9 Anak BUMN Akan IPO, Bagaimana Kontribusi Laba Yang Sudah Go Public?
Kementerian BUMN pastikan setiap bulan mulai April ada satu anak BUMN IPO
Kementerian BUMN pastikan setiap bulan mulai April ada satu anak BUMN IPO
Bareksa.com – Perlahan tapi pasti, rencana pelepasan saham perusahaan anak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) segera terealisasi melalui penawaran perdana kepada publik (initial public offering/IPO) di bursa saham. Menurut Deputi Kementerian BUMN Bidang Restruktruisasi dan Pengembangan Usaha Aloysius Kiik Ro, IPO sembilan perusahaan yang dimaksud dengan target nilai Rp21 triliun bisa mulai terealisasi pada kuartal II mendatang.
Dengan sisa waktu sembilan bulan tahun ini, Aloysius pun bilang, proses pencatatan saham akan berlangsung secara bertahap. “Setiap kuartal, tiga perusahaan anak BUMN IPO mulai kuartal II. Agar tidak terjadi persaingan harga, maka setiap bulan hanya ada satu perusahaan anak BUMN yang IPO,” tutur Aloysius di sela-sela Underwriting Network 2017 di Bali, Jumat, 10 Maret 2017.
Namun ditemui terpisah, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat mengaku belum menerima permohonan IPO dari perusahaan-perusahaan tersebut. “Rencananya sudah saya dengar. Tapi dokumennya belum masuk ke kami (BEI),” jelas Samsul.
Promo Terbaru di Bareksa
Aloysius pun menanggapi. Dia bilang, dokumen pengajuan IPO ke BEI memang belum dikirim karena sebagian besar perusahaan anak BUMN tersebut masih dalam tahap proses audit laporan keuangan tahun 2016. (Baca juga Dirut BEI: 7 Anak Usaha BUMN Proses Pencatatan Awal IPO di OJK)
Yang jelas, lanjut Aloysius, perusahaan anak BUMN yang akan IPO terlebih dahulu pada tahun ini berasal dari BUMN Karya, alias sektor konstruksi. Sayang, dia enggan menyebut nama perusahaan tersebut. Sebelumnya, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) diberitakan sedang menyiapkan langsung IPO tiga perusahaan anak.
“Pada intinya, IPO adalah transaksi yang teregulasi. Kesulitannya kan mencapai hasil maksimal karena tergantung pasar. IPO juga merupakan alternatif pendanaan selain dari bank,” tambahnya.
Di sisi lain, Aloysius percaya, pelepasan sebagian saham perusahaan anak BUMN tidak akan menggerus laba BUMN itu sendiri. Aloysius berpendapat, meski bagian laba perusahaan anak berkurang, suatu saat nilainya bertambah seiring dengan pergerakan harga saham.
“Misalnya, sebelum IPO kan seluruh laba perusahaan anak masuk ke induknya. Lalu nanti setelah IPO hanya 75 persen saja, tapi nilainya bisa bertambah,” sebut dia.
Ambil contoh PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) atau Wika Beton. Sebelum IPO, pemegang saham Wika Beton terdiri dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dengan porsi 78,4 persen, Koperasi Karya Mitra Satya (KKMS) 14,66 persen, Yayasan Wijaya Karya 1,29 persen.
Lalu, setelah IPO susunannya berubah jadi WIKA 60 persen, KKMS 11,21 persen, Yayasan Wika 0,99 persen dan masyarakat 23,47 persen.
Sebelum IPO, atau tepatnya pada 2013, Wika Beton mencatat laba Rp242,874 miliar. Dengan porsi kepemilikan WIKA sebagai pemegang saham pengendali, maka bagian laba dari Wika Beton mencapai Rp190,41 miliar. Dan setelah IPO atau pada laporan tahun 2014, laba Wika Beton mencapai Rp322,404 miliar yang artinya bagian laba dari WIKA dengan kepemilikan 60 persen mencapai 193,44 miliar.
Tabel: Catatan Laba Wika Beton dan Bagian Laba Wijaya Karya
Sumber: Laporan tahunan Wika Beton
Kita bisa juga lihat bagaimana bagian laba dari PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) dari PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP). Kinerja Waskita Beton yang bertumbuh baik membuat bagian laba Waskita terus bertambah.
Tabel: Catatan Laba Wika Beton dan Bagian Laba Wijaya Karya
Sumber: Laporan tahunan Waskita Beton
Sebelum IPO, Waskita Beton yang dimiliki 99,99 persen oleh Waskita memberikan bagian laba Rp334,34 miliar kepada induknya pada 2015. Setelah IPO, porsi kepemilikan Waskita tinggal 60 persen akan tetapi nilai laba yang diterima bisa menjadi Rp380,89 miliar pada 2016 karena memang laba Waskita Beton melonjak hingga dua kali lipat tahun sebelumnya. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.