Jatuh-Bangun ADHI di Proyek Kereta Api
ADHI terpaksa membebankan pembangunan tiang monorel senilai $14,02 juta ke dalam akun piutang usaha akibat tidak dibayar
ADHI terpaksa membebankan pembangunan tiang monorel senilai $14,02 juta ke dalam akun piutang usaha akibat tidak dibayar
Bareksa.com – Perusahaan konstruksi PT Adhi Karya Tbk (ADHI) tampaknya makin mantap untuk menggarap moda transportasi massal berbasiskan kereta api. Buktinya, ADHI menyampaikan prospektusnya untuk meminta tambahan modal kepada para pemegang sahamnya. (Baca juga: Harga Right Issue di Bawah Harga Pasar, Harga Saham ADHI Anjlok 8%)
Dalam laporan tahunannya, manajemen ADHI berpandangan bisnis transportasi moda monorel, sangat menjanjikan karena memenuhi tuntutan publik atas moda transportasi perkotaan yang bebas macet, tepat waktu dan efesien.
Manajemen ADHI sebelumnya pun pernah mengutarakan niatnya ini pada RUPS yang diadakan akhir Juni 2014 lalu. Rencana ini muncul menyusul terhentinya pembangunan monorel oleh PT Jakarta Monorail (JM) yang mangkrak hampir dua tahun itu.
Promo Terbaru di Bareksa
Kiswodamawan, Direktur Utama ADHI mengungkapkan pihaknya telah memperoleh ijin dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk hal ini.
“Kami sudah mendapatkan izin dari Kemenhub untuk membangun monorel dari urban seperti Bekasi,” ujar Kiswo kepada media.
Awal mula ADHI Masuk Ke Monorail
Sebelum berniat memasuki bisnis ini, ADHI merupakan perusahaan konstruksi yang mendapatkan kontrak pembangunan infrastruktur monorail oleh PT Jakarta Monorail (JM) dengan nilai kontrak hingga $224,2 juta. Sayangnya, proyek ini terhenti di tengah jalan pada tahun 2007 akibat JM kesulitan keuangan.
Selain itu, JM juga dipailitkan oleh firma hukum Adi Prasetyo & Partners, mantan tim advokatnya karena tidak membayar legal fee. Imbasnya, pembayaran atas pembangunan tiang-tiang pancang senilai senilai $14,02 juta yang seharusnya diterima ADHI pun tidak dapat ditagih.
ADHI pun terpaksa membebankan pembangunan tiang itu ke dalam akun piutang usaha. Untuk itu, ADHI mengadakan kesepakatan dengan Ortus Holdings, induk usaha JM, sebagai upaya untuk mendapatkan pembayaran tiang-tiang pancangnya.
Keduanya pun bersepakat bahwa Ortus diharuskan membeli kepemilikan ADHI di PT Indonesia Transit Central (ITC) dan JM dengan harga premium 15 persen dari harga nominal saham. Selain itu, pihak Ortus juga setuju agar JM bersedia membeli tiang-tiang monorail dengan harga hasil audit BPKP yang sebesar Rp130 miliar.
Namun, hingga laporan keuangan kuartal I-2015 keluar, piutang tersebut belum tertagih dan pihak ADHI pun terpaksa membentuk cadangan kerugian penurunan piutang sebesar Rp26,7 miliar dan estimasi kerugian atas tagihan proyek monorail sebesar Rp78,95 miliar.
Proyek Monorail Diubah Jadi LRT
Setelah proyek monorel JM tidak jelas kabarnya, manajemen ADHI pun mengajukan usulan kepada pemerintah untuk dapat melanjutkan pembangunan proyek monorel ini yang berjumlah tiga rute, yaitu Bekasi-Cawang, Cibubur-Cawang, dan Cawang-Kuningan. Dalam proyek ini, ADHI menggandeng PT Jasa Marga Tbk, PT Lembaga Elektronika Negara (LEN), PT Telkom Tbk, PT Industri Kereta Api (Inka), dan termasuk Bank Mandiri ke dalam konsorsiumnya.
Dalam prosesnya, ADHI tetap akan memanfaatkan tiang monorel yang sebelumnya sudah dibuat dan belum dibayarkan JM.
"Kami mengharapkan bulan ini (Februari 2013) sudah ada putusan terkait izin. Semakin cepat dapat izin, semakin cepat pula proyek ini dapat mulai dikerjakan," ungkap Kiswo kala itu.
Namun, proyek pun kembali terhenti setelah Presiden Joko Widodo mengusulkan agar proyek tersebut diubah menjadi light rail transit (LRT). "Hasil rapat kita bukan bangun monorel, tapi light train (LRT). Transportasi akan dibangun sekaligus pengembangan dari Inner City Transport. Itu untuk Jakarta-Bogor, Jakarta-Tangerang, dan Jakarta-Bekasi," tutur Menteri BUMN Rini Soemarno menjelaskan hasil rapatnya dengan presiden.
Seperti halnya monorel, LRT merupakan salah satu jenis transportasi masyarakat urban yang beroperasi. Bedanya, ukuran LRT terbilang lebih kecil dan beratnya pun tergolong ringan.
Lantas, bagaimanakah proyek kereta api ADHI kali ini?
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.