Proses Pengalihan Transponder Satelit Telkom 1 Berlangsung Hingga 30 Agustus
Perseroan juga bakal mengalihkan transponder ke beberapa satelit asing yang bebasis di Hong Kong dan Cina
Perseroan juga bakal mengalihkan transponder ke beberapa satelit asing yang bebasis di Hong Kong dan Cina
Bareksa.com – PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) bakal mengalihkan transponder Telkom 1 ke sejumlah transponder satelit pengganti. Proses pengalihan transponder satelit bakal berlangsung hingga 30 Agustus 2017.
Direktur Utama Telekomunikasi Indonesia, Alex J Sinaga menuturkan, saat ini perseoran memiliki sebanyak tiga buah satelit, yakni satelit Telkom 1, Telkom 2 dan Telkom 3S. Setelah Telkom 1 mengalami gangguan, dua satelit perseoran lainnya tidak mampu menampung seluruh konektivitas Telkom 1 sehingga perlu satelit lain.
“Satelit Telkom 2 dan 3S tidak mampu me-cover kecepatan yang dibutuhkan,” ujarnya di Jakarta, Senin, 28 Agustus 2017.
Promo Terbaru di Bareksa
Dia melanjutkan, perseroan juga bakal mengalihkan transponder ke beberapa satelit asing yang bebasis di Hong Kong dan Cina. Penggunaan satelit asing bukan hal baru bari Telkom karena sebelum meluncurkan satelit Telkom 3S perseroan sudah menggunakan satelit milik asing.
Seandainya Telkom 1 pada akhirnya tidak dapat lagi digunakan, Telkom sudah memiliki strategi untuk menanggulanginnya. Rencananya, pada pertengahan tahun depan Telkom bakal meluncurkan satelit Telkom 4.
“Saat ini proses migrasi transponder telah mencapai sekitar 17 persen,” jelas Alex.
Tetapkan Tiga Prioritas
Dalam migrasi transponder, Telkom menetapkan tiga prioritas. Pertama kali yang akan dipulihkan adalah yang berhubungan dengan pemerintah karena sifatnya strategis. Kedua adalah sektor yang melayani publik, sedangkan ketiga untuk korporasi privat.
Satelit Telkom 1 diluncurkan pada 1999. Saat diluncurkan, desain satelit itu diprediksi dapat beroperasi selama 15 tahun.
Pada 2014, Telkom dibantu pabrikan satelit Telkom 1, Lockheed Martin, melakukan kajian intensif terhadap satelit Telkom 1. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa satelit Telkom 1 dapat beroperasi hingga 2019 karena masih memiliki cukup bahan bakar untuk beroperasi.
Layani 15 Ribu Site
Hingga saat ini, Telkom 1 telah melayani sebanyak 63 pelanggan, delapan di antaranya merupakan provider very small aperture terminal (VSAT) yang memiliki sebanyak 12.030 site. Apabila ditambah dengan pelanggan non-provider VSAT maka jumlah ground segment yang dilayani Telkom 1 sebanyak 15 ribu site.
Dia mengakui bahwa sebagian besar pelanggan provider VSAT Telkom 1 adalah perusahaan di sektor perbankan. Perusahaan bank secara tidak langsung merupakan pelanggan Telkom 1.
Secara bertahap, Telkom akan melakukan repointing antena ground segment. Rencananya proses repointing site akan berlangsung pararel dengan migrasi transponder hingga 10 September 2017.
Dalam rancangan kerjanya, Alex memperkirakan perseoran bakal menuntaskan sekitar 1.500 site per hari. Dalam perhitungan Telkom, dengan target seperti itu maka repointing antena akan tuntas pada 10 September 2017.
Potensi Kerugian Masih Dihitung
Pendapatan perseroan dari bisnis satelit saat ini sekitar 0,6 persen dari total pendapatan. Perseroan telah mengasuransikan satelit Telkom 1 ke Jasindo, perusahaan asuransi dalam negeri yang memiliki rekam jejak yang kuat di sektor satelit.
Telkom masih menghitung potensi kerugian akibat anomali satelit Telkom 1. Alex menyatakan bahwa pihaknya tetap memprioritaskan pemulihan layanan.
Tekait keamanan data, Alex menelaskan bahwa fungsi satelit Telkom 1 hanya sebagai konektivitas. Data-data miliki pelanggan Telkom tetap tersimpan di database masing-masing perusahaan.
Setiap end user pelanggan seperti perbankan pasti sudah memiliki firewall. “Satelit tidak ada bedanya seperti jaringan kabel, tugasnya hanya sebagai konektivitas,” terang dia.
Untuk diketahui, gangguan pada satelit Telkom 1 telah mengakibatkan ribuan jaringan mesin anjungan tunai mandiri (ATM) terganggu. Tercatat kinerja sebagian mesin ATM PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mengalami gangguan sejak Jumat akhir pekan lalu.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,6 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,56 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,51 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,58 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.288,82 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.