Kredit Perbankan Indonesia Hanya Tumbuh Single Digit, Apa Penyebabnya?
Hingga November 2016, Laju Pertumbuhan Kredit Masih di Bawah Rata-rata
Hingga November 2016, Laju Pertumbuhan Kredit Masih di Bawah Rata-rata
Bareksa.com – Perbankan Indonesia masih mencatat pertumbuhan kredit hingga November tahun ini, meski tidak sekencang rata-rata dalam dua tahun terakhir. Bareksa mencoba untuk menganalisis penyebab turunnya laju pertumbuhan kredit Indonesia dalam kurun waktu dua tahun ke belakang.
Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit perbankan sebesar 8,5 persen hingga November 2016. Realisasi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya 7,5 persen secara tahunan. Meski begitu, angka tersebut terlihat masih berada di bawah pertumbuhan rata-rata sebesar 9,5 persen.
Grafik: Laju Pertumbuhan Kredit Indonesia 2015 - 2016
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber : Bareksa.com
Seperti terlihat dalam grafik di atas, sejak Januari hingga November 2016, pertumbuhan kredit selalu di bawah 9,5 persen. Oleh karena itu, pertumbuhan laju kredit di tahun ini sepertinya hanya akan sebesar single digit, di tengah keadaan global yang tidak menentu. Hal itu pun seiring dengan target Bank Indonesia untuk tahun ini.
Kondisi likuiditas yang berbeda dibandingkan tahun sebelumnya disinyalir menjadi penyebab rendahnya pertumbuhan kredit tahun ini.
Grafik: Pertumbuhan Total Deposito (Rp Triliun)
Sumber : Bareksa.com
Pada tahun 2016, sepertinya para investor cenderung menahan diri untuk menggenjot perekonomian. Kondisi tersebut dapat dilihat total deposito perbankan di Indonesia yang meningkat 3,1 persen menjadi Rp4.604 triliun per kuartal III 2016 dibandingkan setahun sebelumnya. Namun, peningkatan deposito tersebut terlihat justru tidak menopang laju pertumbuhan kredit Indonesia. Sehingga dapat diasumsikan, dana tersebut mengendap begitu saja di perbankan.
Tak hanya itu, tingkat kredit macet (non-performing loan/NPL) semakin tinggi menjadi 3,1 persen per kuartal III-2016 dibandingkan 2,7 persen setahun sebelumnya. Keadaan gross NPL yang tinggi membuat perbankan di Indonesia cenderung lebih selektif dalam memberikan fasilitas kredit. Oleh karena itu, meski total deposito meningkat, hal tersebut tidak serta merta dijadikan fasilitas kredit oleh bank mengingat NPL yang menyentuh area 3 persen. Adapun NPL tertinggi secara sektoral disumbangkan oleh sektor mining sebesar 6,4 persen hingga Q3’16.
Grafik: Pertumbuhan NPL (%)
Sumber : Bareksa.com
Meskipun demikian, Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan, permintaan kredit di 2017 akan mengalami peningkatan sehingga mempercepat pertumbuhannya. Namun, realisasi pertumbuhan kredit akan sangat bergantung pada proyeksi asumsi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang disepakati pemerintah akan memengaruhi bank sentral menetapkan target pertumbuhan kredit. Jika perekonomian mampu tumbuh 5,2 persen, maka BI tak segan menyebut realisasi kredit bisa tumbuh lebih tinggi yaitu sekitar 11 - 12 persen. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.