Jika Punya Saham ASII Sejak IPO, Investor Kini Telah Untung Berapa?
Astra International menawarkan harga saham perdana Rp14.850 per lembar pada IPO tahun 1990
Astra International menawarkan harga saham perdana Rp14.850 per lembar pada IPO tahun 1990
Bareksa.com - Pasar modal Indonesia terus menunjukkan gairah, seiring dengan terus tercatatnya level rekor baru. Hal ini tidak terlepas dari kinerja saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, terutama yang memiliki kapitalisasi pasar besar dan telah lama berkontribusi bagi pergerakan indeks. Investor, terutama yang sudah lama menanamkan modal di saham, pun terus mencatat keuntungan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir pekan lalu, Jumat, 22 Desember 2017 naik 0,6 persen dan ditutup di level 6.221, tertinggi sepanjang sejarah (all time high). Saat itu, salah satu emiten yang mendorongnya adalah PT Astra International Tbk (ASII), yang naik 1,2 persen dan menyumbang 3,2 poin terhadap peningkatan indeks. Wajar saja pergerakan saham ASII bisa mendorong IHSG karena saham ini masuk ke daftar 10 emiten berkapitalisasi pasar (market cap) terbesar dengan nilai Rp332 triliun pada penutupan Jumat.
Didirikan oleh kakak beradik Tjia Kian Tie dan William Soeryadjaya, Astra bukanlah nama baru di dunia pasar modal. Emiten yang masuk ke dalam sektor saham aneka industri ini sudah tercatat sebagai perusahaan publik sejak 27 tahun lalu, ketika bursa masih bernama Bursa Efek Jakarta -- dan belum merger dengan Bursa Efek Surabaya. Lantas seberapa besar keuntungan bila seorang investor telah memegang saham ASII sejak penawaran perdana?
Promo Terbaru di Bareksa
Perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa pada tanggal 4 April 1990 ini memiliki harga penawaran umum atau initial public offering (IPO) sebesar Rp14.850 per lembar saham dengan nilai nominal sebesar Rp1.000. Jumlah saham yang ditawarkan kepada publik sebanyak 30 juta lembar saham atau 15 persen dari modal disetor perseroan, sehingga hasil perolehan IPO mencapai Rp445,5 miliar.
Jika disesuaikan dengan perdagangan hari ini, harga saham ASII saat IPO hanya setara Rp104,36 per saham. Penyesuaian tersebut dilakukan akibat sejumlah aksi korporasi termasuk pemecahan saham (stock split), rights issue dan penerbitan saham bonus.
Tabel: Riwayat Aksi Korporasi Saham ASII
Sumber: Data Bursa Efek Indonesia
Adapun harga selembar saham ASII pada saat ini (penutupan 22 Desember 2017) sebesar Rp8.200 per saham dengan jumlah saham beredar menjadi 40,4 miliar. Berarti harga saham ASII telah naik 78,57 kali lipat jika dibandingkan harga saat IPO.
Jadi, jika kita menginvestasikan uang sebesar Rp1 juta pada saham ASII sejak 4 April 1990, maka pada saat ini, nilai uang tersebut telah menjadi Rp78,57 juta.
Sementara itu, nilai kapitalisasi ASII telah melonjak 745,2 kali lipat menjadi Rp332 triliun dari sebelumnya hanya sebesar Rp445,5 miliar.
Pertumbuhan harga saham dan kapitalisasi pasar ASII ini tidak terlepas dari kinerja keuangannya. Dalam sembilan bulan 2017, emiten yang menerima kontribusi utama dari bisnis otomotifnya ini mencatat pendapatan Rp150,2 triliun, naik 13,5 persen dibandingkan dengan perolehan periode sama tahun lalu sebesar Rp132,3 triliun.
Bahkan jika dibandingkan dalam 10 tahun terakhir, pendapatan Astra sudah melonjak lebih dari dua kali lipat. Pada tahun 2007, pendapatan perseroan hanya Rp70 triliun sedangkan pada 2016 nilainya sudah mencapai Rp181,1 triliun.
Grafik: Pergerakan Pendapatan dan Laba Astra
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan
Naiknya pendapatan mendongkrak laba perusahaan yang juga ikut meningkat menjadi Rp14,2 triliun pada Januari-September 2017 dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp11,3 triliun.
Dan jika dibandingkan periode sekitar 10 tahun, laba tahunan Astra juga tumbuh dua kali lipat dari Rp6,5 triliun pada 2007 menjadi Rp15,16 triliun pada 2016.
Menanggapi perkembangan harga saham yang signifikan tersebut, Head of Public Relations PT Astra International Tbk Yulian Warman memandangnya sebagai hal yang positif bagi investor Astra, yang sejalan dengan kinerja keuangan perusahaan.
"Kami berharap perkembangan harga saham ASII memberi nilai lebih bagi investor, di samping dividen. Sementara di sisi lain, pengembangan usaha Astra bisa menambah lapangan kerja yang akhirnya memberi nilai lebih bagi ekonomi Indonesia," katanya ketika dihubungi oleh Bareksa.com.
Bila ditelusuri lebih jauh, pengembangan usaha Astra memang menarik. Telah beroperasi sejak 60 tahun yang lalu, Astra dulunya hanya perusahaan perdagangan yang memasarkan minuman ringan.
Seiring dengan ekspansi usaha, kini Astra telah memiliki tujuh lini bisnis, yakni otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur dan logistik, teknologi informasi, dan properti. Sebagai informasi, bisnis properti ini merupakan yang paling baru dimasuki oleh perseroan yakni sejak 2013.
Grafik: Jumlah Karyawan Astra dan Jumlah Anak Usaha
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan
Sejalan dengan ekspansi bisnis tersebut, jumlah anak usaha perusahaan juga terus bertambah menjadi 208 perusahaan dari sebelumnya hanya 145 pada tahun 2010. Jumlah karyawan juga naik lebih dari 50 persen sejak 2010-2016 menjadi 214.800 orang dari sebelumnya 145.200 orang. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.381,72 | 0,79% | 4,58% | 7,47% | 8,70% | 19,15% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.092,63 | 0,46% | 4,81% | 6,91% | 7,36% | 2,52% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.077,99 | 0,64% | 3,96% | 6,92% | 7,73% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.842,22 | 0,53% | 3,90% | 6,53% | 7,39% | 16,96% | 39,93% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.266,09 | 0,79% | 3,81% | 6,34% | 7,11% | 19,79% | 35,60% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.