BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

BUMI Masuk LQ45, Dirut Bursa: Saham Itu Bukan Cuma Fundamental

26 Januari 2017
Tags:
BUMI Masuk LQ45, Dirut Bursa: Saham Itu Bukan Cuma Fundamental
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia, Tito Sulistio, memberikan keterangan pers kepada wartawan di Jakarta, Selasa, 27 Desember 2016. (Bareksa.com/Alfin Tofler)

Saham yang masuk LQ45 merupakan merupakan saham-saham yang paling likuid dan paling dipercaya di bursa

Bareksa.com - Masuknya emiten dari Bakrie Group ke dalam jajaran saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menghebohkan pasar. Pasalnya saham BUMI mulai merangkak naik sejak status penghentian sementara perdagangannya dicabut per Oktober 2016.

BUMI masuk ke jajaran saham paling mentereng di BEI bersama dengan PT PP Property Tbk (PPRO) dan PT Excel Aciata Tbk (EXCL) setelah pengumuman anggota Indeks LQ45 terbaru yang berlaku Februari-Juli 2017. Mereka bertiga menggantikan posisi saham milik PT Global Mediacom Tbk (BMTR), PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) dan PT Siloam International Hospital Tbk (SILO).

Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia, Tito Sulistio, mengungkapkan saham yang masuk LQ45 merupakan merupakan saham-saham yang paling likuid dan paling dipercaya di bursa. Artinya, saham-saham itu mudah diperjualbelikan tanpa harus melihat bagaimana posisi keuangannya.

Promo Terbaru di Bareksa

“Kita kan bicara soal likuiditas, dan juga potensi,” katanya di Jakarta, Kamis 26 Januari 2016.

Ia melanjutkan, saham BUMI saat ini naik karena memang proses restrukturisasi sudah diselesaikan. Sedangkan sisanya, merupakan mekanisme pasar.

Saham BUMI ini tidak serta merta masuk ke dalam LQ45. Tito mengatakan saham perusahaan tambang ini sudah merangkak naik sejak sekitar empat bulan lalu dari Rp68 hingga saat ini berada di level Rp400-an

Tito mengatakan, dari sisi fundamental saham BUMI pun sudah jauh lebih baik setelah restrukturisasi. Selain itu, naiknya harga batu bara dunia membuat saham-saham di sektor pertambangan menjadi semakin menarik.

“Kalau menurut saya BUMI itu lebih karena restrukturisasai yang berhasil dan naiknya harga batu bara. Sahamnya kan memang likuid sekali, karena saham itu bukan cuma fundamental,” ujarnya.

Akhir tahun lalu, saham BUMI diperdagangkan seharga Rp278 per lembarnya. Pada Selasa 24 Januari 2017 saham BUMI ditutup di level Rp480 per lembarnya. (baca juga: Dalam 3 Bulan Saham BUMI Meroket 476%, Faktor Apa Saja Pendorongnya?)

Sejak awal tahun saham BUMI sudah sudah diperdagangkan hingga 275 juta lot. Saham BUMI setiap hari selalu menjadi salah satu saham paling aktif sejak harga batu bara dunia melonjak naik. (hm)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.385,6

Up0,21%
Up4,12%
Up7,77%
Up8,02%
Up19,27%
Up38,33%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,56

Up0,20%
Up4,14%
Up7,20%
Up7,44%
Up2,99%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.085,51

Up0,57%
Up4,03%
Up7,67%
Up7,80%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.854,58

Up0,55%
Up3,90%
Up7,24%
Up7,38%
Up17,49%
Up40,84%

Insight Renewable Energy Fund

2.288,82

Up0,81%
Up4,14%
Up7,41%
Up7,53%
Up19,89%
Up35,81%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua