BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : WSBP Raih 54,93% Kontrak Baru, Premi BPJS Kesehatan Dievaluasi

Bareksa14 November 2018
Tags:
Berita Hari Ini : WSBP Raih 54,93% Kontrak Baru, Premi BPJS Kesehatan Dievaluasi
Petugas melayani warga di kantor Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, DI Yogyakarta, Jumat (8/9). Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek mengatakan, BPJS Kesehatan mengalami defisit hingga Rp9 tirliun karena 80 persen peserta atau masyarakat banyak yang sakit. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Anak usaha TOWR setop obligasi, EXCL hedging kurs, BBKP perkuat fee based

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu, 14 November 2018 :

PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP)

Hingga akhir Oktober 2018, perseroan merealisasikan kontrak baru senilai Rp4,56 triliun atau 54,93 persen dari target Rp8,3 triliun yang dibidik sepanjang tahun ini.

Promo Terbaru di Bareksa

Sekretaris Perusahaan Waskita Beton Precast, Ratna Ningrum, menjelaskan perseroan telah mendapatkan beberapa kontrak baru pada Oktober 2018. Pekerjaan yang didapatkan, antara lain adendum tol Cibitung - Cilincing, adendum proyek Kulon Progo I, adendum Refi nery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, serta proyek lainnya.

“Per Oktober 2018, nilai kontrak baru Rp4,56 triliun,” ujarnya dikutip Bisnis Indonesia.

Dengan nilai kontrak baru tersebut, emiten berkode saham WSBP itu telah merealisasikan 54,93 persen target kontrak baru 2018. Jumlah total yang dibidik tahun ini senilai Rp8,3 triliun.

BPJS Kesehatan

Pemerintah berencana mengevaluasi besaran premi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan pada tahun depan sebagai salah satu strategi untuk menambal defisit keuangan.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan besaran premi yang ditetapkan untuk peserta program jaminan sosial di bidang kesehatan tersebut terlalu murah, tidak sebanding dengan layanan yang diberikan.

“Preminya terlalu murah dibanding dengan servisnya, layanannya. Jadi karena itu harus kita evaluasi ulang preminya, mungkin tahun depan,” ujar Jusuf Kalla.

Kalla menyatakan pembahasan rencana tersebut akan dilakukan setelah penyelenggaraan Pemilu presiden dan anggota legislatif serentak 2019. Tujuannya agar tidak menimbulkan kegaduhan politik.

PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR)

Anak usaha perseroan, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo), memutuskan tidak melanjutkan penerbitan Obligasi Berkelanjutan Protelindo Tahun 2016.

Penerbitan obligasi ini sejatinya sudah memasuki tahap kedua. Kondisi pasar yang kurang kondusif jadi alasan penghentian.

"Dari aspek komersial, tingkat bunga pinjaman perbankan dirasa lebih kompetitif," ujar Wakil Direktur Utama TOWR Adam Gifari dikutip Kontan.

Buat menyegarkan ingatan, obligasi tersebut memiliki plafon Rp6,5 triliun. Protelindo sudah lebih dulu menerbitkan tahap pertama senilai Rp800 miliar pada 2016.

Tahap ini terbagi ke dalam tiga seri. Seri A senilai Rp661 miliar berkupon 7,9 persen per tahun dengan tenor selama tiga tahun. Lalu seri B sebesar Rp 36 miliar berkupon 8,25 persen per tahun dengan tenor lima tahun. Kemudian seri C senilai Rp 103 miliar berkupon 8,75 persen per tahun. Obligasi ini memiliki tenor tujuh tahun.

PT XL Axiata Tbk (EXCL)

Perseroan tak mau terus merugi di sisa tahun ini. Itu sebabnya, emiten telekomunikasi ini menempuh strategi hedging kurs dan berniat mengerek tarif data.

Sebagai gambaran, hingga triwulan ketiga 2018, EXCL membukukan rugi periode berjalan Rp144,81 miliar. Padahal di periode yang sama di 2017, perusahaan mencetak laba Rp238 miliar.

Pendapatan EXCL per September 2018 memang turun tipis menjadi Rp16,89 triliun dari sebelumnya Rp16,90 triliun. Belum lagi, rugi kurs pembiayaan membengkak menjadi Rp445,20 miliar dari sebelumnya, Rp19,59 miliar.

Menurut Group Head Corporate Communication EXCL, Tri Wahyu Ningsih, kerugian juga terjadi akibat faktor bencana di Donggala dan kewajiban registrasi prabayar.

Situasi ini menyebabkan pendapatan turun. Namun, seiring rampungnya wajib registrasi kartu, Tri optimistis kinerja di akhir tahun ini akan membaik.

"Kami akan mulai selektif menyesuaikan tarif layanan data, mengurangi pemberian diskon dan komisi," tutur dia.

PT Bank Bukopin Tbk (BBKP)

Perseroan memperkaya fitur layanan Bukopinet berkerja sama dengan platform e-commerce Padiciti.com untuk menggenjot pendapatan non-bunga atau berbasis komisi.

Direktur Konsumer Bank Bukopin Rivan A. Purwanto, mengatakan melalui kerja sama ini Bukopinet dapat melayani pembelian tiket pesawat dan kereta api yang difasilitasi oleh Padiciti.com. Sebelumnya, Bukopinet sudah menyediakan layanan pembayaran tagihan listrik dan pembelian pulsa.

Rivan menuturkan layanan payment point online bank (PPOB) tersebut telah dirilis sejak 2007. Seiring dengan perkembangan teknologi, Bukopinet terus berubah bentuk dari layanan SMS, EDC Mini ATM, hingga kini menjadi aplikasi mobile, dan melakukan rebranding pada Juli.

Dia menerangkan, kerja sama ini merupakan salah satu strategi perseroan untuk menggenjot pendapatan non-bunga. Pendapatan dari Bukopinet, lanjutnya, termasuk ke dalam pendapatan non-bunga dalam kategori pelayanan publik.

PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC)

Daftar pekerjaan rumah perseroan untuk tahun depan sudah mengular. Demi memuluskan rencana bisnis, produsen seng itu mengalokasikan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) 2019 sebesar Rp579,98 miliar. Sumber capex Kapuas Prima Coal berasal dari pinjaman bank dan hasil penerbitan surat utang.

Akhir November ini atau awal Desember depan nanti, perusahaan tersebut berencana menerbitkan obligasi dengan target maksimal dana perolehan sebesar Rp600 miliar.

Tujuan penggunaan capex tahun depan untuk mendanai aneka kegiatan penunjang penambangan. Misalnya saja, membangun terowongan, membiayai eksplorasi serta membeli alat berat dan mesin operasi.

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua