BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Ini Alasan Felda Meminta Diskon Harga Jual BWPT

17 November 2015
Tags:
 Ini Alasan Felda Meminta Diskon Harga Jual BWPT
Rajawali Group CEO Peter Sondakh (kiri) dan Group President & CEO Felda Global Ventures Dato' Mohd Emir Mavani Abdullah dalam penandatanganan kerja sama. (Hanum K. Dewi/Bareksa)

Nilai tukar ringgit terhadap dolar AS melemah 18,5 persen selama 3 bulan

Bareksa.com - Harga saham PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) kembali terpuruk pada perdagangan hari ini (17/11). Rumor mengatakan bahwa Felda Global Ventures (FGV) sebagai calon pembeli 37 persen saham BWPT dari Grup Rajawali ingin harga penawaran akuisisi tersebut diturunkan. Berapa persen diskon yang mungkin diminta oleh pembeli asal Malaysia tersebut?

Seperti yang diberitakan sebelumnya, nilai akuisisi yang ditawarkan oleh produsen sawit internasional tersebut sebesar US$680 juta, terbilang cukup mahal dibandingkan dengan harga pasar. Pasalnya, bila dikonversi dengan nilai tukar rupiah saat penandatanganan itu, harga saham BWPT bisa mencapai Rp777 per lembar atau 1,7 kali lebih tinggi dibanding harga saham di bursa yang hanya Rp450 per lembar.

Meskipun kedua pihak sudah meneken perjanjian, FGV perlu melakukan uji kelayakan (due diligence) terhadap target akuisisi tersebut, yang seharusnya selesai sekitar September. Akan tetapi, uji kelayakan tersebut tak kunjung usai -- salah satu penyebabnya adalah skandal di Malaysia yang menyeret Perdana Menteri Najib Razak -- dan akhirnya diperpanjang hingga 30 November 2015.

Promo Terbaru di Bareksa

Selama masa uji kelayakan tersebut, terjadi gejolak ekonomi global sehingga mata uang dolar AS menguat terhadap mata uang Asia, termasuk ringgit Malaysia. Berdasarkan data transaksi spot, nilai tukar ringgit melemah 18,5 persen ke titik terendahnya pada 29 September 2015 ke level 4,457 ringgit per dolar AS bila dibanding 3,761 per dolar AS pada saat penandatangan MOU antara Rajawali dan FGV di 12 Juni 2015.

Depresiasi terhadap ringgit tersebut tentunya juga mendorong nilai akuisisi membengkak bagi perusahaan asal Malaysia tersebut. Dengan pelemahan ringgit terhadap dolar sebesar 18,5 persen itu, nilai akuisisi pun melonjak menjadi sekitar 3 miliar ringgit dibanding sebelumnya 2,56 miliar ringgit. Perbedaan nilai transaksi sebesar 473 juta ringgit itu tentunya menjadi beban bagi FGV.

Grafik Pergerakan Nilai Tukar Ringgit Terhadap Dolar AS di Pasar Spot

Illustration

Sumber: Bloomberg, diolah Bareksa.com

Di sisi lain, harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang merupakan sumber pendapatan utama FGV tidak banyak berubah selama empat bulan terakhir. Per Oktober, harga CPO sebesar 2.270 ringgit per ton, sama seperti harga pada Juni. Bahkan, harga CPO sempat anjlok menjadi 1.970 ringgit per ton pada Agustus.

Yang lebih parah, harga saham BWPT yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia juga terus turun. Sejak perjanjian diteken pada 12 Juni, saham BWPT terus turun hingga jeda siang hari ini (17/11/2015) harganya menyentuh Rp162 per lembar, anjlok 64 persen dari Rp450 dalam lima bulan terakhir. Harga perdagangan hari ini juga merupakan titik terendah sepanjang masa BWPT tercatat di bursa.

Seiring dengan penurunan harga saham, kapitalisasi pasar BWPT juga semakin menciut. Dengan harga saham hanya Rp162, nilai market cap menjadi hanya sekitar Rp5,1 triliun, anjlok 64 persen dibandingkan dengan nilai pada saat MOU diteken sekitar Rp14 triliun. Kalau dibandingkan dengan valuasi berdasarkan harga akuisisi, harga saham sudah 77 persen di bawah harga penawaran akuisisi tersebut.

Pergerakan Harga Saham BWPT Setahun Terakhir

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Oleh karena itu, sangat wajar bila FGV meminta negosiasi ulang harga akuisisi BWPT dari Grup Rajawali yang dikendalikan oleh taipan Peter Sondakh. Bahkan, ada rumor yang mengatakan transaksi tersebut akan batal. (Baca juga: Diisukan Akuisisi Oleh Felda Batal, Harga Saham BWPT Amblas 9,5%)

Manajemen Rajawali belum bisa dikonfirmasi mengenai kabar tersebut. Namun sebelumnya, FGV telah mengumumkan perpanjangan waktu pelaksanaan uji kelayakan (due diligence) dalam rangka akuisisi saham BWPT dari Grup Rajawali

CEO FGV Dato’ Mohd Emir Mavani Abdullah mengatakan “due diligence untuk rencana akuisisi tersebut akan diperpanjang hingga 30 November 2015”. Padahal, sebelumnya transaksi tersebut ditargetkan rampung pada Oktober 2015. (Baca juga: Felda Perpanjang Masa Due Diligence Akuisisi BWPT)

Sebagai pengingat, FGV akan mengakuisisi 37 persen saham BWPT dari Rajawali Corpora yang dikendalikan oleh taipan Peter Sondakh dengan uang tunai dan tukar guling saham. Sebanyak 30 persen saham BWPT akan dibayar dengan tunai, sementara sisanya 7 persen akan ditukar dengan saham FGV yang tercatat di bursa Malaysia.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.379,53

Up1,02%
Up5,18%
Up7,30%
Up8,82%
Up19,45%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.089,71

Up0,44%
Up5,40%
Up6,62%
Up7,08%
Up2,64%
-

Capital Fixed Income Fund

1.837,78

Up0,53%
Up3,93%
Up6,27%
Up7,42%
Up17,19%
Up40,03%

STAR Stable Amanah Sukuk

1.075,16

Up0,66%
Up3,97%
Up6,64%
---

Insight Renewable Energy Fund

2.257,46

Up0,72%
Up3,68%
Up5,94%
Up6,95%
Up19,66%
Up35,50%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua