BUKK Relisting; Emiten Terafiliasi Keluarga Jusuf Kalla Ini Segera Rights Issue
BUKK mencatatkan kembali 2,64 miliar sahamnya di BEI dengan harga Rp590 per saham
BUKK mencatatkan kembali 2,64 miliar sahamnya di BEI dengan harga Rp590 per saham
Bareksa.com - PT Bukaka Teknik Utama Tbk (BUKK) akhirnya secara resmi mencatatkan sahamnya kembali (relisting) di Bursa Efek Indonesia terhitung mulai hari ini (Senin, 29 Juni 2015).
Perusahaan infrastruktur terafiliasi dengan keluarga Jusuf Kalla (JK) ini langsung merencanakan penerbitan saham baru melalui rights issue untuk mencari dana.
Direktur Utama Bukaka Irsal Kamaruddin mengatakan rights issue salah satu cara memperoleh dana untuk merealisasikan target jangka pendek, menengah dan panjang. Sementara relisting tidak meraih dana dari pasar modal.
"Kami bercita-cita melakukan rights issue, tidak perlu tunggu setahun setelah relisting,” ujarnya kepada wartawan setelah acara pencatatan kembali saham BUKK di Jakarta 29 Juni 2015. ”Kami perhatikan market dan lihat plus minusnya. Saat ini kondisi market kurang baik, tapi kami optimis akan rebound."
Bukaka mencatatkan kembali 2,64 miliar sahamnya di BEI, setara dengan 100 persen modal ditempatkan dan disetor penuh. Harga pembukaan perdagangan Rp590 per saham dan menjadikan kapitalisasi pasarnya Rp1,56 triliun.
Dengan masuknya kembali ke bursa, BUKK optimis dapat meraih momentum untuk berekspansi, mengingat program infrastruktur yang menjadi fokus pemerintahan baru akan segera berjalan, termasuk percepatan pembangkit 35.000 megawatt.
Perusahaan yang berdiri pada 1978 ini sekarang memiliki sembilan unit usaha di bidang infrastruktur, termasuk jembatan dan pembangkit listrik. Sejumlah usaha termasuk tambang dan listrik dikerjakan oleh anak usahanya, yaitu PT Bukaka Mandiri Sejahtera dan PT Bukaka Energi.
Tahun ini BUKK menganggarkan belanja modal Rp50 miliar untuk memodernisasi mesin demi efisiensi. Dananya sementara akan diambil dari kas dan pinjaman dari Bank Ekspor Impor Indonesia (Exim Bank). Angka tersebut pun di luar ekspansi di level anak usaha.
Selain itu, perseroan melalui anak usahanya juga akan membangun pabrik pengolahan feronikel dengan investasi Rp400 miliar di Palopo, Sulawesi. "Sudah ada pasokan listrik dari PLN dan lahan seluas 50 hektare untuk smelter itu. Meski pasokan nikel belum ada, kami bisa beli dari masyarakat atau pemilik izin usaha pertambangan (IUP), ujar Irsal.
Dia menambahkan bahwa perseroan akan bekerja sama dengan perusahaan asal China untuk mengembangkan smelter berkapasitas 2.760 ton yang ditargetkan beroperasi pada akhir 2016. Namun, dia enggan menyebut mitranya karena kesepakatan baru diharap terjadi pada kuartal ketiga tahun ini.
Saat ini, pemegang saham Bukaka antara lain PT Denaya Cakra Cipta (Pengendali) dengan kepemilikan 42,6 persen, Armadeus Acquisitions (INR) Limited sebesar 46,6 persen dan masyarakat sebanyak 10 persen. Sementara, dewan komisaris Bukaka antara lain, Suhaeli Kalla sebagai Komisaris Utama, Komisaris Solihin Jusuf Kalla, Komisaris Independen Sumarsono dan Zulkarnain selaku Komisaris.
Sebelumnya, Bukaka terpaksa keluar dari pencatatan saham di bursa (delisting) pada 2006 karena masalah utang dalam denominasi dolar. Saat itu, perseroan telah melakukan inisiatif restrukturisasi utang dengan transfer loan certificates (TLC) tetapi para kreditor tidak memberi konfirmasi. Akhirnya, selama tiga tahun Bukaka memberi laporan keuangan dengan status disclaimer, dan kemudian harus delisting dari bursa.
Target 2015
Direktur Keuangan Bukaka Sofiah Balfas menjelaskan, adanya pembangunan smelter feronikel tersebut diperkirakan bakal menyokong pendapatan perseroan pada 2017. Meski smelter belum memberi kontribusi pada tahun ini, perseroan membidik pertumbuhan kinerja hingga 10 persen pada 2015. "Target pendapatan 2015 naik 10 persen dari 2014, menjadi sekitar Rp 1,64 triliun," ungkapnya.
Sementara terkait dengan kinerja hingga semester I, Sofiah menyatakan belum bisa membeberkan. Namun, ia mengakui kondisi tahun ini memang sangat tidak kondusif bagi bisnisnya. "Diperkirakan pada semester I hanya 40 persen dari target 2014 yang tercapai. Semoga ada perbaikan di semester II 2015."
Namun, Sofiah optimistis pada 2017, pendapatan perseroan akan meningkat hingga di atas Rp 2 triliun. Hal itu karena proyek smelter yang sudah mulai beroperasi. Ia juga membidik pertumbuhan laba bersih lebih dari 10 persen. "Untuk tahun ini marjin laba bersih kami upayakan di sekitar 11 persen," jelasnya.
Dari sisi kinerja, Bukaka mencetak pendapatan senilai Rp 1,42 triliun sepanjang 2014, naik 6,9 persen dari 2013. Dari jumlah pendapatan tersebut, perseroan mampu meraup laba bersih senilai Rp 98,29 miliar, meningkat 20,5 persen dari 2013. Aset perseroan pada 2014 tercatat sebesar Rp 2,015 triliun, dengan jumlah liabilitas Rp 868,52 miliar. (pi)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.