BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Tiga Saham Anak Usaha BUMN ini Kompak Longsor, Satu Saham Naik Sepanjang 2017

14 September 2017
Tags:
Tiga Saham Anak Usaha BUMN ini Kompak Longsor, Satu Saham Naik Sepanjang 2017
Seorang investor takut untuk memilih saham. (123RF, Konstantin Sutyagin/Bareksa)

Saham WTON, WSBP, dan ELSA anjlok 28-32 persen sepanjang 2017,PPRO tren menurun, namun AGRO naik 33 persen

Bareksa.com – Anak usaha perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) sedang dalam pantauan. Bukan karena rencana IPO, melainkan fenomena penurunan harga saham yang sudah diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam beberapa hari ke belakang, setidaknya nama PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) dan PT Elnusa Tbk (ELSA) cukup mendapat perhatian besar dari para investor saham. Keduanya sedang aktif diperdagangkan dengan volatilitas yang cukup tinggi.

Misalnya saja WSBP. Saham anak usaha PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) ini mengalami penurunan tajam sepanjang tahun ini hingga 13 September 2017. Bahkan, saham WSBP sudah berada di bawah harga perdananya.

Promo Terbaru di Bareksa

Tercatat, saham WSBP pada 13 September 2017 ada pada level Rp 398 per saham, turun 28,29 persen secara year to date atau turun 18,77 persen jika dibandingkan harga IPO Rp 490 per saham. Bahkan pada penutupan sesi I perdagangan Kamis, 14 September 2017, saham WSBP kembali melanjutkan penurunan ke level Rp 368 per saham.

Penurunan harga saham WSBP kali ini juga diwarnai volume dan nilai transaksi besar. Dalam setengah hari, nilai transaksi saham WSBP sudah mencapai Rp148,08 miliar atas volume 3,9 juta lot dengan frekuensi 9.846 kali.

Grafik: Intraday Saham WSBP Sesi I Perdagangan, Kamis, 14 September 2017

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Transaksi saham WSBP hari ini menunjukkan sikap investor asing yang mulai menarik dananya. Pantauan Bareksa, asing mencatat net sell saham WSBP sebesar Rp 28,65 miliar. Belakangan, penurunan saham WSBP dikaitkan erat dengan pergerakkan saham induknya, WSKT yang juga dalam posisi bearish.

Selain WSBP, saham Elnusa yang merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero) juga mendapat sorotan investor. Bedanya, saham ELSA pada perdagangan 13 September 2017 sedang dalam tren bullish dengan catatan naik 24,56 persen dari Rp 228 menjadi Rp 284.

Namun catatan itu tidak membuat saham ELSA dalam kondisi baik jika dibandingkan posisi awal tahun ini. Secara year to date, saham ELSA dalam posisi turun 32,38 persen dari Rp 420 pada 30 Desember 2016.

Dan hingga sesi I pada perdagangan hari ini, saham ELSA kembali melemah dengan penurunan 2,82 persen ke level Rp 276. Transaksi saham ELSA juga cukup besar dengan nilai Rp 144,69 miliar atas volume 5,02 juta lot berfrekuensi 9.919 kali.

Tabel: Posisi Harga Saham Anak Usaha BUMN 30 Desember 2016 Vs 13 September 2017

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Ternyata, pantauan investor terhadap saham anak usaha BUMN tidak hanya tertuju pada WSBP dan ELSA saja. Di luar itu, masih ada PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON), PT PP Properti Tbk (PPRO), dan PT Bank BRI Agroniaga Tbk (AGRO).

Saham WTON secara year to date sudah turun 32,12 persen dari Rp 825 menjadi Rp 560. Sementara, PPRO juga dalam posisi turun jika dibandingkan hari pertama harga baru stock split. Perdagangan hari pertama stock split, saham PPRO menutup perdagangan pada level Rp 346 dan menjadi Rp 206 pada 13 September 2017 atau turun 40,46 persen.

Dan yang menarik adalah saham AGRO. Secara year to date, saham AGRO masih naik 33,42 persen dari Rp 386 menjadi Rp 515. Namun sebenarnya, pergerakkan saham AGRO sedang dalam posisi turun setelah menyentuh level tertingginya tahun ini Rp 1.060.

Di luar saham-saham itu, saat ini beberapa anak usaha BUMN sedang menyiapkan proses pelepasan saham perdana ke publik. Dari beberapa nama, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia menjadi anak usaha BUMN yang paling siap.

Anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) ini melepas sebanyak 10,89 miliar saham atau setara dengan 30 persen dari modal ditempatkan dan disetor GMF setelah IPO.

Dengan PT Mandiri Sekuritas (Mansek), PT Bahana Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, dan PT BNI Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi, saham GMF ditawarkan mulai Rp390 sampai Rp510 per saham. GMF menargetkan bisa meraup dana sekitar Rp 5,55 triliun.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,56%
Up4,26%
Up7,54%
Up8,69%
Up19,21%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,43%
Up4,43%
Up6,99%
Up7,44%
Up2,54%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,98%
Up7,06%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,45

Up0,53%
Up3,89%
Up6,66%
Up7,38%
Up17,02%
Up40,39%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,88%
Up6,54%
Up7,20%
Up20,19%
Up35,64%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua