BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Lion Air Sering Buat Masalah, Untungkan Garuda?

Bareksa20 Mei 2016
Tags:
Lion Air Sering Buat Masalah, Untungkan Garuda?
Pesawat Lion Air

Pangsa pasar domestik Garuda terus naik seiring dengan perkembangan Citilink

Bareksa.com - Maskapai low cost carrier (LCC) PT Lion Mentari Airlines (Lion Air) kembali menjadi perhatian publik. Pasalnya seperti pemberitaan di sejumlah media, bahwa telah terjadi kesalahan prosedur penurunan penumpang yang dilakukan maskapai Lion Air pada tanggal 10 Mei lalu. Kesalahan yang selalu berulang ini ternyata memiliki efek yang fatal bagi konsumen.

Lion Air yang sebelumnya selalu memimpin pangsa pasar penerbangan domestik akhirnya bisa disusul oleh PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Tahun lalu Lion dan Garuda sama-sama memiliki pangsa pasar 43 persen. Padahal tahun 2014, Lion masih menguasai 46 persen pangsa pasar, selisih jauh dengan Garuda yang hanya 38 persen.

Grafik: Pangsa Pasar Maskapai Penerbangan 2014 dan 2015

Promo Terbaru di Bareksa

Illustration
Sumber: Presentasi Garuda Indonesia

Marketing Analis PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), Arista Atmadjati mengatakan melesatnya perkembangan bisnis penerbangan harus diikuti dengan fasilitas dan servis yang memadai. Jika tidak menjaga kepercayaan penumpang maka dengan mudah konsumen dapat beralih, apalagi dengan semakin banyaknya pilihan maskapai.

"Sekarang pilihan pesawat Low Cost cukup banyak, sehingga tidak menutup kemungkinan banyak penumpang yang beralih menggunakan maskapai lain seperti Citilink ataupun Air Asia" katanya saat dihubungi Bareksa.com.

Data Garuda memang menunjukan adanya peningkatan pangsa pasar domestik sejak Garuda mengembangkan Citilink. Dalam lima tahun terakhir pangsa pasar domestik Garuda naik hampir lima kali lipat.

Grafik: Perkembangan Pangsa Pasar Garuda Periode 2010-2015

Illustration
Sumber: Presentasi Garuda Indonesia

Kualitas pelayanan tetap harus jadi nomor satu walaupun menggunakan konsep LCC. Apalagi bisnis penerbangan pada tahun ini cukup kondusif untuk dijalankan. Biaya operasional terbesar dalam bisnis ini berasal dari biaya bahan bakar. Tahun ini harga minyak dunia masih berkisar US$50 per barel sehingga membuat beban ini turun signifikan. Kemudian 75 persen biaya juga mengunakan mata uang dolar Amerika, sementara nilai tukar rupiah dari awal tahun telah menguat sekitar 8 persen menjadi Rp13.500 per dolar Amerika. Jadi tidak ada alasan bagi maskapai mengendurkan kualitas pelayanan.

"Kedepannya saya harap peran regulator dapat lebih aktif, jangan 100 persen dilepas, biar tertib. Kalau sekarang regulator baru sekedar reaktif, setelah kejadian baru membuat peraturan. Setelah peraturan semakin digalakan kita tinggal lihat eksekusinya bagaimana," tambah Arista. (np)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua