BI: Indonesia Belum Siap Turunkan Bunga Kredit Hingga Single Digit
Permintaan kredit yang rendah jadi pemicu suku bunga kredit masih dikisaran double digit
Permintaan kredit yang rendah jadi pemicu suku bunga kredit masih dikisaran double digit
Bareksa.com - Wacana pemerintah untuk menurunkan suku bunga kredit hingga ke level single digit sepertinya masih membutuhkan waktu yang lebih lama karena prioritas perbankan saat ini masih mengejar angka pertumbuhan kredit.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menjelaskan, pergerakan suku bunga kredit sangat dipengaruhi oleh adanya permintaan dan penawaran. Saat ini, tingkat pertumbuhan kredit masih rendah sehingga perbankan harus terlebih dahulu meningkatkan permintaan kredit.
"Pertumbuhan kredit masih berada di level single digit, jadi ini yang lebih menjadi perhatian,"ucap dia di Jakarta, Jumat (12/5).
Promo Terbaru di Bareksa
Sementara itu, perbankan masih melakukan konsolidasi akibat risiko kredit yang bermasalah sehingga belum bisa melakukan penyesuaian terhadap besaran bunga kredit. Di sisi lain, tahun ini masih ada kemungkinan kenaikan suku bunga acuan Amerika, the Fed Rate. Kenaikan ini disinyalir akan berlanjut hingga tahun mendatang.
"2017, akan ada tiga kali kenaikan the Fed Rate. Begitu juga tahun 2018 akan ada tiga kali lagi kenaikan The Fed, sehingga kita harus bersiap diri untuk menjaga stabilitas sistem keuangan," tambah Agus.
Hal ini juga dikonfirmasi oleh Presiden Direktur PT. Bank Mayapada International Tbk Hariyono Tjahjarijadi. Menurutnya saat ini yang menjadi perhatian pihak bank adalah cara untuk meningkatkan permintaan kredit, bukan mengarahkan suku bunga ke level single digit. Pasalnya akselerasi pertumbuhan kredit masih terhambat kondisi perekonomian yang belum membaik.
"Dengan infrastruktur yang makin baik, diharapkan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan menjadi kenyataan," tambah Hariyono.
Lagipula, penurunan suku bunga kredit tidak bisa dilakukan secara instan. Menurut dia, banyak faktor yang mempengaruhinya seperti pasokan likuiditas di pasar uang dan permintaan kredit.
Hariyono menilai, saat ini likuiditas perbankan masih normal dan kebutuhan kredit relatif rendah. Adanya kenaikan suku bunga the Fed Rate yang berpotensi mendorong keluarnya modal dari sistem keuangan Indonesia juga menjadi kekhawatiran perbankan saat ini. Risiko ini malah memungkinkan terjadinya peningkatan suku bunga kredit.
Ke depan, Hariyono optimistis pertumbuhan ekonomi bisa bergerak maju, seiring dengan meningkatnya kebutuhan barang dan jasa menjelang lebaran hingga akhir semester kedua.
"Di Bank Mayapada, pergerakannya suku bunga kredit masih normal, tetapi masih ada peluang penurunan 15-25 bps,"jelas dia.
Sementara itu, Chief Economist SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) Eric Sugandi menjelaskan, pada tahun ini, BI 7 days reverse repo (7 days RR) rate kemungkinan akan tetap di angka 4,75 persen sehingga mampu mendorong turunnya suku bunga simpinan. Dengan angka tersebut, suku bunga kredit masih akan bergerak turun walaupun tidak sebesar tahun lalu.
"Dengan rendahnya suku bunga simpanan, spread untuk menurunkan suku bunga kredit masih ada," kata dia.
Lebih lanjut, pergerakan suku bunga simpanan ini bisa saja sedikit meningkat, apabila terjadi perebutan dana pihak ketiga (DPK). Namun karena BI belum menaikkan 7 days RR, maka kenaikan suku bunga simpanan ini masih bisa ditekan.
Seiring dengan suku bunga simpanan yang menurun terbatas, suku bunga kredit juga menurun terbatas. Pada Maret 2017, suku bunga kredit menurun menjadi 11,9 persen dari posisi Maret 2016 yang sebesar 11,97 persen berdasarkan data Bank Indonesia.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.