Hary Tanoe Tersangkut Kasus Hukum, Ini Rincian Kinerja Bisnis Grup MNC
Laba bersih MNCN dan BMTR sama-sama anjlok di kuartal I 2017
Laba bersih MNCN dan BMTR sama-sama anjlok di kuartal I 2017
Bareksa.com – Polemik kasus hukum yang menjerat Hary Tanoesoedibjo, konglomerat sekaligus pemilik Grup MNC makin memanas. Saat ini Hary sedang dalam proses pemeriksaan di Bareskrim Polri dalam kasus dugaan ancaman melalui pesan singkat kepada Jaksa Agung Muda Pidana Khusus,Yulianto. Rencananya pekan ini akan dilakukan gelar perkara oleh Bareskrim Polri untuk memutuskan apakah kasus tersebut akan meningkat statusnya menjadi penyidikan.
Di sisi lain, akibat pernyataan Jaksa Agung HM Prasetyo, pada akhir pekan lalu yang menyebut Hary Tanoe telah ditetapkan sebagai tersangka, membuat raja media tersebut berang karena merasa difitnah. Kini Tim Pengacara Ketua Umum Partai Perindo itu balik mengajukan gugatan pencemaran nama baik kepada Jaksa Agung Prasetyo.
Corporate Secretary Grup MNC, Syafril Nasution, sebelumnya menjamin bisnis Grup MNC tidak tergganggu karena pernyataan Jaksa Agung tersebut. “MNC tidak ingin masuk terpancing dengan omong kosong tersebut,” ucap Syafril, Senin, 19 Juni 2017.
Promo Terbaru di Bareksa
MNC adalah perusahaan konglomerasi media yang membawahkan beberapa stasiun televisi seperti RCTI, MNCTV, Global TV dan INews, media cetak seperti Koran Sindo, beberapa media online seperti Okezone.com, dan Sindonews.com.
Dalam materi paparan publik yang disampaikan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan PT Global Mediacom Tbk (BMTR) kepada Bursa Efek Indonesia, Selasa, 20 Juni 2017, disebutkan bahwa RCTI masih menjadi penguasa pasar pada waktu tayang utama (prime time) sejak awal tahun hingga Juni 2017 ini. RCTI yang membidik segmen penonton ABC meraih pangsa 23,9 persen.
Meski begitu urutan ke-2 dan ke-3 ditempati oleh SCTV dan Indosiar yang merupakan stasiun televisi unit usaha PT Surya Citra Media Tbk (SCMA). SCTV dan Indosiar masing-masing memperoleh pangsa pasar 17,6 persen dan 12,1 persen.
Adapun stasiun TV unit usaha MNCN lainnya yakni MNCTV, Global TV, dan INews masing-masing berada di urutan 5, 7 dan 11 dengan pangsa pasar 8,8 persen, 5,9 persen, serta 1,2 persen.
Tabel : Ranking Stasiun TV pada Jam Tayang Utama
Sumber : materi paparan publik MNCN.
Dari sisi keuangan, kinerja MNCN kurang menggembirakan pada kuartal I 2017. Meskipun pendapatan perseroan berhasil tumbuh mengencang jadi 5 persen pada triwulan I tahun ini, dibandingkan akhir 2016 yang hanya naik 4 persen, namun EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) tumbuh melambat hanya 8 persen dari sebelumnya 9 persen. Namun perseroan memang berhasil mempertahankan margin EBITDA di angka 39 persen.
Pada kuartal I 2017, MNCN mencatatkan laba bersih anjlok 13 persen menjadi Rp 419 miliar. Padahal sepanjang tahun lalu perseroan membukukan kenaikan laba 15 persen menjadi Rp 1,18 triliun. Meski begitu, margin laba bersih perseroan pada kuartal I 2017 ini naik jadi 26 persen dibandingkan pada akhir 2016 yang sebesar 20 persen.
Tabel 2 : Kinerja Keuangan MNCN
Sumber : materi paparan publik MNCN.
Induk usaha MNCN yakni Global Mediacom mencatatkan kinerja makin tertekan. Perseroan mencatatkan pendapatan turun 3 persen pada kuartal I 2017 atau penurunannnya lebih dalam dibandingkan akhir 2016 yang menurun 1 persen. Tidak berbeda, EBITDA perseroan pada periode tiga bulan pertama tahun ini tersungkur turun 10 persen dibandingkan pada akhir 2016 yang masih tumbuh 2 persen.
Akibatnya BMTR mencatatkan laba bersih pada kuartal I 2017 anjlok 51 persen menjadi Rp 188 miliar. Padahal akhir 2016, perseroan masih membukukan laba melonjak 161 persen menjadi Rp 787 miliar. Meski begitu BMTR berhasil mempertahankan margin laba bersih di level 8 persen pada kuartal I 2017 dibandingkan akhir 2016.
Tabel 3 : Kinerja Keuangan BMTR
Sumber : materi paparan publik BMTR.
Pada perdagangan Selasa siang, 20 Juni 2017 pukul 13.00 WIB saham MNCN dan BMTR sama-sama satgnan di level Rp 1.875 dan Rp 615 per saham.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.