BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Likuiditas Masih Tinggi, Perlukah GWM Diturunkan?

Bareksa20 November 2015
Tags:
Likuiditas Masih Tinggi, Perlukah GWM Diturunkan?
Menko Perekonomian Sofyan Djalil (tengah) bersama Gubernur BI Agus Martowardojo (kiri) dan Menkeu Bambang Brodjonegoro memberikan keterangan kepada wartawan usai rapat koordinasi dengan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam Forum Round Table Policy Dialogue di Gedung BI, Jakarta, Selasa (4/8/2015). (ANTARA FOTO/Wahyu Putro)

Penurunan GWM tidak terlalu signifikan karena likuiditas mencukupi dan pertumbuhan kredit masih

Bareksa.com - Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur pada 17 November 2015 memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) primer sebesar 50 basis poin menjadi 7,5 persen dari 8 persen, yang efektif mulai 1 Desember 2015. Lantas, perlukah penurunan GWM ini?

GWM adalah jumlah dana minimum yang wajib dipelihara oleh bank dan besarnya ditetapkan oleh BI. Terdapat tiga jenis GWM yang diatur oleh BI, yaitu GWM primer, GWM sekunder dan LFR. Jenis GWM yang diturunkan yaitu GWM primer atau simpanan berbentuk saldo rekening giro.

BI mengharapkan penurunan GWM akan menambah likuiditas bank. Turunnya GWM diperkirakan akan menambah Rp 18 triliun ke sistem perbankan dan juga menurunkan beban bunga (cost of funds)

Promo Terbaru di Bareksa

Beberapa analis memiliki pandangan berbeda dengan langkah BI menurunkan GWM. Mandiri Sekuritas mempertanyakan keputusan pemotongan GWM karena permintaan kredit lemah dalam jangka pendek. Selain itu, likuiditas bank saat ini terhitung mencukupi. Hal ini diindikasikan dengan turunnya suku bunga deposito menjadi 8,3 persen per Agustus 2015 dibanding pertengahan 2014 sebesar 9,4 persen dan juga rasio Loan to Deposit (LDR) yang turun dibanding tahun lalu.

Grafik LDR Bank Umum Konvensional

Illustration

Sumber : Bank Indonesia, Bareksa diolah

Grafik Pertumbuhan Kredit

Illustration

Sumber : Kim Eng, BI

Berkebalikan dengan Mandiri Sekuritas, Kim Eng menilai langkah BI ini tepat karena tingkat bunga antar bank masih terhitung tinggi dengan pertumbuhan kredit 11 persen.

Namun demikian, dari grafik di atas terlihat pertumbuhan kredit dalam lima tahun terakhir terus melambat sehingga penambahan likuiditas bank belum tentu dapat disalurkan semua dalam bentuk pinjaman ke masyarakat. Oleh karena itu, diharapkan langkah BI selanjutnya adalah penurunan suku bunga acuan. (Baca juga : JK, Darmin, Luhut Vs Agus Martowardojo -- BI Rate Perlu Turun?)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,56%
Up4,26%
Up7,54%
Up8,69%
Up19,21%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,43%
Up4,43%
Up6,99%
Up7,44%
Up2,54%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,98%
Up7,06%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,45

Up0,53%
Up3,89%
Up6,66%
Up7,38%
Up17,02%
Up40,39%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,88%
Up6,54%
Up7,20%
Up20,19%
Up35,64%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua