BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Catat Laba Bersih, Saham NIKL Melonjak Hingga Kena Auto Rejection

02 Maret 2017
Tags:
Catat Laba Bersih, Saham NIKL Melonjak Hingga Kena Auto Rejection
Pekerja mengecek bahan lapisan baja, di Pabrik Baja JFE Steel Galvanizing Indonesia, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Harga saham NIKL naik 24,9% ke Rp 2.260 dari Rp1.810 sebelumnya

Bareksa.com - Saham PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), Rabu 1 Maret 2017 berhasil rebound hingga menduduki peringkat ke-2 dalam daftar top gainer setelah anjlok di pertengahan Februari. Saham produsen pelat timah untuk kebutuhan industri ini bahkan sempat mengalami penolakan otomatis oleh sistem (auto rejection) karena mencapai batas peningkatan tertinggi secara persentase harian.

Saham NIKL terkena auto reject di harga Rp2.260, atau naik 24,86 persen dari harga pembukaan, bahkan sebelum sesi trading pertama usai. Saham NIKL dibuka pada harga Rp1.810 per lembar pagi ini, dan tercatat sebelum pukul 11.00 WIB sudah melonjak tajam.

Terpantau broker yang membeli saham NIKL dengan nilai terbesar adalah NH Korindo Sekuritas Indonesia (XA) senilai Rp14,7 miliar atau sebanyak 67.065 lot. Nilai yang ditransaksikan oleh XA setara dengan 42 persen nilai transaksi saham NIKL hari ini Rp34,6 miliar.

Promo Terbaru di Bareksa

Selain itu, 2 broker besar yang memperjual-belikan saham pelat timah ini juga patut diperhatikan. Mirae Asset Sekuritas Indonesia (YP) membeli saham NIKL senilai Rp5,6 miliar dan menjualnya kembali senilai Rp7,2 milliar. Sehingga, YP sebenarnya mencatat jual bersih (net sell) sebesar Rp1,6 miliar.

Di sisi lain, Indo Premier Sekuritas (PD) membeli saham NIKL senilai Rp3,9 miliar dan menjual senilai Rp3,3 miliar. Maka dari itu, tercatat pembelian bersih oleh PD sebesar Rp600 juta.

Peningkatan harga saham NIKL ini didukung oleh berhasilnya perusahaan milik negara ini memperoleh laba bersih senilai Rp33,8 miliar (US$2,51 juta) pada tahun 2016, membalikkan rugi bersih di tahun sebelumnya. Bahkan, nilai laba bersih tersebut merupakan yang terbesar selama periode 5 tahun terakhir ini.

Dari tahun 2012-2015, emiten yang dikenal dengan nama Latinusa ini hanya berhasil memperoleh keuntungan di tahun 2013, itupun hanya senilai Rp3,38 miliar. Selain itu, di tahun 2012 perusahaan ini merugi sebanyak Rp62,5 miliar. Terpantau rugi terbesar terjadi pada tahun 2014, yakni sebesar Rp88,8 miliar dan di tahun 2015 pun tidak jauh dari angka sebelumnya, rugi senilai Rp82,9 miliar.

Padahal, penghasilan NIKL di tahun 2016, turun 6,7 persen menjadi Rp1,77 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,89 triliun.

Bila dilihat dari laporan keuangannya, perseroan sangat diuntungkan dengan berkurangnya beban pokok penjualan (COGS), yang bisa memberikan kompensasi terhadap penurunan pendapatan itu. COGS pada 2016 tercatat turun 8,7 persen dan otomatis mendongkrak laba kotor perseroan dua kali lipat.

Dalam laporan keuangan, manajemen menjelaskan bahwa Latinusa mampu menetapkan strategi harga jual yang lebih baik sehingga dapat memanfaatkan penurunan harga bahan baku untuk menghasilkan peningkatan marjin laba kotor meningkat dari 3,75 persen di tahun 2015 menjadi 8,36 persen di tahun 2016. Seperti diketahui, bahan baku produk Latinusa adalah tin mill black plate (TMBP) dan timah.

Grafik: Pergerakan Harga Timah Global

Illustration

Sumber: indexmundi.com

Sejak akhir 2015 hingga awal 2016 terpantau harga timah dunia mengalami tekanan. Pada awal tahun 2016, harga timah dunia berada di level US$13.808, terendah dalam lima tahun terakhir. Hal ini sungguh menguntungkan perseroan yang memanfaatkan harga murah bahan baku tersebut. (hm)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua