Dana Investasi BPJS TK Sudah Terkumpul Rp 288 Triliun, 50 Persen Ada di SBN
BPJS TK menargetkan dana investasi bisa terkumpul hingga Rp 297 triliun sampai akhir tahun
BPJS TK menargetkan dana investasi bisa terkumpul hingga Rp 297 triliun sampai akhir tahun
Bareksa.com – BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK) berhasil mencatatkan kinerja positif hingga periode Juli 2017. Pasalnya, dana investasi yang terkumpul sudah mencapai sekitar 97 persen dari target hingga akhir tahun. Amran Nasution, Direktur Pengembangan Investasi BPJSTK mengatakan, pihaknya menargetkan dana investasi bisa terkumpul hingga Rp 297 triliun sampai akhir tahun. Dia menyebut, per Juli 2017 dana yang terkumpul sudah mencapai Rp 288 triliun. "Per Agustus mungkin Rp 291 triliun hingga Rp 292 triliun," ujarnya di Denpasar, Selasa, 5 September 2017.
Amran optimistis sampai akhir tahun perolehan dana akan melebihi target, yakni mencapai Rp 361 triliun. Dia merinci, komposisi investasi dana kelolaan tersebut ada di enam instrumen, yakni deposito, surat berharga, obligasi, saham, reksadana,dan investasi langsung. (Baca Juga : BI Rate Turun, BPJS Ketenagakerjaan Alihkan Investasi dari Deposito ke Saham)
Sesuai aturan OJK, lanjutnya, porsi instrumen investasi di surat berharga negara masih mendominasi yakni sebesar 50 persen. Adapun instrumen penyertaan langsung memiliki komposisi yang paling kecil di antara instrumen lainnya.
Promo Terbaru di Bareksa
Grafik : Pendapatan Investasi BPJSTK (Rp Miliar)
Sumber : Laporan Keuangan BPJSTK, diolah Bareksa
Dana hasil investasi per Juli 2017 kata dia sudah mencapai Rp14,95 triliun dengan yield of investment sebesar 9,41 persen. Sampai akhir tahun, pihaknya menargetkan dana investasi bisa mencapai Rp 24 triliun.
Adapun, langkah Bank Indonesia yang baru saja memangkas suku bunga acuan, tak lantas membuat BPJSTK mengubah komposisi portofolio investasinya. Menurutnya, switching portofolio investasi akan dilakukan pada instrumen investasi yang marginnya rendah.
Memang, ada kemungkinan untuk melakukan switching terhadap instrumen deposito lantaran marginnya rendah. Sementara untuk instrumen saham, lanjut Amran, pihaknya memilih untuk melakukan akumulasi pada saham-saham LQ45 maupun saham BUMN yang valuasinya masih rendah.
Dia optimistis, kondisi perekonomian saat ini sangat mendukung iklim investasi. Menurut Amran, penurunan suku bunga adalah hal yang baik karena akan mendorong kinerja di sektor-sektor lain. "Dengan penurunan suku bunga di Bank Indonesia return peserta akan naik, di samping ada perubahan ekuilibrium yang baru," katanya.
Mengacu pada grafik di atas, jarak antara IHSG dan yield obligasi semakin melebar sehingga menggambarkan bahwa baik pasar saham maupun obligasi sama-sama sedang bullish. Harga obligasi yang terus menguat akan berbanding terbalik dengan penurunan yield sehingga wajar jika pasar obligasi saat ini dikatakan bullish. (Baca Juga : Jika BI Turunkan Suku Bunga, Maka Yield Obligasi Berpeluang ke Level 6,5 Persen)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,6 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,56 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,51 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,58 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.288,82 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.