BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Ramai Pelonggaran Moneter, Indonesia Kapan?

Bareksa28 Oktober 2015
Tags:
Ramai Pelonggaran Moneter, Indonesia Kapan?
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (tengah) berbincang dengan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara (kiri) dan Deputi Gubernur BI Ronald Waas (kanan) usai menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (19/5). BI memutuskan mempertahankan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 7,50 persen

Suku bunga acuan Bank Indonesia diprediksi turun semester pertama 2016

Bareksa.com - Di tengah perlambatan ekonomi dunia, beberapa negara berlomba memberi stimulus dan kelonggaran moneter.

Pekan lalu People’s Bank of China (PBoC) atau bank sentral China memotong suku bunga acuan untuk keenam kalinya sejak November 2014 menyusul data pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga 2015 yang berada di bawah 7 persen. Suku bunga pinjaman dipotong menjadi 4,35 persen dari 4,6 persen, sedangkan suku bunga simpanan turun menjadi 1,5 persen dari 1.75 persen. Giro Wajib Minimum juga turun 50 basis point (bps) dan berita terakhir bunga acuan untuk repo 7 hari diturunkan menjadi 2,25 persen dari 2,35 persen. Pemerintah China melakukan berbagai manuver ekonomi agar perekonomian China tidak terus terpuruk.

Grafik Suku Bunga Acuan China

Promo Terbaru di Bareksa

Illustration

Grafik Pertumbuhan Ekonomi China

Illustration

Sumber : tradingeconomics.com, Bareksa.com

Eropa mensinyalkan tambahan stimulus

Selain perlambatan ekonomi, Eropa juga dihadapkan pada deflasi. Mario Draghi sebagai pimpinan bank sentral Eropa menyatakan akan meninjau kembali kebijakan moneternya. European Central Bank (ECB) atau bank sentral Eropa telah menggelontorkan stimulus moneter berupa pelonggaran kuantitatif atau yang biasa disebut quantitative easing sebesar 60 miliar Euro per bulannya yang telah berlangsung sejak Maret 2015 dan direncanakan akan berlanjut hingga September 2016. ECB membeli obligasi yang diterbitkan pemerintah dan institusi keuangan Eropa sehingga mata uang Euro akan membanjiri pasar.

Grafik Pertumbuhan Ekonomi Eropa

Illustration

Grafik Inflasi Eropa

Illustration

Sumber : tradingeconomics.com, Bareksa.com

Menjelang rapat BOJ, spekulasi tambahan stimulus mencuat

Jepang mengalami masalah deflasi sejak pemerintahnya menaikkan pajak konsumsi pada awal tahun ini. Rapat bank sentral Jepang akan diadakan pada minggu ini berencana membahas stimulus moneter untuk mengejar target inflasi 2 persen. Seperti Eropa, Jepang juga melakukan pembelian obligasi dan aset pemerintah lainnya sebesar 80 triliun yen.

Grafik Inflasi Jepang

Illustration

Sumber : tradingeconomics.com, Bareksa.com

Indonesia Kapan?

Selain stimulus paket kebijakan pemerintah jilid I – V, pelonggaran moneter terkait pemotongan suku bunga Bank Indonesia (BI) untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi sudah dinantikan investor.

Namun, BI tidak dapat serta merta menurunkan suku bunga karena penurunan nilai tukar Rupiah dan antisipasi rencana kenaikan suku bunga The Fed. Seiring dengan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang bergeser menjadi tahun depan dan inflasi yang cukup terkendali, BI semestinya cukup memiliki ruang untuk menurunkan suku bunganya.

Deutsche Bank Indonesia dalam laporan yang dikirim ke nasabah (27/10) berpendapat Bank Indonesia akan memotong suku bunga sekitar 50 bps pada semester I 2016. Hal ini didasari oleh tekanan inflasi yang mulai berkurang menuju ke target 4 persen tahun ini, sedangkan tahun depan akan berkisar 4 - 5 persen.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,56%
Up4,26%
Up7,54%
Up8,69%
Up19,21%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,43%
Up4,43%
Up6,99%
Up7,44%
Up2,54%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,98%
Up7,06%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,45

Up0,53%
Up3,89%
Up6,66%
Up7,38%
Up17,02%
Up40,39%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,88%
Up6,54%
Up7,20%
Up20,19%
Up35,64%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua