Investor Jepang Dikabarkan Mau Beli Bank Permata? Ini Analisis Saham BNLI
Kemarin, saham BNLI ditutup menguat 3,57 persen dan berakhir pada level Rp580
Kemarin, saham BNLI ditutup menguat 3,57 persen dan berakhir pada level Rp580
Bareksa.com - Harga saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) pada perdagangan Senin, 17 Desember 2018 ditutup menguat 3,57 persen dengan berakhir pada level Rp580 per saham.
Saham BNLI bergerak cukup atraktif pada perdagangan kemarin dengan ditransaksikan sebanyak 1.744 kali, dengan nilai transaksinya yang mencapai Rp26,56 miliar.
Berdasarkan aktivitas broker summary, tiga broker teratas yang paling banyak membeli saham BNLI pada perdagangan kemarin antara lain Ciptadana Sekuritas (KI) senilai Rp6,67 miliar, kemudian BCA Sekuritas (SQ) Rp3,29 miliar, dan Indo Premier Sekuritas (PD) Rp3,17 miliar.
Promo Terbaru di Bareksa
Nilai pembelian ketiga broker tersebut berkontribusi terhadap nilai transaksi keseluruhan BNLI masing-masing sebesar 25,11 persen, 12,39 persen, dan 11,94 persen.
Rumor Divestasi
Kenaikan serta pergerakan aktratif saham BNLI dalam beberapa waktu terakhir disebabkan oleh rumor terkait kabar divestasi yang merebak di kalangan pelaku pasar. Rumor yang beredar di kalangan pelaku pasar menyebutkan bahwa Bank Permata dikabarkan akan dibeli oleh salah satu perusahaan keuangan asal Jepang.
Divestasi akan dilakukan oleh pemegang saham karena mereka dikabarkan sudah tidak saling sejalan dalam mengembangkan bisnis Bank Permata. Dua pemegang saham terbesar Bank Permata adalah Standard Chartered Bank dan PT Astra International Tbk (ASII) yang masing-masing mempunyai kepemilikan 44,56 persen.
Rumor di kalangan pelaku pasar tersebut menyebutkan, pihak Standard Chartered Bank sebagai pihak yang paling ngotot akan melepas saham Bank Permata. Kinerja Bank Permata yang cenderung stagnan sangat sulit tanpa suntikan modal lagi.
Sementara itu, pihak Astra disebut-sebut tidak bersedia menambah modal lagi untuk menyehatkan kondisi keuangan. Ini menyulitkan bagi kedua pemegang saham tersebut untuk memperbaiki kinerja Bank Permata dan Astra tidak punya kompetensi dalam menangani bank.
Namun belum disebutkan juga siapa lembaga keuangan asal Jepang yang akan mencaplok Bank Permata tersebut.
Beberapa waktu lalu CEO Standard Chartered Bank Group Bill Winters menguraikan kondisi bisnis Bank Permata. Ia mengakui anak usahanya tersebut menghadapi tantangan yang berat dalam membersihkan bank yang dimilikinya bersama Astra International. Winters juga mengungkapkan tiga pilihan yang tersedia baginya terkait kepemilikan saham perusahaan di Bank Permata yakni beli, jual, atau tahan.
Standart Chartered Bank dikabarkan akan mengumumkan penjualan saham Bank Permata milik mereka pada Februari 2019.
Siapa Pembeli Bank Permata?
Namun kini, perkembangan terbaru mengenai lembaga keuangan dari Jepang yang akan menjadi investor pembeli saham Bank Permata mulai merebak.
Nama-nama bank yang jadi pembeli yang disebut-sebut tersebut antara lain, Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), Japan Post Bank (JPB), Mizuho Financial Group (MFG) dan Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG). Dari empat nama tersebut, tiga nama sudah memiliki afiliasi dengan bank-bank Indonesia.
MUFG tercatat sudah menjadi pemilik 40 persen saham PT Bank Danamon Tbk (BDMN). Sementara itu, SMFG juga tercatat sebagai pemegang 40 persen saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN), serta MFG juga sudah mendirikan PT Bank Mizuho di Indonesia.
Satu-satunya perusahaan keuangan Jepang yang belum beroperasi di Indonesia adalah Japan Post Bank. "Besar kemungkinan Japan Post Bank yang akan masuk," kata sumber yang menyebutkan perusahaan penasehat keuangan untuk transaksi ini berasal dari Singapura, dilansir dari CNBC Indonesia.
Analisis Teknikal Saham BNLI
Sumber: Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle saham BNLI pada perdagangan kemarin membentuk bullish spinning top dengan lower shadow yang lebih panjang dibandingkan dengan upper shadow.
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa saham ini bergerak positif dengan volatilitas cukup tinggi karena setelah turun empat tick di bawah level pembukaannya. Saham ini berhasil berbalik arah meskipun akhirnya ditutup dua tick di bawah level tertingginya.
Volume terlihat mengalami peningkataan dibandingkan dengan sehari sebelumnya menandakan adanya aksi pembelian serta antusiasme yang besar dari para pelaku pasar.
Adapun kenaikan kemarin menyebabkan saham BNLI telah terapresiasi sebesar 23,40 persen dalam sepekan terakhir, seiring dengan kabar divestasi yang mencuat di kalangan pelaku pasar.
Indikator stochastic juga terlihat masih bergerak naik meskipun sudah memasuki area jenuh jual, mengindikasikan sinyal kenaikan yang cukup kuat dengan target terdekat berada di level psikologis Rp600. (KA01/hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.379,53 | 1,02% | 5,18% | 7,30% | 8,82% | 19,45% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.089,71 | 0,44% | 5,40% | 6,62% | 7,08% | 2,64% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.837,78 | 0,53% | 3,93% | 6,27% | 7,42% | 17,19% | 40,03% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,16 | 0,66% | 3,97% | 6,64% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.257,46 | 0,72% | 3,68% | 5,94% | 6,95% | 19,66% | 35,50% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.