BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

META: Harga Saham, Keuangan & Kronologis Investor Pengendali

Bareksa06 Oktober 2017
Tags:
META: Harga Saham, Keuangan & Kronologis Investor Pengendali
Pengunjung menyaksikan layar pergerakan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Dalam 6 bulan pertama di 2017, META mencatatkan peningkatan 15% pada laba bersih

Bareksa.com - Saham PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) menjadi salah satu saham dengan volume besar pada perdagangan hari ini 5 Oktober 2017. Perdagangan saham emiten penyedia infrastruktur tersebut kembali ramai setelah terjadi transaksi pemindahan kepemilikan yang terjadi belum lama ini.

Harga saham META hari ini ditutup naik 8,6 persen menjadi Rp180 dari sebelumnya Rp163. Hal itu terdorong aksi borong yang dilakukan oleh broker BCA Securities (SQ) sebanyak 328 ribu lot saham pada harga rata-rata Rp172 per saham senilai Rp5,7 miliar.

Nilia transaksi yang dilakukan oleh SQ setara 17 persen jika dibandingkan seluruh transaksi saham META yang mencapai Rp33,7 miliar hari ini.

Promo Terbaru di Bareksa

Grafik: Harga Saham META Intraday

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Sebelumnya SQ juga pernah tercatat membeli saham META pada tanggal 8 September 2017 hingga 66 juta lot, pada harga premium Rp 270 per saham atau senilai Rp 1,78 triliun. Namun, transaksi dilakukan di pasar negosiasi. Saat itu, penjual saham tersebut melalui broker Credit Suisse Securities (CS).

Setelah ditelusuri, sesuai keterbukaan informasinya, transaksi jumbo tersebut dilakukan oleh PT Matahari Kapital Indonesia yang kini mengenggam 43 persen saham META dari Grup Rajawali. Grup Rajawali sendiri terdiri dari dua entitas yakni Eagle Infrastructure yang sebelumnya memiliki 22 persen dan Hijau Makmur Sejahtera sebesar 21 persen saham META. Maka, saat ini pemegang saham META adalah Matahari Kapital 43,32 persen, 2,53 persen saham treasury dan 54,15 persen adalah publik.

Pemegang Saham

Adapun pemegang saham Matahari Kapital adalah PT Annisa Kapital dan PT Almanda Kapital dengan komposisi masing-masing 51 persen dan 49 persen yang secara tidak langsung dimiliki oleh M Ramdani Basri selaku direktur utama Nusantara Infrastructure saat ini. Ramdani pun bertindak sebagai komisaris Matahari Kapital.

Sedangkan direktur utama Matahari Kapital adalah R. Mohamad Afdal Rezki PP dan Indrasari Satyowati bertindak sebagai direktur perusahaan ini. "Pengendali Eagle Infrastructure dan Matahari Kapital merupakan pihak yang sama," tulis keterbukaan informasi itu.

Dalam keterbukaan informasi, meskipun terdapat perubahan kepemilikan, tidak ada perubahan pengendali META setelah transaksi ini. "Pemegang saham pengendali Matahari Kapital yang juga merupakan pengendali Eagle Infrastructure adalah pihak yang mempunyai kemampuan untuk menentukan, baik langsung maupun tidak langsung dengan cara apapun pengelolaan dan kebijakan perusahaan," ungkap perusahaan.

Sebelumnya Rajawali tercatat membeli saham META pada 2010, di mana pembelian saham lewat Hijau Makmur Sejahtera langsung sebesar 23,63 persen dan Eagle Infrastructure Fund Limited membeli 22,37 persen dari saham yang beredar.

Transaksi tersebut mengakibatkan kepemilikan PT Bosowa Corporation di META berkurang menjadi 20,12 persen dari sebelumnya 56,46 persen.

Menurut penelusuran Bareksa, Eagle Infrastructure Limited Fund menjual saham META kepada Credit Suisse International sebesar 2 persen atau senilai Rp 39,7 miliar. Sedangkan Eagle Infrastructure Limited Fund tidak diakui sebagai anak usaha dari Grup Rajawali mengacu pada website perusahaan.

Tak lama setelah kejadian tersebut, pada 23 Mei 2012 dalam RUPSLB yang dihelat di Hotel JW Marriott, Darjoto Setyawan diangkat menjadi Komisaris Utama META, menggantikan John Scott Younger. Sebagai informasi, Darjoto juga pernah menjabat Direktur Pengelola Pertambangan dan Sumber Daya Alam Rajawali Foundation sejak Tahun 2005. Darjoto juga pernah menjadi Direktur Rajawali Corpora, yakni holding induk perusahaan milik taipan Peter Sondakh.

Baru-baru ini, Darjoto melepaskan jabatannya di Rajawali Corpora dan digantikan oleh Satrio Tjai. Pada saat yang sama, Satrio Tjai juga memegang jabatan Komisaris Utama META yang pernah diduduki Darjoto.

Menariknya, setelah transaksi terakhir tersebut, Satrio Tjai masih menjadi Komisaris Utama META, sekaligus Direktur Rajawali. Maka, Direktur Utama META masih terafiliasi Matahari Kapital dan Komisaris Utama META terafiliasi Rajawali. Namun, Rajawali Corp bantah menjadi pemegang saham pengendali META>

Ketika dikonfirmasi Bareksa, GM Corporate META, Deden Rochmawaty, enggan memberikan tanggapan. "Ini pertanyaan sensitif," katanya kepada Bareksa.

Direktur Rajawali Corpora, Satrio Tjai, menyatakan bahwa Rajawali Corp tidak pernah menjadi pemegang saham pengendali META. "Saya hanya komisaris utama di META, namun Rajawali Corp tidak punya (perwakilan) direksi," ungkapnya ketika dikonfirmasi Bareksa.

Untuk diketahui Satrio saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama META berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan pada Juli 2017 lalu.

Kinerja Keuangan

Dari sisi kinerjanya dalam 6 bulan pertama di 2017. Pada periode ini, META mencatatkan laba Rp 124 miliar atau naik 15 persen dari sebelumnya rugi Rp 108 miliar terdorong penjualannya yang naik 9 persen dari Rp 324 miliar menjadi Rp 356 miliar

Grafik: Pergerakan Pendapatan dan Laba Semester I 2013-2017

Illustration

Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan

Salah satu poin penting META dalam mencatat laba adalah pendapatan konstruksi yang merupakan jasa kompensasi yang diakui oleh entitas anak untuk peningkatan kapasitas produksi air bersih. Pendapatan konstruksi dinilai dengan menggunakan metode cost-plus, yang mana seluruh biaya yang dapat didistribusikan langsung sebagai nilai perolehan aset tambahan dengan marjin tertentu.

Pendapatan konstruksi untuk periode 6 bulan yang berakhir 30 Juni 2017 naik menjadi Rp 1,29 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 273,6 juta.

Di sisi lain, META juga berhasil menekan beban penjualan, umum, dan administrasi dari Rp74,6 miliar menjadi hanya Rp79 miliar. (hm)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,56%
Up4,26%
Up7,54%
Up8,69%
Up19,21%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,43%
Up4,43%
Up6,99%
Up7,44%
Up2,54%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,98%
Up7,06%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,45

Up0,53%
Up3,89%
Up6,66%
Up7,38%
Up17,02%
Up40,39%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,88%
Up6,54%
Up7,20%
Up20,19%
Up35,64%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua