Berita Hari Ini : Capital Inflow US$6,3 Miliar, AKRA Bidik Pendapatan Naik 15%
Rating ISAT turun, PTBA tambah produksi batu bara kalori tinggi, CSAP tambah lima gerai, ADRO lanjutkan PLTU
Rating ISAT turun, PTBA tambah produksi batu bara kalori tinggi, CSAP tambah lima gerai, ADRO lanjutkan PLTU
Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin, 25 Maret 2019 :
Dana Asing
Kondisi ekonomi yang relatif stabil mendorong masuknya dana asing (capital inflow) ke dalam negeri. Bank Indonesia mencatat US$6,3 miliar masuk atau inflow sejak awal tahun hingga pertengahan Maret 2019.
Promo Terbaru di Bareksa
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan dana itu masuk ke berbagai instrumen keuangan dalam negeri, di antaranya ke portofolio Rp73 triliun year to date. Secara terperinci, angka itu terdiri dari dana asing yang masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) Rp62,5 triliun dan ke pasar saham Rp11,9 triliun.
"Ini menunjukkan kepercayaan kepada Indonesia itu bagus, terbukti dari masuknya investasi portofolio ke Indonesia dan penanaman modal asing," katanya.
Menurut Perry, masuknya dana asing ke Indonesia ini disebabkan nilai tukar Indonesia yang relatif stabil, kondisi ekonomi yang baik di mana pertumbuhan ekonomi meningkat, inflasi rendah, dan defisit transaksi berjalan (current account deficit atau (CAD) yang menurun.
Dengan besarnya dana asing tersebut, bank sentral kembali optimistis Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) bakal mencatat surplus karena CAD menurun dan neraca modal mengalami surplus yang tinggi.
PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)
Sumber energi bahan bakar minyak (BBM) belum sepenuhnya tergantikan. Permintaan dalam negeri juga masih terus tumbuh. Hal ini yang mendasari PT AKR Corporindo menargetkan pertumbuhan tahun ini mencapai dua digit. "Tahun ini kami targetkan pendapatan naik 15 persen," ujar Direktur AKRA Suresh Vembu seperti dikutip Kontan.
Dengan pendapatan tahun lalu mencapai Rp23,55 triliun, artinya perusahaan mengincar pendapatan Rp27,08 triliun tahun ini. Sumber pendapatan tahun ini masih berasal dari permintaan BBM.
AKRA optimistis target tercapai lantaran tahun lalu, saat pertumbuhan ekonomi belum mencapai target, perdagangan dan distribusi BBM perusahaan naik 42,60 persen menjadi Rp17,14 triliun. Pertumbuhan ekonomi 2019 diprediksi tumbuh baik di kisaran 5 persen-5,5 persen.
"Sekarang, kami juga bekerjasama dengan British Petroleum untuk ritel, sehingga akan ada peningkatan volume dari ritel," imbuh Suresh.
PT Indosat Tbk (ISAT)
Prospek perseroan sepertinya memang kurang baik. Dua lembaga rating, yakni Fitch Ratings dan Moodys, telah memangkas peringkat utang dan outlook emiten telekomunikasi ini.
Terbaru, Moody's menurunkan outlook peringkat ISAT menjadi negatif dari sebelumnya stabil. Pada saat bersamaan, Moody's menegaskan rating ISAT menjadi Baa3.
Nidhi Dhruv, Wakil Presiden dan Analis Senior Moody's, melalui rilisnya, menyebut, prospek ISAT negatif karena keuangan emiten ini melemah akibat ekspansi layanan 4G. Selain itu, ISAT juga tertekan karena kebijakan pendaftaran SIM prabayar di Indonesia dan penurunan pendapatan suara dan SMS sepanjang tahun lalu.
Akibatnya, pendapatan ISAT turun 23 persen jadi Rp23,1 triliun. Kendati sektor seluler kompetitif, ada kenaikan tipis secara kuartalan untuk pertumbuhan rata-rata pendapatan per pelanggan (ARPU).
