The Economist: Indonesia Masuk Top-5 Tujuan Investasi Asia Pasifik
China di peringkat satu. Total minat investasi hingga Mei 2015 mencapai $150 miliar.
China di peringkat satu. Total minat investasi hingga Mei 2015 mencapai $150 miliar.
Bareksa.com - Indonesia ternyata masih menjadi target investor, terutama yang berasal dari Asia. Minat investasi yang tinggi datang dari China, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan; demikian ditunjukkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Bahkan data The Economist menyebutkan untuk tahun 2015 Indonesia berada di peringkat kedua tujuan investasi Asia Pasifik, setelah China.
Tabel: Skor Peringkat Prioritas Investasi
Sumber: The Economist
Adapun untuk dana investasi asing secara langsung (foreign direct investment, FDI), besarannya ditunjukkan data United Nations Conference On Trade And Development (UNCTAD). Sepanjang tahun 2014, FDI ke Indonesia mencapai $22 miliar—di mana Indonesia berada di posisi kelima paling besar di kawasan Asia.
Apa penyebab kabar baik ini?
Populasi yang besar dan sebagian besar merupakan usia produktif merupakan dua faktor utama yang membuat Indonesia menjadi pasar potensial di mata investor. Data Population Reference Bureau 2014 menunjukkan Indonesia berada di peringkat keempat populasi terbesar sejagat dengan rata-rata pertumbuhan jumlah penduduk mencapai 21 persen dalam 10 tahun terakhir.
Tambahan lagi, laporan World Population Prospects PBB telah memproyeksikan Indonesia akan menikmati “bonus demografi” dalam periode 2015-2030. Bonus demografi adalah kondisi di mana jumlah penduduk produktif lebih besar daripada jumlah penduduk non produktif, sehingga berpotensi mendorong tingkat konsumsi suatu negara.
Grafik: Proyeksi Demografi Indonesia
Sumber: World Population Prospects - United Nations
Pertumbuhan penduduk usia produktif itu juga akan secara signifikan ikut mendorong naiknya pendapatan per kapita. Data Bank Dunia menunjukkan bahwa PDB per kapita atau pendapatan per kapita Indonesia di tahun 2014 sudah meningkat tiga kali lipat sejak tahun 2000. Peningkatan ini terbilang menonjol jika dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN yang hanya tumbuh kurang dari dua kali lipat.
Rangga Cipta, ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, mengatakan ada tiga faktor yang bisa mendorong sebuah negara memindahkan impor dari negara lain ke Indonesia. “Pertama harga barang di Indonesia bisa lebih murah. Kedua, jika kualitasnya bisa lebih bagus. Ketiga, ada perjanjian perdagangan yang biasanya diikuti dengan ekspor negara tersebut.”
Indonesia, menurut Rangga, menyimpan potensi di tiga faktor itu karena memiliki sumber daya manusia yang besar.
Grafik: Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita 2000-2014
Sumber: World Bank, Bareksa.com
Bukan cuma sekadar potensi, BKPM mencatat total minat investasi ke Indonesia hingga Mei 2015 mencapai $150 miliar. Dari jumlah itu, $5,2 miliar di antaranya telah masuk kategori “serius” di mana sebagian besar berada di sektor substitusi impor dan industri padat karya.
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menyampaikan tren investasi dunia bergeser dari utara ke selatan. Jadi saat ini investor tidak lagi hanya berinvestasi di pasar modal Negara-negara maju tetapi juga investasi di sektor riil.
Setelah China dan India bubble investasi, investor mulai mengarahkan investasi ke ASEAN. Dibanding Malaysia, Filipina dan Vietnam, Indonesia memiliki potensi yang paling baik.
Sayangnya masalah debottlenecking juga paling banyak terjadi di Indonesia akibat permasalahan birokrasi dan perizinan yang berbelit-belit.
Lantas, apa langkah pemerintah untuk mengatasi persoalan itu?
Pemerintah berusaha memangkas jalur perizinan, agar mudah dan kurang berbelit (Baca juga: PTSP Memangkas Izin Berbelit, Tunjang Kepastian Waktu Bagi Investor).
Selain itu, Indonesia Investment Promotion (IIPC) yang telah dibentuk BKPM menyasarkan upaya pemasaran ke sejumlah negara potensial, seperti Amerika, Inggris, Korea, Jepang, dan Singapura. Empat negara ini memiliki minat investasi terbesar di Indonesia. Berdasarkan data BKPM per Mei 2015: China mencapai $80,4 miliar, Jepang $5,01 miliar ditambah Rp300 miliar, Korea Selatan $9,7 miliar, dan Taiwan $30 juta.
Grafik: Peta Promosi BKPM
Sumber:BKPM
Di tengah derasnya minat investor asing itu, Franky mengarahkan BKPM untuk memfokuskan perhatian ke lima negara dengan minat investasi terbesar yakni Singapura, Jepang, Korea Selatan, China dan Taiwan.
Sepanjang 2010-2014, Indonesia selalu masuk jajaran 10 besar penerima aliran investasi terbesar dari negara-negara maju di Asia, sebagaimana diungkapkan data Financial Times. Singapura menempatkan Indonesia sebagai tujuan investasi nomor dua, dengan nilai $5,5 miliar. Adapun Jepang mengucurkan $18,08 miliar di mana Indonesia menjadi negara tujuan investasi nomor empat terbesar bagi negara itu. China memposisikan Indonesia di jajaran tiga besar, dengan nilai $11,06 miliar. Bagi Korea Selatan, Indonesia berada di peringkat ke-6 dengan nilai investasi $3,47 miliar. Dan Taiwan menempatkan Indonesia di urutan ke-5 dengan nilai investasi $2,4 miliar.
“Jadi, kalau melihat lima negara itu, yang sedang agresif berinvestasi ke dunia dan terutama fokusnya ke Indonesia, tentu tidak salah jika kita menempatkan mereka menjadi fokus marketing investasi,” ujar Franky.
Dalam mengundang investasi, BKPM memprioritaskan sektor substitusi impor. Pada 6 Mei 2015 lalu, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 18/2015 tentang tax allowance atau keringanan pajak bagi investor yang berniat mengembangkan usaha di area ini. Yang juga menjadi sektor prioritas BKPM adalah industri suku cadang; pembangkit listrik; pengolahan ikan, sayur dan buah; serta galangan kapal – sektor-sektor yang diharapkan dapat menopang konsumsi dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan impor. (AD | np)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.