Diangkat Jadi Menko Maritim & Energi, Begini Pengalaman Luhut Panjaitan
Luhut merupakan pendiri Grup Toba Sejahtera yang bergerak di bisnis energi
Luhut merupakan pendiri Grup Toba Sejahtera yang bergerak di bisnis energi
Bareksa.com - Presiden Joko Widodo pada Rabu 27 Juli 2016 resmi merombak jajaran para pembantunya. Dalam reshuffle Kabinet Kerja Jilid II ini, ada 9 nama baru masuk dan 4 nama yang dirotasi. Salah satu hal yang menarik adalah berpindah posisinya Luhut Binsar Panjaitan dari jabatan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan menjadi menteri Koordinator bidang Maritim dan Sumber Daya, menggantikan Rizal Ramli. Padahal, sebelum perombakan yang pertama pada tahun lalu, Jenderal Purnawirawan ini menduduki posisi Kepala Staf Kepresidenan.
Kini, Luhut menjadi koordinator kementerian yang berbasis kemaritiman dan energi seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pariwisata, dan Kementerian ESDM. Jabatan kali ini kontras dengan jabatan yang diemban sebelumnya dimana Kemenko Polhukam lebih banyak mengkoordinir kementerian yang membidangi masalah hukum, politik, dan keamanan negara.
Pertanyaannya, apakah Luhut memiliki pengalaman untuk mengelola bidang kemaritiman dan energi?
Perlu diketahui, sebelum masuk ke Kabinet Kerja, Jenderal TNI berbintang empat ini merupakan pendiri salah satu grup perusahaan yang bergerak di bidang energi yakni PT Toba Sejahtra. Perusahaan tersebut merupakan induk dari beberapa perusahaan yang bergerak di berbagai bidang, termasuk batu bara, minyak dan gas, pembangkit listrik, dan perkebunan.
Salah satu bisnis yang paling berkembang adalah batubara. Terbukti, PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA) (anak usaha Grup Toba di bidang pertambangan batu bara) pada tahun 2012 sukses mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ini merupakan satu-satunya perusahaan Grup Toba Sejahtra yang tercatat di bursa. Saat itu, perusahaan berkode saham TOBA melepas 10,5 persen kepemilikan saham ke publik dan berhasil meraup dana sebesar Rp400,29 miliar.
Toba Bara berawal dari proses bergabungnya beberapa perusahaan tambang yakni PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN) dan PT Trisensa Mineral Utama (TMU) ke dalam grup Toba Sejahtera pada tahun 2004. Kemudian pada tahun 2005 bergabung lagi satu perusahaan yakni PT Indomining (IM) ke dalam grup Toba.
Melalui ABN, TMU, dan IM, Toba menguasai tambang dengan luas area total 7.087 hektar yang lokasinya saling berdampingan di Kalimantan Timur. Pada saat yang sama, cadangan batu bara total yang dimiliki TOBA melalui tiga perusahaan ini adalah sebanyak 147 juta ton.
Dua tahun pasca terbentuk, Grup Toba sudah merasakan manisnya bisnis batubara, dimulai dengan pengoperasian tambang PT Indomining pada tahun 2007, diikuti ABN 2008 dan TMU yang dimulai pada tahun 2011. Pengoperasian yang dimulai secara beruntun ini membuat produksi TOBA naik secara cepat. Delapan tahun beroperasi, rata-rata peningkatan produksi per tahun mencapai 33,6 persen.
Grafik: Pertumbuhan Produksi Toba Bara
sumber: Presentasi Perusahaan
Di luar bisnis batubara yang berkembang cukup baik, Luhut melalui Grup Toba Sejahtera juga berpengalaman mengelola bisnis ketenagalistrikan. Berbarengan dengan beroperasinya tambang batubara di Kalimantan, Grup Toba Sejahtra juga mengoperasikan pembangkit listrik tenaga batubara yang berlokasi di Palu, Sulawesi Tengah.
Awalnya, pembangkit yang dikelola PT Pusaka Jaya Palu Power (PJPP) memiliki kapasitas 2 x 13,5 MW. Kemudian, pada tahun 2015 kapasitasnya ditingkatkan menjadi 2 x 15 MW. Listrik yang dihasilkan dari pembangkit itu dijual ke PLN dengan kontrak selama 25 tahun sejak tahun 2007.
Dengan pengalamannya tersebut, Grup Toba Sejahtera juga akan mengerjakan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Sulbagut I berkapasitas 2 x 50 Megawatt (MW) yang akan dibangun di Gorontalo, Sulawesi Utara. Manajemen perusahaan baru-baru ini mengungkap akan mencari pendanaan $140 juta atau setara Rp1,8 triliun (kurs Rp13.000 per dolar AS) untuk mendanai proyek ini.
Sementara di sektor minyak dan gas, Grup Toba Sejahtera saat ini sedang dalam tahap eksplorasi untuk lapangan seluas 4.567,34 m2, di Blok Madura Tenggara. Total cadangan migas yang berada di blok ini diperkirakan sekitar 2 miliar barel minyak, 593 miliar cubic feet gas dan 36 MMBC condensate.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.