BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Volatilitas Emiten Farmasi Tinggi. Apa Pemicunya?

19 Januari 2016
Tags:
Volatilitas Emiten Farmasi Tinggi. Apa Pemicunya?
Kantor Kalbe Farma (company)

Indofarma sempat naik 32,5 persen dalam satu hari sedangkan hari ini Kalbe Farma anjlok 5,56 persen

Bareksa.com – Dalam dua hari terakhir saham emiten farmasi bergerak cukup aktif. Minggu lalu harga saham emiten farmasi milik pemerintah, yaitu PT Indofarma Tbk (INAF) sempat melompat 32,5 persen pada 15 Januari 2015 sebelum akhirnya harus terkoreksi 4,25 persen menjadi Rp 203 pada penutupan perdagangan hari ini (Senin, 18 Januari 2016).

Padahal, perusahaan farmasi swasta, seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dalam tiga hari perdagangan berturut-turut justru membukukan return negatif, dan pada penutupan perdagangan hari ini anjlok lagi 5,56 persen.

Apa pemicunya?

Promo Terbaru di Bareksa

Kementerian BUMN dikabarkan segera merealisasikan pembentukan induk usaha (holding company). Deputi Kementerian BUMN Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Aloysius K. Ro menyebutkan ada tujuh holding company yang akan dibentuk. Salah satunya di sektor farmasi yang melibatkan PT Kimia Farma, PT IndoFarma dan PT Bio Farma.

Isu pembentukan holding company BUMN farmasi sebetulnya telah lama bergaung bahkan sejak dari zaman Presiden Megawati Soekarnoputri. Namun hingga saat ini belum juga terealisasi. Hanya induk usaha pertambangan yang ditargetkan selesai pada akhir 2016. Sisanya masih belum dapat dipastikan meskipun telah masuk ke dalam "RoadMap" BUMN 2015 – 2019.

Selain isu pembentukan induk usaha, upaya intervensi harga obat oleh pemerintah juga memicu volatitas pada emiten farmasi belakangan ini. Pada Desember 2015 lalu, pemerintah menyatakan sedang berupaya untuk menurunkan harga obat-obatan yang kini dianggap masih memberatkan masyarakat. (Baca juga: Pemerintah Dorong Penurunan Harga Obat, Saham Farmasi Terjun Bebas)

Grafik: Pergerakan Saham INAF, KAEF dan KLBF

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Namun, salah satu broker asing, Nomura, mengutarakan bahwa sentimen negatif intervensi pemerintah terkait harga obat sudah berlebihan dan merekomendasikan ‘Buy’ untuk KLBF dengan target harga Rp 1.660 atau berpotensi naik 22 persen pada akhir 2016.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua