potensi masalah dari sektor keamanan. "Gak susah sebenarnya. Karena kita tidak terlalu banyak menggunakan GMS, jadi porting-nya juga tidak banyak. Ini sudah didiskusikan dengan tim, tinggal masalah eksekusi," lanjutnya.
Salah satu layanan dari HMS adalah AppGallery. Layanan ini mirip Google Play Store di mana pengguna bisa mengunduh dan memasang beragam aplikasi pada ponsel Huawei milik mereka. Layanan ini juga sebagai pengganti Google Play Store yang tidak tersedia di smartphone Huawei. Agar bisa masuk ke dalam AppGallery, aplikasi yang dikembangkan pengembang harus disesuaikan dengan HMS. Itulah sebabnya perusahaan asal China ini menggelar acara bertajuk Huawei Developer Day (HDD) yang digelar di Hotel Capella Singapura, Rabu (13/11/2019) kemarin.
Selain OVO, pengembang aplikasi asal Indonesia lainnya Blibli juga menyatakan ketertarikannya untuk bisa masuk ke AppGallery. Sebab layanan tersebut memiliki potensi yang besar khususnya di Indonesia.
OVO saat ini juga sedang gencar mendukung Bank Indonesia dalam memberikan edukasi dan sosialisasi penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). OVO berupaya meningkatkan pemahaman masyarakat maupun usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tentang QRIS di tengah perkembangan ekonomi digital.
"Karena itu, OVO senantiasa berperan aktif mendukung inisiatif Bank Indonesia mempercepat penetrasi ekonomi digital di kalangan UMKM, dengan turut ambil bagian dalam acara Fintech Festival Bank Indonesia (FifesBI)," kata President Director OVO, Karaniya Dharmasaputra, dilansir investor.id (13/11/2019)
Acara yang digelar pada 9-10 November 2019 di Cirebon Super Block Mall, Jawa Barat, tersebut turut dihadiri oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon Fadhil Nugroho. Karaniya mengatakan pihaknya berkomitmen penuh mendukung misi pemerintah dalam menciptakan ekosistem keuangan digital yang inklusif.
“Kami bangga kembali dipercaya untuk turut serta dalam inisiatif Bank Indonesia guna memperdalam adopsi transaksi nontunai, khususnya dengan penggunaan QRIS yang nantinya digunakan secara menyeluruh pada tanggal 1 Januari 2020,” katanya.
Awal Oktober lalu, mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara, menyatakan, OVO bergabung di jajaran unicorn asal Indonesia, sebagai perusahaan pembayaran dan layanan keuangan digital pertama.
Dalam laporan CB Insights bertajuk The Global Unicorn Club disebutkan OVO memiliki valuasi US$2,9 miliar atau setara Rp40,6 triliun. Unicorn merupakan julukan bagi startup yang memiliki valuasi di atas US$1 miliar atau Rp14 triliun. CB Insights menyatakan OVO menyandang status unicorn sejak 14 Maret 2019. Pertumbuhan valuasi OVO dinilai cukup cepat bahkan melampaui valuasi Traveloka dan Bukalapak yang sudah lebih dahulu menyandang status unicorn.
Daftar Unicorn RI
1. GO-JEK dengan valuasi US$10 miliar (Rp140 triliun)
2. Tokopedia dengan valuasi US$7 miliar (Rp98 triliun)
3. OVO dengan valuasi US$2,9 miliar (Rp40,6 triliun)
4. Traveloka dengan valuasi US$2 miliar (Rp28 triliun)
5. Bukalapak dengan valuasi US$1 miliar (Rp14 triliun).
(*)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.