Saham SMBR dan INTP Telah Meroket, Harga SMGR Menjadi Murah?
Harga saham SMGR cenderung stagnan sejak tahun lalu karena baru naik 1,17 persen
Harga saham SMGR cenderung stagnan sejak tahun lalu karena baru naik 1,17 persen
Bareksa.com - Konsumsi semen nasional terpantau naik dalam periode empat bulan pertama tahun ini. Hal tersebut turut menjadi sentimen positif bagi pergerakan saham produsen semen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Dalam waktu sekitar setahun terakhir, sebagian besar harga saham produsen semen telah melonjak tinggi seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi dan permintaan semen nasional. Meskipun masih dapat mempertahankan kinerja keuangan dan penjualan, harga saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) yang merupakan badan usaha milik negara ini justru stagnan.
Untuk membandingkan kinerja perusahaan semen ini, Bareksa membandingkan harga saham SMGR dengan emiten serupa, yakni PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB). Pergerakan saham-saham ini dipantau selama periode 29 Mei 2016 hingga 26 Mei 2017.
Promo Terbaru di Bareksa
Saham SMBR sepanjang setahun terakhir sudah melonjak 6 kali lipat, atau 505 persen menjadi Rp3.150, dari sebelumnya hanya ditransaksikan pada level Rp525. Pada saat yang sama, saham INTP telah naik 11,70 persen menjadi Rp18.600 dari sebelumnya berada di harga Rp16.650.
Sementara itu, harga saham SMGR cenderung bergerak stagnan sejak tahun lalu karena baru naik 1,17 persen menjadi Rp9.250 dari sebelumnya Rp9.125. Adapun saham SMCB justru anjlok 24,20 persen menjadi Rp830.
Grafik: Harga Saham Emiten Semen Selama Setahun
Sumber: Bareksa.com.
Meskipun demikian, pergerakan harga saham ini tidak selalu seiring dengan kinerja keuangan mereka. Indocement mencatat penurunan laba bersih 51 persen menjadi Rp491,6 miliar pada tiga bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan angka pada periode sama 2016. Semen Indonesia mencatat penurunan laba 27,8 persen pada kuartal pertama tahun ini menjadi Rp746 miliar dibandingkan dengan Rp1,03 triliun sebelumnya.
Di sisi lain, Semen Baturaja pada kuartal pertama tahun ini sudah membukukan peningkatan laba bersih sebesar 14 persen menjadi Rp32 miliar dibandingkan angka pada periode sama tahun lalu. Adapun Holcim membukukan kerugian bersih Rp116 miliar dibandingkan dengan laba bersih pada periode sama tahun sebelumnya.
Naiknya harga saham beberapa produsen semen tersebut membuat harga saham berbanding dengan laba bersih (Price to Earnings Ratio/PER) naik. Semakin tinggi nilai PER, maka harga saham emiten tersebut semakin mahal relatif terhadap kinerja labanya, begitupun sebaliknya.
Kemudian, Bareksa membandingkan PER saham ini dengan rata-rata industri dasar. Berdasarkan data Bloomberg, rata-rata sektor industri dasar saat ini berada di level 13,4 kali.
Jika dilihat pada harga sekarang, PER saham SMBR telah menjadi 118,68 kali. Angka tersebut jauh berada di atas PER saham lainnya dan di atas rata-rata sektor industri dasar.
Grafik: PER Saham Emiten Semen
Sumber: Bloomberg.com
Saham INTP memiliki PER sebesar 20,55 kali. Angka tersebut juga telah dianggap premium jika dibandingkan rata-rata industri.
Sementara itu, PER saham SMGR masih berada di level 13 kali. Angka ini terbilang murah bila dibandingkan saham SMBR dan INTP yang sudah melampaui jauh rata-rata sektor.
Adapun saham SMCB memiliki PER yang negatif 13,6 kali, seiring dengan kinerja perusahaan kuartal I -2017 yang mengantongi rugi sebesar Rp116 miliar.
Sebagai informasi, data Asosiasi Semen Indonesia mencatat pertumbuhan konsumsi semen pada industri ini sebesar 4,8 persen dalam periode empat bulan pertama 2017. Dalam waktu yang sama, volume penjualan Semen Indonesia tumbuh 8,2 persen.
Semen Indonesia yang merupakan BUMN ini masih mendominasi pangsa pasar nasional dengan porsi 42,4 persen. Penjualan Semen Indonesia baik domestik maupun ekspor mencapai 8,6 juta ton sepanjang periode Januari-April 2017 sementara industri nasional mencapai 20,4 juta ton. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,6 | 0,21% | 4,12% | 7,77% | 8,02% | 19,27% | 38,33% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,56 | 0,20% | 4,14% | 7,20% | 7,44% | 2,99% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,51 | 0,57% | 4,03% | 7,67% | 7,80% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,58 | 0,55% | 3,90% | 7,24% | 7,38% | 17,49% | 40,84% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.288,82 | 0,81% | 4,14% | 7,41% | 7,53% | 19,89% | 35,81% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.