Berita Hari Ini : Harga Avtur Turun, Neraca Migas Januari Defisit Rp6,3 Triliun
PGAS - Pertagas resmi berintegrasi, ULN tembus US$376,8 miliar, kontrak baru ADHI Rp891 miliar, rugi EXCL Rp3,29 triliun
PGAS - Pertagas resmi berintegrasi, ULN tembus US$376,8 miliar, kontrak baru ADHI Rp891 miliar, rugi EXCL Rp3,29 triliun
Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin, 18 Februari 2019 :
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN secara resmi mengakuisi 51 persen saham PT Pertamina Gas (Pertagas). Dengan terintegrasinya infrastruktur PGN dan Pertagas, secara langsung Sub Holding Gas ini menguasai lebih dari 96 persen portofolio hilir gas.
Promo Terbaru di Bareksa
Hal ini pun akan menyukseskan ketercapaian target RUEN (Rencana Umum Energi Nasional) hingga 2025, di antaranya sebanyak 4,7 juta sambungan rumah tangga (SRT) baru, 6.302 kilometer pipa hilir, dan 5.437 kilometer pipa hulu.
Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengatakan dengan keberadaan PGN sebagai Sub Holding Gas, maka penguatan industri gas nasional akan terealisasi, terutama, pengelolaan infrastruktur gas dalam rantai distribusi dan transmisi, mayoritas dimiliki oleh Sub Holding Gas.
"Dengan begitu, ongkos operasional bisa ditekan, serta menghapus kebijakan maupun strategi tumpang tindih antar anak usaha milik negara," ujar Gigih Sabtu (16/2/2019).
Utang Luar Negeri
Bank Indonesia (BI) merilis utang luar negeri Indonesia pada akhir triwulan IV 2018. Pada periode tersebut utang luar negeri Indonesia mencapai US$376,8 miliar atau Rp5.312,8 triliun (asumsi kurs US$1 = Rp14.100).
"Terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar US$186,2 miliar serta utang swasta termasuk BUMN US$190,6 miliar," tulis BI dalam keterangannya, Jumat (15/2/2019).
Posisi utang luar negeri tersebut meningkat US$17,7 miliar dibandingkan dengan posisi pada akhir triwulan sebelumnya.
"Karena ada neto transaksi penarikan tang luar negeri dan pengaruh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sehingga utang dalam rupiah yang dimiliki oleh investor asing tercatat lebih tinggi dalam denominasi dolar AS," ungkap BI.
PT Adhi Karya Tbk (ADHI)
PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatatkan perolehan kontrak baru pada Januari 2019 sebesar Rp 891,9 miliar (di luar pajak). Realisasi perolehan kontrak baru pada Januari itu didominasi proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan senilai Rp 808,4 miliar.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (15/2/2019), manajemen ADHI mengungkapkan kontribusi lini bisnis dari kontrak baru tersebut meliputi lini bisnis konstruksi dan energi 93,4 persen, properti 5,5 persen, dan sisanya lini bisnis lainnya.
Adapun pada tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri dari proyek gedung 8 persen dan proyek infrastruktur lainnya 92 persen. Berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru dari pemerintah 2,5 persen, BUMN 96,3 persen, dan swasta/lainnya 1,22 persen.
Tahun ini, ADHI akan mengerjakan sejumlah proyek baru yang merupakan bagian dari target kontrak baru 2019 senilai Rp 35 triliun.
PT. XL Axiata Tbk (EXCL)
Emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk (EXCL) mencatatkan kinerja kurang menggembirakan di sepanjang tahun 2018. Emiten milik Axiata Berhad Malaysia ini mencatatkan rugi bersih Rp3,29 triliun di 2018, padahal pada 2017 mencetak laba Rp375 miliar.
Dalam laporan keuangan EXCL yang telah diaudit dan disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia, Jumat (15/2/2019), EXCL mencetak pendapatan Rp23 triliun, naik Rp899 miliar dari tahun sebelumnya Rp22,9 triliun.
Layanan data masih menjadi kekuatan utama EXCL. Sepanjang 2018, perusahaan mencatatkan pendapatan Rp15,81 triliun, tumbuh 13 persen dari tahun sebelumnya Rp14,05 triliun. Namun layanan non-data minus 34 persen di akhir 2018 jadi Rp 4,06 triliun dari tahun sebelumnya Rp6,02 triliun.
Adapun, layanan telekomunikasi lain tercatat Rp1,06 triliun, tumbuh 9 persen dari 2017 sebesar Rp980 miliar. Beban pokok pendapatan perusahaan turun dari Rp14,55 triliun di akhir 2017 menjadi Rp14,42 triliun pada 2018.
Sementara, kewajiban naik 13 persen menjadi Rp 39,2 triliun dibandingkan akhir 2017 yang sebesar Rp34,69 triliun.
Neraca Dagang
Mengawali awal tahun 2019, neraca dagang RI masih mencatatkan defisit migas. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) defisit mencapai US$454,8 juta atau setara Rp6,3 triliun dengan kurs Rp14.000 per dolar AS.
Defisit migas disebabkan impor yang masih tinggi ketimbang ekspor. Impor migas selama Januari 2019 tercatat US$1,69 miliar, sementara ekspor US$1,2 miliar. Secara keseluruhan neraca dagang RI di Januari 2019 mengalami defisit US$1,16 miliar.
"Dipicu oleh defisit sektor migas dan non migas masing-masing US$0,45 miliar dan US$0,7 miliar," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam paparannya, Jumat (15/2/2019).
Dilihat dari data BPS sebenarnya impor migas RI di Januari 2019 turun signifikan, yakni turun 25,22 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Penurunan impor migas, kata BPS, dipicu oleh turunnya seluruh komponen migas baik minyak mentah, hasil minyak BBM, dan gas. Terutama impor minyak mentah yang turun 20,55 persen dibanding tahun lalu.
PT Pertamina (Persero)
PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga jual avtur yang berlaku pada 16 Februari 2019 mulai jam 00.00 WIB. Kini harga avtur turun menjadi Rp7.960 per liter dari yang sebelumnya Rp8.210 per liter di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.
Melalui keterangan resminya, Media Communication Manager Pertamina Arya Dwi Paramita menjelaskan harga baru avtur ini sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM No 17/2019 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis BBM Umum Jenis Avtur yang Disalurkan Melalui Depot Pengisian Pesawat Udara.
Sebagai contoh harga avtur (published rate) untuk bandara Soekarno Hatta Cengkareng mengalami penurunan dari sebelumnya Rp8.210 per liter menjadi Rp7.960 per liter. Harga ini lebih rendah sekitar 26 persen dibandingkan harga avtur (published rate) di Bandara Changi Singapura yang terpantau per tanggal 15 Februari 2019 berada di kisaran Rp10.769 per liter.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.