Morgan Stanley Sebut Prospek Ekonomi RI Paling Positif di ASEAN, Apa Alasannya?
Ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh 5,4 persen di 2018 dan 5,5 persen di 2019
Ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh 5,4 persen di 2018 dan 5,5 persen di 2019
Bareksa.com - Hasil riset bank investasi global, Morgan Stanley, menyimpulkan ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih baik di 2018 dan di 2019. Morgan Stanley memperkirakan ekonomi Indonesia akan bertahan dalam jalur pemulihan bertahap dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di 2018-2019 masing-masing 5,4 persen dan 5,5 persen.
Mengutip riset Morgan Stanley, Rabu, 7 Februari 2018, yang disusun Deyi Tan dan Zhixiang Su mengenai kondisi ekonomi Indonesia bertajuk '4Q17 GDP Shows Gradual Growth Recovery on Track' disebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang membantu pertumbuhan kian pulih lebih lanjut. Di antaranya ;
Pertama, pertumbuhan ekspor Indonesia merupakan salah satu yang terkuat di ASEAN pada 2017.
Promo Terbaru di Bareksa
Morgan Stanley memperkirakan momentum ekspor akan terus berlanjut. Keberlanjutan dari pemulihan ekspor akan berdampak pada meningkatkan utilisasi kapasitas, dan menghasilkan kesempatan lapangan kerja.
"Hal tersebut kemudian akan memberikan peningkatan bertahap untuk belanja modal dan belanja konsumen," ungkap riset tersebut.
Kedua, Indonesia sedang menuju pemilihan kepala daerah (Pilkada) pada 18 Juni dan pemilihan umum nasional tahun depan. Secara historis, menjelang pemilihan umum, kebijakan fiskal cenderung menjadi lebih mudah saat para pemain lama mencalonkan kembali, dan ini juga bertepatan dengan peningkatan konsumsi pribadi secara berurutan.
Ketiga, stabilitas makro yang ditingkatkan meletakkan fondasi untuk pemulihan pertumbuhan lebih lanjut ke depan. Menurut Morgan Stanley, Indonesia lebih mampu menahan normalisasi the Fed kali ini dibandingkan dengan 2013 karena membaiknya fundamental.
"Secara keseluruhan, kami menilai positif prospek pertumbuhan di kawasan ini. ASEAN akan lebih baik dibandingkan dengan Asia Utara di 2018 dan di antara negara-negara ASEAN, kami menilai prospek pertumbuhan Indonesia sebagai paling positif," sebut riset tersebut.
Pertumbuhan PDB
Di sisi lain, Morgan Stanley melihat pencapaian pertumbuhan PDB di kuartal IV 2017 Indonesia ada di atas ekspektasi. Pertumbuhan utama didorong oleh permintaan domestik. Ke depannya, Morgan Stanley mengharapkan ekonomi tetap berada di jalur pemulihan bertahap.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia di 2017 yang diukur berdasarkan PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp13.588,8 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp51,89 juta atau US$3.876,8. Ekonomi Indonesia di 2017 tumbuh 5,07 persen lebih tinggi dibandingkan dengan capaian di 2016 sebesar 5,03 persen.
Pertumbuhan PDB Riil (%, YoY)
Sumber : Riset Morgan Stanley
Ekonomi Indonesia kuartal IV 2017 bila dibandingkan dengan triwulan IV 2016 (yoy) tumbuh 5,19 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha jasa perusahaan sebesar 9,25 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen ekspor barang dan jasa sebesar 8,5 persen.
Menurut Morgan Stanley, peningkatan berbasis luas dalam permintaan domestik mendorong kenaikan pada pertumbuhan PDB. Di sisi permintaan, permintaan domestik meningkat (5,9 persen YoY vs 4,1 persen YoY di 3Q17), dan memberikan kontribusi 5,9 percentage point (ppt) terhadap pertumbuhan utama (vs 3,9ppt pada 3Q17).
Permintaan Domestik vs Eksternal
Sumber : riset Morgan Stanley
Secara khusus, konsumsi swasta naik 5 persen YoY (vs 4,9 persen YoY pada 3Q17), sementara konsumsi masyarakat meningkat jadi 3,8 persen YoY (vs 3,5 persen YoY di 3Q17). Selain itu, ekspor melambat menjadi 8,5 persen YoY (vs 17 persen YoY di 3Q17), sementara impor turun menjadi 11,8 persen YoY (vs 15,5 persen YoY di 3Q17).
Sektor Tersier Meningkat
Di sisi penawaran, sektor tersier meningkat, sementara pertumbuhan di sektor primer dan sekunder moderat. Secara khusus, sektor primer melambat menjadi 1,3 persen YoY (vs 2,4 persen YoY di 3Q17), sementara di sektor pertanian ( 2,2 persen YoY vs 2,8 persen YoY di 3Q17) dan pertambangan & penggalian (0,1 persen YoY vs 1,8 persen YoY di 3Q17) terjadi pertumbuhan yang lebih lambat.
Sementara itu, sektor sekunder turun sedikit menjadi 5,3 persen YoY (vs 5,5 persen YoY di 3Q17), karena peningkatan moderat di bidang manufaktur (4,5 persen YoY vs 4,8 persen YoY pada 3Q17) mengimbangi peningkatan tinggi yang terjadi di bidang konstruksi (7,2 persen YoY vs. 7,0 persen YoY di 3Q17).
Supply Side Story (%, YoY)
Sumber : riset Morgan Stanley
Di sisi lain, momentum pertumbuhan di sektor tersier sedikit naik menjadi 6 persen YoY (vs 5,9 persen YoY di 3Q17). Secara khusus, sub segmen jasa yang memiliki pertumbuhan lebih baik adalah informasi dan komunikasi, properti, administrasi publik, dan layanan pendidikan. (K03/AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.