Powell Tegaskan Suku Bunga AS Jauh dari Level Netral, Bagaimana Peluang Rupiah?
Gubernur The Fed, Jerome Powell menekankan masih akan menaikkan suku bunga secara bertahap dan akan menuju level neutral
Gubernur The Fed, Jerome Powell menekankan masih akan menaikkan suku bunga secara bertahap dan akan menuju level neutral
Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,9 persen ke level 5.756 pada perdagangan kemarin (4/10). Tiga sektor dengan penurunan lebih dari 2 persen adalah industri dasar minus 3,45 persen, keuangan negatif 2,44 persen, dan manufaktur anjlok 2,22 persen.
Di sisi lain, kurs Rupiah terhadap USD terus melanjutkan pelemahan. Hingga pukul 15.20 wib, Rupiah berada di level Rp 15.189 per Dollar AS.
Tekanan Pasar Berasal dari Amerika Serikat
Promo Terbaru di Bareksa
Dalam dua hari terakhir, baik IHSG, yield obligasi pemerintah, dan kurs rupiah kompak melemah.
Hal ini disebabkan adanya pernyataan yang berasal dari Jerome Powell selaku Gubernur The Fed.
"Interest rates are still acommodative, but we're gradually moving to a place where they will be neutral". "We may go past neutral, but we're a long way from neutral at this point, probably," ujar Powell seperti dikutip dari CNBC.com (4/10).
Jerome Powell menekankan masih akan menaikkan suku bunga secara bertahap dan akan menuju level neutral (netral) yang sebenarnya. Selain itu, ia mengatakan jika kebijakannya untuk saat ini masih jauh berada dari level neutral.
Karena itu, investor cenderung melakukan aksi jual terhadap pasar obligasi AS dan berdampak pada kenaikan US Treasury Yield tenor 10 tahun di level 3,2 persen.
US Treasury Yield dan Indeks Dollar AS (DXY) Menguat, Rupiah Terus Tertekan
Sumber : Investing.com, diolah Bareksa
US Treasury merupakan acuan yield obligasi AS. Semakin tinggi US Treasury Yield menggambarkan kondisi pasar obligasi AS sedang mengalami tekanan jual.
Selain itu, indeks dolar AS yang semakin naik menggambarkan kondisi dolar AS sedang mengalami tekanan beli sehingga berdampak pada penguatan indeks dolar AS dan sebaliknya, berdampak negatif terhadap pergerakan mata uang lainnya, khususnya mata uang negara berkembang.
Sumber : Investing.com, diolah Bareksa
Bisa dilihat dari grafik, tingkat US Treasury yang terus naik menggambarkan terjadi tekanan jual di pasar obligasi AS yang kemudian para investor menukar instrumen investasinya ke dalam aset safe heaven. Sehingga, wajar jika indeks dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang negara lainnya.
Tak heran jika rupiah kembali melemah pada perdagangan kemarin dan ditutup di level Rp15.189.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.