Berita Hari Ini: Garuda Group Turunkan Harga Tiket, PTPP Raih Kontrak Rp724,86 M
GOOD optimistis pendapatan naik 15 persen, MAPI bayar utang pakai kas internal, MARK dapat izin kawasan berikat
GOOD optimistis pendapatan naik 15 persen, MAPI bayar utang pakai kas internal, MARK dapat izin kawasan berikat
Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 14 Februari 2019.
Tiket Pesawatf
Empat maskapai di bawah bendera Garuda Indonesia Group menurunkan harga tiket 20 persen untuk semua rute domestik mulai hari ini, menyusul besarnya tekanan dan tuntutan publik agar maskapai memangkas tarif. Penurunan harga tiket tersebut mencakup maskapai Garuda, Citilink, Sriwijaya Air, dan NAM Air yang operasional keempatnya berada di bawah bendera Garuda Indonesia Group.
Promo Terbaru di Bareksa
Rencana penurunan tarif ini disampaikan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk IGN Askhara Danadiputra. Dia menegaskan penurunan harga tiket akan berlaku bagi semua rute domestik dan bukan merupakan harga promo. “Bukan [promo]. [Penurunan harga tiket] untuk semua rute dan penumpang,” ujarnya seperti dikutip Bisnis Indonesia.
Langkah Garuda Indonesia Group menurunkan harga tiket tersebut dilakukan sebagai respons atas instruksi Presiden Joko Widodo yang kemarin siang menggelar rapat terbatas membahas polemik mahalnya harga tiket pesawat. Dalam rapat hadir a.l. Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
“Tadi kami rapatkan. Saya sudah perintahkan untuk dihitung, mana yang belum efisien, mana yang bisa diefisienkan. Nanti akan segera diambil keputusan,” kata Presiden.
PT PP (Persero) Tbk (PTPP)
Perseroan mengantongi kontrak baru senilai Rp724,86 miliar pada Januari 2019. Kontrak baru PTPP didominasi oleh proyek gedung. Agus Samuel Kana, Sekretaris Perusahaan PP, menjelaskan perseroan mendapatkan tambahan sejumlah pekerjaan baru pada Januari 2019.
Menurutnya, kontrak baru yang didapatkan perseroan pada periode tersebut didominasi oleh proyek gedung. “Hasil sampai dengan Januari 2019 kontrak baru kami senilai Rp724,86 miliar,” ujarnya seperti dikutip Bisnis Indonesia.
Berdasarkan catatan Bisnis, realisasi itu lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu. Pasalnya, emiten berkode saham PTPP itu meraih kontrak baru Rp2,33 triliun pada Januari 2018.
Menurut Agus, besarnya kontrak baru yang diraih pada Januari 2018 berasal dari raihan proyek Apartemen AEON dan Pelabuhan Executive Merak Bakaheuni dengan nilai sekitar Rp1 triliun.
Sebelumnya, Direktur Keuangan dan Pengelolaan Kapital Manusia PP Agus Purbianto mengungkapkan kontrak baru pada tahun ini diprediksi masih didominasi dari sektor konstruksi. Menurutnya, sektor tersebut mampu berkontribusi hingga 63 persen pada tahun ini.
PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD)
Perseroan menargetkan kinerja pada tahun ini akan tumbuh. Untuk itu, perusahaan ini akan meningkatkan pasar ekspor. Head of Corporate Communication Garudafood Dian Astriana mengatakan, perusahaan ini menargetkan kenaikan omzet penjualan sekitar 15 persen tahun ini.
Sebagai perbandingan pada 2018, pendapatan GOOD mencapai Rp8,07 triliun atau naik 8 persen dari akhir tahun 2017 yang sebesar Rp7,48 triliun. Jika dihitung, total pendapatan produsen makanan ringan Kacang Garuda ini di 2019 mencapai Rp9,28 triliun.
Untuk mencapai target tersebut, GOOD akan fokus pada pengembangan pasar domestik dan ekspor. Dian menyebut, caranya, GOOD bakal mengeluarkan produk baru serta memperkuat channel distribusi domestik untuk meningkatkan produktivitas. Garudafood juga akan mengembangkan pasar di luar negeri.
"Dengan cara mencari peluang di negara baru," ujar Dian seperti dikutip Kontan.
Perusahaan akan meningkatkan penetrasi pasar di Asia. Saat ini, GOOD sudah mengekspor produknya ke lebih dari 20 negara, dengan fokus utama penjualan ke beberapa pasar Asia Tenggara, China dan India.
PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)
Perseroan siap membayar utang obligasi yang bakal jatuh tempo tahun ini. Perusahaan memastikan kondisi keuangan masih aman. Tahun ini, total utang obligasi yang harus dibayar MAPI tahun ini mencapai Rp 480 miliar.
"Semua itu akan dibayar menggunakan dana internal. Jadi tidak ada kendala pembayaran," kata Head of Corporate Communications MAPI Fetty Kwartati seperti dikutip Kontan. Hingga akhir September 2018, kas setara kas MAPI tercatat Rp1,03 triliun.
Mitra Adiperkasa memiliki dua utang obligasi yang bakal jatuh tempo tahun ini. Pertama, obligasi senilai Rp280 miliar yang akan jatuh tempo pada minggu depan, yakni 20 Februari 2019. Kedua, obligasi senilai Rp200 miliar yang jatuh tempo 19 September 2019.
Sejatinya kebutuhan dana MAPI tidak hanya untuk membayar utang jatuh tempo. Perusahaan juga harus menyiapkan belanja modal alias capital expenditure (capex) senilai Rp800 miliar. Capex MAPI akan digunakan untuk ekspansi. Perusahaan ini berencana menambah 200 toko dengan luas masing masing 60.000 meter persegi.
"Untuk membuka toko baru, kami juga menggunakan dana internal," jelas Fetty.
PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK)
Cita-cita perseroan meningkatkan kapasitas produksi pabrik sebentar lagi terwujud. Produsen cetakan sarung tangan alias hand former itu telah memperoleh izin penyelenggara kawasan berikat dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sumatra Utara. Mark Dynamics pun menargetkan penyelesaian pembangunan pabrik baru pada semester I 2019.
"Target rampung pembangunan di bulan Mei 2019," kata Presiden Direktur PT Mark Dynamics Indonesia Tbk Ridwan Goh, seperti dikutip Kontan.
Seperti diketahui, Mark Dynamics sedang membangun pabrik di Desa Dalu Sepuluh A, Tanjung Morawa, Sumatra Utara dengan kapasitas produksi 90.000 unit per bulan. Kehadiran pabrik tersebut akan mengerek total kemampuan produksi mereka dari saat ini 540.000 unit per bulan, menjadi 630.000 per unit per bulan.
Ekspansi pabrik baru tentu saja tidak cuma-cuma. Mark Dynamics sudah mengalokasikan dana investasi hingga Rp100 miliar. Sebanyak Rp60 miliar untuk membeli lahan dan membangun gedung. Lantas, Rp 40 miliar untuk belanja mesin produksi.
Sumber dananya dari Bank Permata. Sejak jauh-jauh hari, mereka telah mengajukan pinjaman senilai US$8,1 juta. Setelah pabrik baru beroperasi, Mark Dynamics menargetkan bisa memproduksi 7,2 juta unit cetakan sarung tangan tahun ini.
Sebagai perbandingan, tahun lalu perusahaan yang tercatat dengan kode saham MARK di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut menargetkan produksi cetakan sarung tangan sebanyak 6,4 juta unit.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.