TAXI Mencoba Bertahan di Tengah Kompetisi Ketat Transportasi Ibukota
Bersaing tidak hanya dengan Blue Bird tetapi juga ojek online
Bersaing tidak hanya dengan Blue Bird tetapi juga ojek online
Bareksa.com - Operator taksi PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) tampaknya harus memutar otak untuk mempertahankan kinerjanya di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat di sektor transportasi. Tantangan yang dihadapi perseroan tidak hanya persaingan dengan perusahaan taksi merek lain, tetapi juga dari jenis transportasi roda dua berbasis aplikasi.
Ketatnya persaingan, termasuk dengan adanya aplikasi ojek online, juga diklaim menjadi biang penurunan laba bersih operator Taksi Express tersebut. Berdasarkan laporan keuangan periode Januari - September 2015, laba TAXI melorot 90 persen menjadi Rp11 miliar jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp109 miliar. (Baca juga: Bersaing Dengan "Ojek Online", Laba TAXI Anjlok 90%?)
“Kondisi pasar yang lesu saat ini memang berakibat pada penurunan daya beli masyarakat, di samping adanya persaingan yang semakin ketat dengan munculnya layanan transportasi berbasis aplikasi mobile," ujar Corporate Secretary TAXI Merry Anggraini.
Promo Terbaru di Bareksa
Anjloknya laba terjadi akibat lonjakan beban penyusutan armada sebesar 21,2 persen menjadi Rp200 miliar. Selain itu gaji dan tunjangan juga ikut meningkat 30 persen menjadi Rp95 miliar dari sebelumnya Rp73 miliar. Kenaikan ini menunjukkan besarnya tambahan armada TAXI tahun lalu yang baru dirasakan penyusutannya tahun ini. Dalam lima tahun terakhir memang jumlah armada TAXI meningkat hampir dua kali lipat menjadi 10.550 unit per kuartal II 2015.
Di sisi lain, perseroan harus melakukan ekspansi demi mempertahankan pangsa pasar bagi sektor transportasi door-to-door ini. Sejak empat tahun terakhir, perseroan terus menambah armadanya hingga mencapai puncaknya pada kuartal ketiga 2014 sebanyak 10.880 unit. Angka tersebut naik dibanding 10.000 unit pada akhir 2013.
Grafik Perkembangan Jumlah Armada Taksi Reguler Express
Sumber: Perusahaan
Tahun lalu perseroan sudah belanja 3.150 unit armada, terdiri atas taksi reguler, bis, dan taksi premium. Dananya diambil dari penerbitan obligasi. Dari dana penerbitan obligasi 2014 itu, sekitar 40 persen untuk infrastruktur dan 60 persen untuk pembelian kendaraan.
Oleh sebab itu, perseroan pun terpaksa mengerem belanja pada tahun ini. Awalnya, TAXI menganggarkan Rp400 miliar pada 2015 untuk penambahan armada, peremajaan dan pengembangan infrastruktur IT. Akan tetapi, seperti diberitakan di media, perseroan tahun ini hanya akan mengeluarkan belanja modal Rp100 miliar saja.
Ketatnya persaingan terlihat dari jumlah armada taksi yang ada di ibukota. Menurut Organisasi Angkutan Darat (Organda), wadah penyedia angkutan umum di darat, saat ini ada sekitar 50.000 - 60.000 jumlah izin taksi di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi (Jadetabek).
Pesaing terbesar TAXI, PT Blue Bird Tbk (BIRD) dalam paparannya menyatakan memiliki armada taksi reguler sebanyak 25.500 unit, sedangkan taksi eksekutif sebanyak 1.300 unit.
Namun, persaingan tidak datang dari perusahaan taksi berlogo burung biru itu saja, tetapi juga dari fenomena ojek yang dapat dipesan secara online melalui aplikasi seperti Go-Jek, dan Grab Bike. Go-jek, perusahaan penyedia aplikasi untuk ojek, mengklaim memiliki jumlah pengemudi sebanyak 150.000 orang.
Fenomena ojek online, sempat ramai diminati banyak warga Ibukota karena tarifnya yang murah selama masa promosi. Hanya dengan membayar Rp15.000 sekali perjalanan, penumpang bisa bepergian sejauh 25 kilometer, selama masa promosi saja. Bandingkan dengan tarif taksi reguler Rp4.000 per kilometer dan tarif buka pintu Rp7.500.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Organisasi Angkutan Darat (DPP Organda) Adrianto Djokosoetono mengakui ada yang terganggu dan dirugikan dengan munculnya fenomena tersebut. Dia menilai ojek tidak dapat dibilang sebagai sebuah angkutan umum resmi karena tidak ada aspek keselamatan dan keamanan baik bagi penumpang maupun pengemudinya.
"Pasti ada yang terganggu, meskipun ada yang diuntungkan. Ada penumpang memilih ojek online karena cepat dan murah. Pasti ada juga yang tertarik, tetapi segmen penumpang taksi beda. Persaingan ini temporary hype. Banyak masyarakat korban promosi," katanya ketika dihubungi Bareksa.com pada Rabu (4/11/2015).
Kinerja Lemah
Sepanjang Januari - September 2015, TAXI membukukan pendapatan Rp721 miliar, naik 13 persen dari pencapaian pada periode yang sama tahun lalu. Riset CIMB menilai bahwa angka tersebut sesuai dengan 76 persen target CIMB tahun ini, akan tetapi masih 69 persen atau di bawah target konsensus.
"Namun, laba inti sebesar Rp9 miliar yang turun 96 persen year on year di luar dugaan, karena hanya mencapai 29 persen dari perkiraan setahun penuh kami dan 10 persen dari perkiraan konsensus. Alasan utama dari penurunan ini adalah biaya bunga bersih yang di atas perkiraan," tulis riset yang sudah dibagikan pada nasabah itu.
Riset juga melihat bahwa pendapatan taksi secara kuartalan juga turun 17 persen menjadi Rp38 miliar. Hal ini juga karena perusahaan sudah menghentikan layanan sejumlah taksi premium (Tiara Express tipe Mercedes sebanyak 86 unit). Bisnis taksi reguler juga tidak lebih baik karena pendapatan yang menurun tersebut.
Penurunan pendapatan taksi reguler dianggap tidak biasa karena sudah menjadi penopang utama perseroan. Hal itu seiring dengan pemutusan sekitar 800 kontrak kemitraan (dari total 10.550 kontrak), karena jumlah batasan piutang Rp35 juta sudah tercapai. Armada yang sudah mencapai batasan itu akan ditransfer ke operasi taksi reguler berbasis komisi.
Riset CIMB melihat bahwa harga pasar TAXI saat ini sekitar 15,5 kali dari perkiraan laba setahun penuh (PE). "Kondisi laba kuartal tiga yang lemah ini menunjukkan kondisi operasional yang berat, dengan kompetisi lebih ketat dan tantangan dari neraca piutang yang membengkak," tulis riset itu.
CIMB pun memberi rekomendasi "Hold" atau tahan bagi saham TAXI dengan target harga Rp340, belum berubah dari target sebelumnya. Harga saham TAXI di pasar reguler hari ini (Rabu, 4 November 2015) turun 5,4 persen menjadi Rp211 dibanding penutupan sebelumnya Rp223.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,6 | 0,21% | 4,12% | 7,77% | 8,02% | 19,27% | 38,33% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,56 | 0,20% | 4,14% | 7,20% | 7,44% | 2,99% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,51 | 0,57% | 4,03% | 7,67% | 7,80% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,58 | 0,55% | 3,90% | 7,24% | 7,38% | 17,49% | 40,84% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.288,82 | 0,81% | 4,14% | 7,41% | 7,53% | 19,89% | 35,81% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.