Kemunculan Ojek Online Turunkan Performa Pertumbuhan Perusahaan Taksi
Pendapatan Express sampai September hanya tumbuh 13 persen sementara Bluebird 18 persen, lebih rendah dari 2014
Pendapatan Express sampai September hanya tumbuh 13 persen sementara Bluebird 18 persen, lebih rendah dari 2014
Bareksa.com - Kehadiran aplikasi transportasi online pada awal 2015 tidak bisa dimungkiri menggerus performa keuangan perusahaan taksi. Hal ini terlihat jelas dari turunnya pertumbuhan pendapatan dua perusahaan taksi yang tercatat di bursa saham Indonesia.
Hal ini diakui oleh Direktur Keuangan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) saat diwawancara Bareksa beberapa waktu lalu. "Ini akibat pelemahan daya beli masyarakat dan itu berdampak kepada industri transportasi. Lalu ada juga efek dari transportasi berbasis aplikasi online," katanya 7 Agustus 2015.
Hadirnya perusahaan penyedia jasa transportasi online bersama dengan promosi tarif membuat pelanggan taksi beralih. Apalagi di tengah kondisi perlambatan ekonomi, di mana daya beli masyarakat menurun. "Mereka (transportasi berbasis aplikasi online) memberi promo. Sementara masyarakat daya belinya sedang lemah, jadi banyak yang ke sana (transportasi online)," katanya. (Baca juga: Laba BIRD dan TAXI Tergerus Ojek dan Taksi Online?)
Promo Terbaru di Bareksa
Tidak hanya beralihnya penumpang, kehadiran transportasi berbasis aplikasi online, seperti Go-Jek, Grab Bike, dan Uber turut mendorong beralihnya profesi sejumlah pengemudi taksi menjadi tukang ojek, seperti Go-Jek, GrabBike atau Blue-Jek . Hal ini terbukti, dengan piutang Express Transindo sampai dengan September 2015 meningkat 82 persen menjadi Rp299 miliar.
Manajemen TAXI mengakui penyebab utama kenaikan piutang karena banyaknya pemutusan kontrak oleh pengemudi. Express menggunakan skema kemitraan dengan pengemudi. Dalam skema tersebut Express memberi kredit mobil operasional taksi kepada pengemudi sehingga setelah enam atau tujuh tahun mobil operasional tersebut bisa dimiliki pengemudi. (Baca juga: Direktur TAXI "Express" Akui Banyak Sopir Alih Profesi Jadi Pengojek Online)
Dilihat dari sisi pendapatan, kedua emiten taksi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) membukukan penurunan pertumbuhan dari pencapaian tahun sebelumnya. Berdasarkan penelusuran Bareksa, pendapatan Express sampai dengan September 2015 hanya bertumbuh 13 persen, sementara Bluebird 18 persen.
Padahal pada 2014, masing-masing perusahaan taksi mampu membukukan pertumbuhan pendapatan di atas 21 persen. Turunnya kinerja Januari-September menjadi serius karena lebih dari 85 persen pendapatan perusahaan diraih pada periode ini. Artinya, jika pendapatan Januari - September turun, diperkirakan tidak akan jauh berubah pada akhir tahun ini.
Grafik:Pendapatan Perusahaan Taksi
sumber: Laporan keuangan, diolah Bareksa
Tapi selain karena hadirnya perusahaan penyedia transportasi berbasis aplikasi online, bisnis taksi di dalam negeri juga menghadapi tekanan tingginya harga bahan bakar minyak (BBM). Pada 17 November 2014, pemerintah resmi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Harga Premium dinaikkan menjadi Rp8.500 per liter dari sebelumnya Rp6.500 per liter dan solar menjadi Rp7.500 dari sebelumnya Rp5.500.
Menyambut hal tersebut, pada 15 Desember tarif bawah taksi Express untuk buka pintu naik 15 persen menjadi Rp7.500 dari sebelumnya Rp6.500 . Biaya per kilometer naik 33 persen menjadi Rp4.000 dari sebelumnya Rp3.000.
Sayangnya, pesaing terbesar Express, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengikuti penyesuaian tarif bawah. Padahal sebelumnya BIRD menggunakan tarif atas. Tarif buka pintu Blue Bird hanya naik Rp500 menjadi Rp7.500 dari sebelumnya Rp7.000 dan Rp4.000 untuk tarif per kilometer dari sebelumnya Rp3.600. (Baca juga: Ini Kronologi Jatuhnya Harga Saham TAXI yang Tersisa Rp136 per Saham)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.