Daya Beli Mulai Meningkat, Inflasi Oktober Capai 3,58 Persen
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Oktober) 2017 masih stabil di kisaran 2,67 persen
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Oktober) 2017 masih stabil di kisaran 2,67 persen
Bareksa.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi sebesar 0,01 persen pada Oktober 2017. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Oktober) 2017 sebesar 2,67 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2017 terhadap Oktober 2016) sebesar 3,58 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya beberapa indeks kelompok pengeluaran, antara lain : bahan makanan, makanan jadi, perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan dan transpor. Semua kelompok pengeluaran tersebut pun dihitung dalam indeks harga konsumen (IHK).
Komponen inti tahun kalender (Januari–Oktober) 2017 mengalami inflasi sebesar 2,68 persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Oktober 2017 terhadap Oktober 2016) sebesar 3,07 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Gambar : Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran
Sumber : BPS
Sekedar informasi, Inflasi inti pada dasarnya merupakan suatu tingkat inflasi setelah mengeluarkan bahan makanan yang harganya sangat berfluktuasi (volatile foods), dan barang-barang yang harganya banyak ditentukan pemerintah (administered goods). Volatile foods termasuk di antaranya beras, cabe, dan hasil-hasil pertanian lainnya, sementara itu administered goods termasuk di antaranya Bahan Bakar Minyak (BBM) dan listrik. (Baca Juga : Upah Minimum Naik Potensi Dongkrak Inflasi Indonesia Hingga 3,9% di tahun 2018)
Grafik : Perbandingan Inflasi dan Inflasi Inti Sepanjang 2017
Sumber : BPS, diolah Bareksa
Dalam dua bulan terakhir, Inflasi Inti Indonesia terus melakukan mengalami perbaikan (recovery). Menurut analisis Bareksa, hal ini menggambarkan keadaan daya beli kembali mulai terlihat dan inflasi inti lebih dapat dikontrol dengan kebijakan pelonggaran moneter.
Hasil penelitian di BI juga menunjukkan bahwa di Indonesia, dibandingkan dengan inflasi IHK, inflasi inti lebih dapat dikontrol dengan kebijakan moneter. Hal ini sangat beralasan karena jika harga volatile foods lebih ditentukan oleh gangguan terhadap pasokan, sementara harga administered goods ditentukan oleh pemerintah, maka kestabilan harga yang diukur dengan inflasi inti lah yang berada dalam kendali BI.
Tentu saja, meskipun BI memfokuskan pada pengendalian inflasi inti, bukan berarti inflasi IHK diabaikan. Melalui inflasi inti, BI akan mengetahui kecenderungan inflasi yang bersifat jangka menengah dan panjang. Inflasi inti dapat juga dipengaruhi oleh kenaikan harga volatile foods dan administered goods melalui efek lanjutan (second round effects). (Baca Juga : Inflasi September 0,13 Persen, di Atas Ekspektasi Konsensus)? (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.