Didorong Pendapatan Bunga Bersih, Laba BBNI dan BBTN Kompak Melonjak Dua Digit
Laba BNI Rp7,44 triliun atau naik 16 persen sementara BTN memperoleh laba bersih Rp1,42 triliun atau naik 12,01 persen
Laba BNI Rp7,44 triliun atau naik 16 persen sementara BTN memperoleh laba bersih Rp1,42 triliun atau naik 12,01 persen
Bareksa.com – Dua bank milik pemerintah yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) kompak mencatat pertumbuhan laba bersih double digit pada semester I 2018.
BNI mencatat laba Rp7,44 triliun atau melonjak 16 persen sementara BTN memperoleh laba bersih Rp1,42 triliun atau meroket 12,01 persen.
Direktur Bisnis Ritel BNI, Tambok P Setyawati, menyampaikan laba bersih BNI terbentuk oleh kuatnya pertumbuhan pendapatan bunga bersih alias net interest income (NII) disertai perbaikan kualitas aset.
Promo Terbaru di Bareksa
Dalam enam bulan pertama di 2018, NII BNI meningkat 13,3 persen dari Rp15,4 triliun pada semester I 2017 menjadi Rp17,45 triliun.
Menurut Tambok, catatan pertumbuhan NII BNI lebih kencang dibandingkan pertumbuhan NII industri perbankan yang hanya mencapai 3,4 persen per April 2018.
“Pertumbuhan NII tersebut merupakan hasil dari penyaluran kredit BNI yang tetap terkelola dengan hati-hati (prudent) dan optimal,” ucap Tambok dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, 18 Juli 2018.
Pencapaian NII sendiri tidak lepas dari penyaluran kredit BNI yang naik 11 persen dari Rp412,18 triliun menjadi Rp457,81 triliun. Tambok menuturkan, pertumbuhan tersebut dikontribusi oleh kredit korporasi swasta yang meningkat 11,6 persen yoy, terutama dikontribusi oleh industri manufaktur, transportasi, dan komunikasi, konstruksi, dan perdagangan.
Profit and Loss Highlight BNI 1H 2018
Sumber: Materi presentasi perseroan
Di sisi lain, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BNI tercatat tumbuh 13,5 persen, yaitu dari Rp463,86 triliun menjadi Rp526,48 triliu. Dengan komposisi rasio dana murah atau CASA mencapai 63,8 persen.
Hasilnya, biaya dana atau cost of fund membaik menjadi 2,8 persen, di mana sebelumnya sepanjang tahun 2017 berada di level 3 persen.
“Penurunan cost of fund ini selain disebabkan oleh pertumbuhan dana murah, juga dikontribusi oleh strategi penurunan suku bunga deposito sebesar kurang lebih 46 basis poin sejak awal tahun 2018,” tutur Tambok.
Sementara itu, BNI mencatatkan nilai aset yang mencapai Rp734,19 triliun atau tumbuh 16,2 persen di atas periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp631,74 triliun.
Dari sisi kualitas aset, NPL gross BNI tercatat membaik menjadi 2,1 persen pada akhir Juni 2018 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,8 persen.
Perbaikan NPL tersebut dikarenakan pengelolaan kualitas aset yang terus membaik, salah satunya dengan cara melakukan ekspansi yang selektif dan prudent dengan manajemen risiko kredit yang terukur.
“Karena perbaikan kualitas kredit tersebut, BNI mampu menjaga credit cost relatif stabil pada 1,7 persen. Sementara itu, coverage ratio juga mengalami perbaikan dari 147,2 persen pada semester I Tahun 2017 menjadi 150,2 persen di semester I tahun 2018 ini. Penetapan pencadangan ini merupakan langkah pre-emptive dan konservatif BNI yang dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan penurunan kualitas aset di masa-masa mendatang,” tambah Tambok.
Kinerja BTN
Senada dengan BNI, laba bersih BTN pada enam bulan pertama tahun ini juga didorong oleh kenaikan NIII. Pada periode ini, NII BTN Naik 12,98 persen menjadi Rp4,77 triliun.
“Seiring dengan pertumbuhan laba, aset BTN melejit 19,63 persen dibandingkan semester I tahun 2017 lalu menjadi Rp268,04 triliun atau menempati lima besar bank dengan aset terbesar di Indonesia,” kata Direktur Utama BTN Maryono.
Sepanjang semester I 2018, BTN berhasil mencatatkan peningkatan penyaluran kredit 19,14 persen di tengah sentimen kenaikan suku bunga kredit. Maryono menyebut, kredit BTN mencapai Rp211,35 triliun naik dibandingkan semester pertama tahun lalu yang hanya Rp177,4 triliun.
Laju pertumbuhan kredit yang tinggi diimbangi dengan kualitas kredit yang terus membaik. BTN memperbaiki NPL gross dari sebesar 3,23 persen pada semester I tahun lalu menjadi hanya 2,78 persen pada periode yang sama tahun ini.
“NPL gross terendah berhasil dicatatkan segmen KPR subsidi yang hanya 1,21 persen. Angka tersebut lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu 1,66 persen,” imbuh Maryono.
Adapun DPK BTN menembus Rp189,63 triliun atau naik 19,17 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan simpanan BTN tersebut berada jauh di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan.
Data OJK per Mei 2018 menunjukkan DPK industri perbankan nasional hanya tumbuh 6.47 persen yoy. Pada struktur pendanaan Giro dan Tabungan masing-masing mencapai Rp48,63 triliun dan Rp39,46 triliun dengan pertumbuhan masing-masing 16,55 persen yoy dan 19,44 persen yoy.
“Kedepan, kami masih fokus untuk meningkatkan low cost fund,” kata Maryono.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.