Bareksa.com – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan pengambilalihan saham PT Pertamina Gas (Pertagas) oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dilakukan sebelum menginjak Juli 2018, sebagai kelanjutan proses pembentukan holding BUMN Migas. Proses valuasi saham Pertagas yang merupakan anak PT Pertamina (Persero) saat ini sudah selesai dilakukan oleh tim transaksi.

Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno menuturkan, proses valuasi saham Pertagas telah tuntas. Nantinya, bakal ada dua angka valuasi dari Pertamina dan Perusahaan Gas Negara (PGN).

“Valuasinya sudah selesai, tapi belum masuk ke saya,” kata dia di Jakarta, Kamis, 21 Juni 2018.

Meski begitu, dia memastikan bahwa valuasi saham Pertagas yang akan diakuisisi PGN tidak mencapai atau sekitar US$2,5 miliar. Dengan jumlah tersebut, maka PGN tidak memerlukan persetujuan pemegang saham melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB).

Sementara itu, manajemen PGN sebelumnya mengungkapkan bahwa pendanaan untuk akuisisi Pertagas akan menggunakan kas internal perseroan apabila valuasi Pertagas tidak terlalu signifikan. Sedangkan jika valuasi saham Pertagas terlalu besar, maka PGN akan mencari pendanaan melalui perbankan atau pihak ketiga.

Berdasarkan laporan keuangan PGN kuartal I-2018, total aset lancar perseroan tercatat sebesar US$2 miliar. Dari jumlah tersebut, sebesar US$1,19 miliar di antaranya berupa kas dan setara kas.

Historikal Harga Saham PGAS Secara YTD 21 Juni 2018

Sumber: Bareksa.com

Sementara itu, sepanjang tahun ini (year to date/YTD hingga penutupan Kamis, 21 Juni 2018) harga saham PGAS tercatat telah menguat 19,4 persen seharga Rp2.090 per saham. Penguatan harga saham PGAS terjadi setelah berada pada level terendahnya sebesar Rp1.725 per saham pada pertengahan Januari. (hm)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.