Agus Kaget DKI Punya Saham Bir, Padahal Kontribusinya Miliaran. Ini Datanya
Pemprov DKI Jakarta memiliki 23,34 persen saham Delta, pemegang lisensi produksi dan distribusi merek bir San Miguel
Pemprov DKI Jakarta memiliki 23,34 persen saham Delta, pemegang lisensi produksi dan distribusi merek bir San Miguel
Bareksa.com – Calon gubernur nomor pemilihan satu, Agus Harimurti Yudhoyono, baru tahu bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sendiri sebenarnya punya saham di perusahaan bir. Padahal, perusahaan daerah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia ini memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pendapatan Pemprov DKI.
"Saya belum tahu kalau itu ada, saya akan pelajari lebih lanjut nanti," kata Agus kepada sejumlah media pekan lalu.
Pemprov DKI Jakarta memiliki 23,34 persen saham di PT Delta Djakarta Tbk (DLTA), pemegang lisensi produksi dan distribusi beberapa merek bir internasional, seperti San Miguel dan Carlsberg. Selain itu, merek minuman beralkohol dalam negerinya termasuk Anker Beer, Anker Stout dan Kuda Putih.
Promo Terbaru di Bareksa
Berdasarkan data, Delta adalah badan usaha milik daerah (BUMD) yang sehat dan kontribusinya ke pendapatan Jakarta cukup signifikan. Dilihat dari laporan keuangan per September 2016, Delta mencatat kenaikan laba 41,6 persen menjadi Rp170 miliar sepanjang sembilan bulan tahun ini, dibandingkan periode sama 2015.
Hal ini seiring dengan pertumbuhan penjualan yang berhasil didongkrak hingga 15,7 persen menjadi Rp539,6 miliar. Angka ini jauh lebih besar jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang pengalami penurunan penjualan hingga 24 persen menjadi Rp466 miliar.
Secara lebih rinci, penjualan domestik yang naik hingga 12 persen atau mencapai Rp1,27 triliun menjadi pendorong tingginya pendapatan perusahaan.
Selain itu laju penjualan bersih juga naik ditopang turunnya cukai bir dan pajak penjualan, yang totalnya mencapai 54,2 persen dari penjualan kotor. Angka ini turun jika dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 56,2 persen. Per September ini, Delta membayar cukai bir dan pajak penjualan sebesar Rp640 miliar.
Grafik: Penjualan dan Pertumbuhan DLTA 2011- Kuartal III 2016
Sumber: Bareksa.com
Dibandingkan dengan perusahaan sektor konsumsi lainnya -- seperti perusahaan rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM), produsen mie instan “Indomie” PT Indofood CBP Tbk (ICBP), dan unit divisi otomotif PT Astra International Tbk (ASII) -- marjin Delta relatif jauh lebih tinggi. Marjin laba bersih Delta mencapai 27 persen, sedangkan yang lain hanya berkisar 9 persen. Akan tetapi, rata-rata pertumbuhan pendapatan Delta selama empat tahun terakhir memang tidak sebesar yang lain, hanya 0,4 persen. Hal ini disebabkan kian banyaknya regulasi yang menekan penjualan bir.
Pada 2015, terbit Peraturan Menteri Perdagangan yang melarang penjualan minuman beralkohol di minimarket yang menekan penjualan perseroan 20 persen sehingga laba turun 32,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, seiring dengan digantinya posisi Menteri Perdagangan, pemerintah pun memberikan rincian lebih tentang cara penjualan minuman beralkohol yang akhirnya bisa memulihkan kinerja Delta Djakarta pada tahun 2016. Baca Juga: Penjualan di Minimarket Dilarang, Ini Strategi Anker Beer Jaga Kinerja
Grafik: Perbandingan Margin Laba 2015 dan Rata-Rata Pertumbuhan Pendapatan Emiten Konsumsi 4 Tahun
Sumber: Bareksa.com
Pelu diketahui juga bahwa per September 2016, Delta tak memiliki utang jangka panjang, baik dalam bentuk pinjaman ke bank maupun melalui penerbitan obligasi. Jadi, perusahaan bir ini punya postur keuangan yang sangat sehat.
Hal menarik lain menyangkut besaran dividen yang selalu dibagikan Delta. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, untuk laba tahun 2015 mencapai Rp190 miliar, Delta membagikan dividen Rp156 miliar atau sekitar 82 persen dari laba. Secara konsisten, perusahaan ini memberikan pembayaran dividen dengan rasio yang tinggi. Hal ini berkaitan dengan profitabilitas Delta yang tinggi serta belum adanya rencana ekspansi berskala besar yang membutuhkan biaya yang tinggi.
Grafik: Pergerakan Dividen dan Rasio Pembayaran Dividen DLTA
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan
Berdasarkan laporan registrasi efek per November 2016, sebanyak 58,33 persen saham Delta Djakarta dikendalikan oleh San Miguel Malaysia Pte.Ltd. Sementara itu, sebanyak 23,34 persen saham DLTA dipegang oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,
Dengan komposisi kepemilikan seperti itu, artinya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerima dividen sekitar Rp36,4 miliar untuk laba yang dicatatkan pada tahun penuh 2015.
Sebagai informasi, Delta Djakarta beroperasi sejak 1932 dan didirikan oleh perusahaan Jerman “Achipel Brouwerij NV” yang kemudian dibeli entitas Belanda. Pada tahun 1964, saham perusahaan bir ini diserahkan ke Pemerintah Daerah DKI Jakarta, dan pada tahun 1970 resmi menggunakan nama PT Delta Djakarta.
Pada tahun 1984, perusahaan melangsungkan penjualan saham perdana di bursa guna membiayai ekspansi. Kemudian pada 1990-an -- era di mana investor asing mulai banyak berdatangan ke Indonesia – San Miguel, perusahaan bir asal Filipina, masuk ke Delta.
Per 5 Desember 2016, kapitalisasi pasar Delta mencapai Rp3,9 triliun. Kapitalisasi pasar menunjukkan nilai perusahaan dengan harga pasar di Bursa Efek Indonesia saat ini. Artinya, jika Pemprov DKI Jakarta ingin menjual seluruh sahamnya di Delta, maka diperoleh dana sedikitnya Rp910 miliar. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.