Pertumbuhan yang lebih konsisten di pendapatan akan membuat perusahaan bisa mengganti kerugian dan bisa kembali meraih pangsa pasar serta bisa membantu stabilitas outlook," imbuh Dhruv.
PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
Perseroan berencana memproduksi batu bara kalori tinggi (HCV) sebesar 3,8 juta ton di tahun ini. jumlah ini melonjak tajam setelah sebelumnya perseroan hanya memperoduksi HCV di bawah 1 juta ton.
Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Suherman menyampaikan, strategi ini diambil perseroan mengingat respons premium market terhadap HCV masih sangat menjanjikan.
“Tahun 2019 ini, kita akan memproduksi HCV lebih banyak dari tahun sebelumnya. Bila di tahun lalu masih memproduksi di bawah 1 juta, tahun ini akan lebih dari 3 juta ton. Ini merupakan respons premium market,” imbuh Suherman.
Salah satu premium market perseroan adalah Jepang, di mana perseroan telah cukup lama memasok HCV ke Jepang. Selain itu juga ada Taiwan, Srilanka, dan Filipina.
PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (CSAP)
Perseroan bakal terus melebarkan bisnis. Menyiapkan dana belanja modal atawa capital expenditure (capex) Rp580 miliar sepanjang tahun ini, Catur Sentosa Adiprana akan menambah gerai dan distribusi.
Perinciannya Rp500 miliar untuk membiayai penambahan lima gerai Mitra10. Adapun Rp80 miliar sisanya untuk segmen bisnis distribusi. Pengembangan bisnis distribusi antara lain meliputi penambahan gudang, renovasi aset hingga peremajaan kendaraan pengangkutan.
Dari target penambahan lima gerai Mitra10 tadi, Catur Sentosa akan merealisasikan satu gerai semester I 2019 di Cirebon, Jawa Barat. Empat target gerai baru lain dibuka pada paruh kedua tahun ini.
Tambahan gerai baru semester I akan menggenapi total operasional menjadi 30 gerai. Catur Sentosa berharap, penambahan satu gerai Mitra10 bisa berkontribusi signikan selama Ramadan.
Hanya, mereka tak menyebut target penjualan selama periode itu. Yang pasti, produk andalan Catur Sentosa selama puasa dan Lebaran sama seperti periode-periode pad tahun sebelumnya.
"Persiapan kami itu lebih banyak di kategori cat dan flooring yang memang menjadi produk andalan dan utama menjelang Ramadhan," kata Idrus H. Widjajakusuma, Sekretaris Perusahaan PT Catur Sentosa Adiprana Tbk seperti dikutip Kontan.
PT Adaro Energy Tbk (ADRO)
Demi memperkuat hilirisasi batubara, perseroan melanjutkan pengembangan proyek setrum. Saat ini mereka sedang mengawal pengerjaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan proyek listrik energi baru dam terbarukan.
Target terdekat Adaro Energy adalah menyelsaikan konstruksi PLTU Tanjung Power di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan berkapasitas 2 100 megawatt (MW). Akhir tahun lalu, pekerjaan engineering, procurement and construction (EPC) proyek setrum itu mencapai 99 persen.
Adaro Energy menargetkan pembangkit unit pertama Tanjung Power mulai beroperasi pada Juli 2019 nanti. Lantas, pada Agustus proyek tersebut siap masuk tahap operasi komersial atau commercial operation date (COD).
Sekedar mengingatkan, pembangun PLTU Tanjung Power adalah PT Tanjung Power Indonesia. Perusahaan tersebut merupakan hasil patungan antara PT Adaro Power dengan perusahaan asal Korea Selatan yakni PT EastWest Power Indonesia.
Pembangunan pembangkit Tanjung Power menghabiskan anggaran hingga US$545 juta. Rincian pemenuhan dana investasinya terdiri dari 75 persen pinjaman dan 25 persen modal internal.
Selain PLTU Tanjung Power, Adaro Energy juga tengah merampungkan PLTU berkapasitas jumbo di Batang, Jawa Tengah. Hingga akhir tahun lalu, PLTU berkapasitas 2x1.000 MW tersebut sudah merampungkan proses EPC hingga sekitar 60 persen.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.