Pasca BI Rate Turun, Bank Mana Saja yang Siap Pangkas Bunga Kredit?
Relaksasi LTV dan LFR masih diharapkan pelaku industri perbankan
Relaksasi LTV dan LFR masih diharapkan pelaku industri perbankan
Bareksa.com - Pasca penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dari sebelumnya 4,75 persen menjadi 4,5 persen, mendorong sejumlah bank bersiap untuk menurunkan suku bunga kredit. Di sisi lain, bank juga menanggapi positif kebijakan makro prudensial yang akan dikeluarkan BI.
Direktur Utama PT Bank DKI Kresno Sediarsi, mengungkapkan melalui penurunan suku bunga acuan ini diharapkan bank bisa mentransmisikan ke suku bunga di pasar uang. Namun untuk bisa mendorong kredit, bank tidak hanya penurunan suku bunga acuan, namun pelonggaran kebijakan lain.
“Kalau tidak ada pelonggaran kebijakan lain kurang cepat efeknya, makanya harus diikuti pelonggaran kebijakan lain seperti pelonggaran giro wajiib minimum (GWM), loan to value (LTV) dan loan to funding ratio (LFR),” ujarnya di Jakarta, Rabu, 23 Agustus 2017.
Promo Terbaru di Bareksa
Presiden Direktur PT Bank Mayapada International Tbk (MAYA), Hariyono Tjahjarijadi, menjelaskan suku bunga acuan BI, yakni BI 7 Days Reverse Repo Rate merupakan kurs indikasi. Jadi, suku bunga acuan tersebut lebih menimbulkan dampak psikologis, namun bukan untuk transaksi di pasar. Oleh karena itu, penurunan suku bunga acuan tersebut sebenarnya tidak ada kaitan langsung dengan suku bunga riil di pasar.
“Namun demikian dari dampak psikologis yang ditimbulkan bisa mempengaruhi pasar sehingga bisa benar-benar menjadi kurs aktual sehingga transmisi kebijakan berupa penurunan suku bunga kredit dan simpanan secara bertahap akan terjadi,”kata dia.
Di Bank Mayapada, pihaknya akan terus memantau situasi pasar dalam beberapa pekan ke depan. Apabila likuiditas di pasar uang dan permintaan kredit normal, maka perseroan berpeluang untuk menurunkan suku bunga kredit sekitar 15 basis poin.
Mengenai kebijakan makro prudensial yang akan dikeluarkan BI, menurut Hariyono, dari sisi relaksasi LTV tentunya akan berdampak positif terhadap pertumbuhan kredit properti dan otomotif. Namun demikian, perseroan belum terlalu agresif melakukan ekspansi di kedua sektor tersebut.
Sedangkan dari sisi relaksasi LFR, pihaknya juga menilai bisa memacu pertumbuhan kredit. Pasalnya, pembelian obligasi korporasi bisa menurunkan LFR bank sehingga bank harus melepas kredit lebih banyak lagi.
Relaksasi LTV akan Positif
Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP), Parwati Surjaudaja, mengungkapkan penerapan LTV saat ini sudah cukup baik untuk menggenjot pertumbuhan kredit. Namun, apabila ada relaksasi lebih lanjut, pihaknya akan mempelajari nanti.
Sedangkan saat ini, pertumbuhan KPR perseroan sudah selaras dengan industri perbankan, yakni hampir 10 persen. Sementara untuk kredit otomotif, pihaknya tidak terlalu memfokuskan.
Direktur PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Randi Anto, mengungkapkan relaksasi LTV bisa berpengaruh positif terhadap kredit properti dan otomotif. Namun demikian, bank perlu berhati-hati dan memastikan kas arus nasabah bisa terpantau dan terkontrol sehingga ketepatan angsuran bisa terjaga.
Di sisi lain, Direktur PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), Anggoro Eko Cahyo, mengungkapkan pihaknya sebelumnya diminta masukan oleh BI mengenai relaksasi LTV. Adapun masukan yang diberikan oleh BNI adalah relaksasi LTV untuk rumah kedua dan ketiga. “Jadi tidak spesifik spasial,”jelas dia.
Meski demikian, dia optimistis LTV spasial ini bisa mendorong pertumbuhan kredit properti. Sebab kebutuhan kredit masyarakat sebenarnya tinggi, namun memang permintaan kreditnya masih rendah. "Kami berharap tahun ini properti bisa menggeliat kembali sehingga kredit properti kami bisa bertumbuh dua digit, dari hanya 4,5 persen pada tahun lalu,”kata dia.
Bank Indonesia (BI) sebelumnya memutuskan untuk menurunkan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin dari 4,75 persen menjadi 4,5 persen. Pertimbangan penurunan ini untuk menggenjot pertumbuhan kredit tahun depan di kisaran 10-12 persen. (K09)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.379,53 | 1,02% | 5,18% | 7,30% | 8,82% | 19,45% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.089,71 | 0,44% | 5,40% | 6,62% | 7,08% | 2,64% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.837,78 | 0,53% | 3,93% | 6,27% | 7,42% | 17,19% | 40,03% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,16 | 0,66% | 3,97% | 6,64% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.257,46 | 0,72% | 3,68% | 5,94% | 6,95% | 19,66% | 35,50% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.