Berita Hari Ini: ADRO Cari Pinjaman Bank; PNBP Terus Bertumbuh
SRIL optimistis capai target; Paytren AM kejar AUM Rp100 miliar; KLBF revisi target
SRIL optimistis capai target; Paytren AM kejar AUM Rp100 miliar; KLBF revisi target
Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 3 Agustus 2018.
PT Adaro Energy Tbk (ADRO)
Perseroan bersiap menggalang pendanaan baru untuk memuluskan akuisisi tambang Kestrel milik Rio Tinto. ADRO bersama mitranya, EMR Capital Ltd akan mencari pinjaman perbankan senilai US$ 1,5 miliar. Dalam transaksi tersebut, ADRO dan EMR Capital membentuk perusahaan patungan bernama Kestrel Coal Resources Pty Ltd untuk mengakuisisi 80 persen saham Kestrel Coal Mine.
Promo Terbaru di Bareksa
Di perusahaan patungan tersebut, ADRO mengempit 48 persen saham, sementara EMR 52 persen saham. Total nilai akuisisi mencapai US$2,25 miliar. "Dana akuisisi berasal dari utang sebesar 60 persen dan ekuitas sebesar 40 persen," ujar Direktur Utama ADRO Garibaldi Thohir. Ia mengatakan, pinjaman itu akan diperoleh dari 14 bank nasional dan internasional.
PNBP
Pertumbuhan PNBP kian tak terbendung. Pasalnya, sampai akhir Juli 2018 realisasi PNBP telah mencapai Rp205,8 triliun atau 74,72 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018. Kinerja positif PNBP tersebut masih didorong oleh melambungnya harga komoditas. Realisasi penerimaan yang telah tembus pada angka 74,72 persen ini sekaligus meninggalkan kinerja penerimaan baik sektor pajak maupun bea cukai yang masing-masing masih berada pada kisaran 46 persen-48 persen. “Per Juli, realisasi PNBP berada pada angka Rp205,8 triliun atau 74,72 persen,” kata Direktur PNBP Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Mariatul Aini seperti dikutip Bisnis Indonesia.
PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL)
Kinerja positif sepanjang semester I/2018 membuat perseroan makin optimistis mampu meraih target tahun ini, termasuk nilai penjualan menembus US$1 miliar. Pada semester I/2018, emiten berkode saham SRIL ini membukukan penjualan senilai US$543,76 juta, naik 35,67 persen year on year (yoy) dari US$400,8 juta pada semester I/2017.
Jumlah tersebut terdiri atas penjualan segmen pemintalan US$260,98 juta, pertenunan US$41,45 juta, kain US$121,37 juta, dan garmen US$119,96 juta. Berdasarkan geografisnya, penjualan domestik pada paruh pertama tahun ini mencapai US$251,98 juta dan ekspor US$291,77 juta. Sementara itu, beban pokok penjualan SRIL tumbuh lebih tinggi dari penjualan, yakni 41,88 persen yoy dari US$314,2 juta menjadi US$445,8 juta.
PT Paytren Asset Management
Paytren menargetkan dana kelolaan atau asset under management (AUM) senilai Rp100 miliar untuk produk reksa dana yang baru dirilis yakni Reksa Dana Syariah Campuran Dana DaQu. “Target kami dalam lima bulan ke depan atau hingga akhir tahun dapat mencapai Rp100 miliar,” kata Direktur Utama PT Paytren Aset Manajemen Ayu Widuri.
Produk ini telah mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 19 Juli lalu dan mulai ditawarkan ke masyarakat pada pekan lalu. Reksa Dana Syariah Campuran Dana DaQu ini melengkapi produk perseroan lainnya yang bisa dibeli oleh masyarakat.
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)
Perseroan masih menghadapi banyak tantangan tahun ini. Utamanya, daya beli masyarakat yang masih lemah dan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS Pada paruh pertama 2018, penjualan bersih KLBF naik 3,1 persen menjadi Rp 10,38 triliun dari periode yang sama tahun lalu, Rp 10,06 triliun.
Kenaikan disumbang peningkatan kinerja empat segmen produk. Segmen obat resep tumbuh 2,7 persen, produk kesehatan naik 0,7 persen, nutrisi 3,4 persen dan distribusi meningkat 4,7 persen. Penjualan ekspor juga tumbuh 7,8 persen menjadi Rp 576,16 miliar dari Rp 534,5 miliar di periode sama tahun sebelumnya. Kontribusi penjualan ekspor meningkat dari sebelumnya 5 persen menjadi 6 persen.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Perseroan akan mengoptimalkan unit bisnis digital untuk meningkatkan pendapatan non bunga. Ini juga bentuk keseriusan transformasi digital. "Kami akan membangun platform mendukung ekosistem digital," kata Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo. BRI akan menjalin kerjasama dengan fintech, e-commerce dan bank pembangunan daerah (BPD).
Digitalisasi ini diharapkan meningkatkan efisiensi bank. BRI juga akan meningkatkan pendapatan non bunga atau fee based income. BRI berniat mengembangkan unit bisnis dan bukan menggandeng perusahaan teknologi lain. BRI bilang, ke depan akan serius untuk melakukan kolaborasi dengan fintech.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.