Berita Hari Ini : AKRA Dapat Izin Jual Avtur, UNTR Jual 837 Alat Berat
FAST lanjutkan penambahan gerai baru, ASGR memacu lini dokumen, laba SDRA naik 22,62 persen
FAST lanjutkan penambahan gerai baru, ASGR memacu lini dokumen, laba SDRA naik 22,62 persen
Bareksa.com - Berikut intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 29 Maret 2019 :
PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberikan izin kepada perseroan untuk menjual bahan bakar pesawat terbang atau avtur. Namun izin yang diberikan hanya sementara untuk satu wilayah saja.
Promo Terbaru di Bareksa
Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Muhammad Rizwi Jilanisaf Hisjam membenarkan hal tersebut. Pemerintah telah memberikan izin sementara kepada AKRA melalui PT Dirgantara Petroindo yang bekerjasama dengan BP Indonesia-AKRA.
"Baru satu badan usaha. Rencananya mereka akan menjalankan bisnisnya di Bandara Morowali, Sulawesi Tengah," jelas dia seperti dikutip Kontan.
Namun Rizwi belum bersedia menyebutkan masa berlakunya izin sementara tersebut. Satu hal yang pasti, penjualan avtur BP-AKR belum berjalan lantaran masih dalam tahap persiapan membangun fasilitas niaga.
Sebelumnya, Corporate Secretary and Head of Investor Relations PT AKR Corporindo Tbk, Ricardo Silaen menyebutkan, peluang bisnis avtur di dalam negeri cukup menggiurkan, terutama di tengah pertumbuhan bisnis transportasi udara.
PT United Tractors Tbk (UNTR)
Hingga akhir Februari tahun ini, perseroan berhasil menjual 837 unit alat berat. Jumlah ini meningkat 10,71 persen dibanding dengan penjualan periode sama tahun 2017 yang sebanyak 756 unit.
Sekretaris Perusahaan UNTR Sara K Loebis menyebutkan, pada Januari, UNTR menjual 465 unit, sementara 372 unit terjual pada Februari. UNTR mencatatkan market share 42 persen di dua bulan pertama tahun ini.
"Proyeksi penjualan sampai tutup kuartal pertama tahun ini masih sesuai dengan target yang ditentukan," kata dia.
Menurut catatan UNTR, pada periode Januari-Februari 2019, penjualan alat berat merek Komatsu di sektor pertambangan masih berkontribusi paling besar, yaitu sebanyak 53 persen. Kemudian penjualan ke sektor konstruksi sebesar 26 persen. Adapun sektor kehutanan berkontribusi 11 persen dari total penjualan Januari-Februari 2019.
PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST)
Perseroan mampu menjaga laba. Hingga pada akhir 2018, laba tahun berjalan mereka tumbuh 26,96 persen yoy menjadi Rp212,01 miliar.
Agar momentum pertumbuhan dobel tahun lalu berlanjut pada tahun 2019, Fast Food Indonesia menyiapkan sejumlah jurus. Mulai dari penciptaan produk baru, penerapan strategi pemasaran menarik hingga melanjutkan pembukaan gerai di lokasi-lokasi strategis. Sementara sepanjang 2019 Fast Food Indonesia merencanakan penambahan 60 gerai KFC baru.
Menurut jadwal yang sudah mereka tetapkan, pembukaan gerai baru akan lebih banyak terjadi pada kuartal II dan kuartal III. Realisasi gerai dari Januari-Maret 2019 sebanyak 10 gerai. Selain lokasi yang sudah dirambah, Fast Food Indonesia mengincar lokasi baru. Dua contohnya yakni Mamuju, Sulawesi Barat dan Berau, Kalimantan Timur.
"Kami selalu melihat dan mengejar daerah-daerah baru yang potensial serta menyesuaikan dengan market development yang dilakukan," tutur Direktur PT Fast Food Indonesia Tbk Shivashish Pandey seperti dikutip Kontan.
PT Astra Graphia Tbk (ASGR)
Perseroan memacu lini usaha solusi dokumen. Sepanjang tahun ini, mereka menargetkan pertumbuhan kinerja 10-15 persen dari lini usaha tersebut. Salah satu strategi Astra Graphia adalah menambah produk.
Mereka memperkenalkan produk baru yakni mesin fotokopi multi fungsi ApeosPort/DocuCentre-VII Series. Sasarannya adalah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Target penjualan dan sewa dari produk anyar tadi pada tahun ini, sebanyak 1.500 unit.
"Jadi harapannya, bisa 750 sewa dan 750 terjual," ujar Direktur PT Astra Graphia Tbk Mangara Pangaribuan seperti dikutip Kontan. Mangara menyebutkan, Fuji Xerox Apeosport/DocuCentre-VII Series akan dijual di kisaran harga Rp100 juta hingga Rp300 juta dengan target 1.500 pembeli per tahun.
Peluncuran produk baru dengan target pelaku UMKM tidak berhenti di sini. Tahun 2019, Astra Graphia masih berencana menambah tiga produk lain. Strategi lain Astra Graphia mengembangkan lini usaha solusi dengan menambah nilai produk atawa value added. Misalnya dengan menciptakan aplikasi untuk meningkatkan kualitas produk.
PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA)
Perseroan sepanjang tahun 2018 berhasil membukukan laba bersih Rp438,72 miliar atau tumbuh 22,62 persen secara year on year (yoy). Direktur Bank Woori Saudara I Made Mudiastra mengatakan pencapaian tersebut melebihi target yang ditetapkan pada awal 2018 yaitu di kisaran 8-11 persen.
Pertumbuhan laba diiringi peningkatan aset 9,4 persen menjadi Rp29,63 triliun dari sebelumnya Rp27,09 triliun. Jumlah ekuitas tahun 2018 juga tercatat naik tipis 7,26 persen menjadi Rp6,55 triliun.
Seluruh pencapaian tersebut menurut Made melebihi ekspektasi yang dipatok 9-11 persen tahun lalu. Kenaikan aset terutama dari realisasi kredit tahun 2018 mencapai Rp22,29 triliun atau meningkat 19,51 persen dari periode tahun 2017 sekitar Rp18,65 triliun.
Namun penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) justru menurun 9,09 persen secara tahunan menjadi Rp15,39 triliun per akhir Desember 2018. Sementara margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) menjadi 5,04 persen, naik dari tahun sebelumnya 4,86 persen.
"NIM meningkat salah satunya karena kredit kami kombinasi dari rupiah dan valuta asing (valas) sehingga lebih murah," katanya.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.