Harga Ayam Melonjak Sampai Rp45.000, Apa Penyebabnya?
Surat edaran Menteri Perdagangan bulan April 2014 mengimbau produsen mengurangi pasokan DOC 15%
Surat edaran Menteri Perdagangan bulan April 2014 mengimbau produsen mengurangi pasokan DOC 15%
Bareksa.com - Setelah naiknya harga daging sapi di pasar, kini harga ayam juga mengalami hal yang sama. Mengutip data infopangan.jakarta.go.id khusus untuk sejumlah wilayah Jakarta, harga ayam tertinggi mencapai Rp45.000 per ekor di Pasar Rawa Badak Jakarta Utara. Sementara rata-rata harga ayam di Jakarta saat ini sebesar Rp36.750 per ekor, naik dari rata-rata pada Desember 2014 Rp30.000 per ekor.
Apa yang menyebabkan naiknya harga ayam di pasar?
Berdasarkan data yang diperoleh Bareksa, harga ayam khususnya di Jakarta mulai naik pada Mei-Juni 2015. Hal ini terjadi seiring dengan naiknya permintaan menjelang Lebaran. Kemudian, kondisi makin parah ketika daging sapi mulai langka di pasar.
Promo Terbaru di Bareksa
Grafik: Harga Ayam Rata-Rata di Jakarta
sumber: Bareksa, diolah dari infopangan.jakarta.go.id
Seiring dengan kelangkaan daging sapi, Ayam yang merupakan produk substitusi ikut mengalami peningkatan harga. Ketika daging sapi langka di pasar, konsumen akan beralih ke daging ayam sehingga permintaan meningkat.
Masalahnya di tengah tingginya permintaan, produksi Ayam sejak 2014 sedang “dipaksa” turun karena kelebihan pasokan. Surat edaran Menteri Perdagangan (Mendag) No. 644/M-Dag/SD/4/2014 yang terbit pada April 2014 mengimbau produsen untuk mengurangi pasokan bibit ayam atau ayam usia sehari (day old chicks/DOC) sebesar 15%. Kebijakan ini dilakukan untuk meredam harga ayam yang waktu itu mengalami penurunan drastis.
Menyusul pemangkasan pasokan pada 2014, Maret 2015 Kementerian Pertanian kembali menyepakati pembatasan produksi DOC. Berdasarkan kesepakatan antara asosiasi peternak dan organisasi pembibitan ayam yang difasilitasi Kementan, disepakati pemangkasan stok pembibitan ayam sampai 20 persen dari jumlah produksi DOC saat ini.
Grafik: Produksi & Konsumsi Daging Ayam Indonesia
sumber: Bareksa.com, diolah dari BKP Pertanian
Penekanan produksi sejak 2014 menyebabkan kekhawatiran akan kurangnya pasokan di saat permintaan sedang tinggi. Sebagai informasi, pertumbuhan produksi ayam pada 2014 hanya 2 persen year on year (yoy) menjadi 1,9 juta ton dari sebelumnya 1,89 juta ton, jauh lebih rendah daripada pertumbuhan produksi pada 2013 yang mencapai 9 persen (yoy).
Hal lain yang mendorong naiknya harga adalah pembengkakan biaya produksi. Kurs rupiah yang merosot ke Rp14.000 per dolar AS membuat harga pakan ternak semakin mahal. Data Asosiasi Produsen Unggas Indonesia yang dikutip dari riset Bank Mandiri menunjukan bahwa sebagian besar bahan baku pakan ternak masih didapat dengan cara impor.
Dalam riset Bank Mandiri yang dipublikasikan pada 8 April 2015, disebutkan bahwa 60 persen kebutuhan jagung diperoleh dengan impor. Begitu juga dengan bungkil kedelai 100 persen masih diimpor.
Grafik: Komposisi Bahan Baku Pakan Ternak
sumber: Bank Mandiri, Asosiasi Produsen Unggas Indonesia
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.