TBIG Optimistis Tukar Guling Saham Mitratel Masih Berjalan dengan Telkom
Penyedia menara afiliasi Saratoga ini masih yakin tumbuh 10,5 persen di luar aksi korporasi
Penyedia menara afiliasi Saratoga ini masih yakin tumbuh 10,5 persen di luar aksi korporasi
Bareksa.com - Penyedia menara PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yakin proses akuisisi PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) bisa terealisasi. Akuisisi melalui transaksi tukar guling kepemilikan saham (share swap) dengan anak usaha perusahaan pelat merah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) itu sempat mendapat penolakan dari parlemen.
Direktur Utama TBIG Herman Setya Budi mengakui memang terlihat ada masalah internal di Telkom, tetapi TBIG percaya proses tukar guling saham tersebut masih akan berlanjut.
"Berdasarkan conditional share exchange agreement (perjanjian tukar guling/CSEA), transaksi itu masih berlaku sampai sekarang. Kami perusahaan terbuka, demikian juga Telkom, pasti akan mengikuti aturan yang berlaku," katanya kepada wartawan, Rabu 27 Mei 2015.
Promo Terbaru di Bareksa
Menurut dia, proses di TBIG sudah selesai karena sudah mendapat restu dari pemegang saham, sementara hasilnya masih menunggu proses di Telkom. Direksi Telkom, katanya, masih menelaah dan belum mengajukan kepada komisaris Telkom. "Saya percaya Telkom akan berkomitmen dengan perjanjian yang sudah ditandatangani."
Seperti tertera dalam perjanjian November 2014, Telkom akan melepaskan kepemilikan 100 persen saham di Mitratel kepada TBIG. Sebagai gantinya, Telkom akan mendapat 13,7 persen saham TBIG secara bertahap plus uang tunai Rp1,74 triliun, apabila Mitratel dapat mencapai persyaratan tertentu.
Transaksi tersebut akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap I, Telkom akan menukarkan 49 persen saham Mitratel dengan 290 juta saham baru TBIG. Tahap II tranche pertama Telkom menukarkan 29,50 persen saham Mitratel dengan 6,15 persen saham TBIG. Penukaran ini terjadi apabila hak opsi milik Telkom dieksekusi. Tahap II tranche kedua penukaran 229,55 juta saham baru TBIG dengan 21,50 persen saham Mitratel milik Telkom.
Untuk melakukan penukaran itu, TBIG akan melakukan penerbitan saham baru sebanyak 479,65 juta lembar saham atau 10 persen modal disetor. Selain itu, perusahaan milik Grup Saratoga itu juga akan mengalihkan 53,29 miliar saham treasuri.
Berdasarkan prospektus yang dikeluarkan oleh TBIG, Kantor Jasa Penilai Publik Martokoesoemo Prasetyo dan Rekan menilai harga pasar 100 persen saham Mitratel per 31 Desember 2014 senilai Rp5,57 triliun. Dengan perjanjian penukaran saham 100 persen Mitratel dengan total 762,5 juta saham TBIG, maka harga rata-rata saham TBIG senilai Rp8.615 per saham.
Namun, rencana tersebut ditentang pemerintah dan DPR. Bahkan komisaris Telkom pun menolaknya. Padahal, transaksi dengan TBIG bertujuan bertujuan meningkatkan nilai perusahaan. Perjanjian pembelian Mitratel oleh TBIG akan berakhir Juni tahun ini, tapi masih bisa diperpanjang lagi.
Kesepakatan ini dinilai sama-sama menguntungkan bagi kedua perusahaan. Bagi TLKM, kesepakatan ini dapat meningkatkan nilai aset anak perusahaannya. Adapun untuk TBIG, selain soal valuasi dan potensi peningkatan kinerja Mitratel, dengan masuknya TLKM sebagai pemegang saham minoritas dapat mengamankan pengembangan usaha mereka di masa mendatang yang terkait dengan bisnis Telkomsel.
Dengan adanya tambahan menara juga dapat membuat TBIG mendominasi bisnis menara. Sebagai informasi, Mitratel memiliki 5300 menara per akhir 2014. (Baca juga: Akuisisi Mitratel Segera Final, TBIG Potensi Dominasi Bisnis Menara Telko)
Target Penyewaan
Terlepas dari pertumbuhan anorganik melalui akuisisi tersebut, penyedia menara ini masih yakin dapat mengembangkan bisnisnya. Tahun ini, perseroan memperkirakan pertumbuhan 10,5 persen pada jumlah penyewaan (tenant).
"Bisnis tower sangat tergantung jumlah tenant. Peningkatan jumlah tenant akan bertambah 2.000 dari saat ini sekitar 19.000 tenant pada akhir tahun 2014," ujar Direktur Keuangan TBIG Helmy Yusman Santoso dalam kesempatan sama.
Jumlah Situs dan Penyewaan TBIG
Sumber: TBIG
Per Maret 2015, TBIG mencatat ada 18.836 penyewa (tenant) dan 11.873 situs telekomunikasi. Situs tersebut terdiri atas 10.868 menara telekomunikasi, 941 situs shelter dan 64 jaringan DAS. Total penyewa menara saja mencapai 17.831, sehingga rasio penyewaan (tenancy ratio) mencapai 1,64 kali.
Untuk mendukung ekspansi tersebut, TBIG akan mengalokasikan belanja modal sekitar Rp2 triliun untuk membangun menara. Dananya didapat dari kas internal dan pinjaman. Sebagai informasi, perseroan tidak membagikan dividen dari laba tahun lalu sehingga senilai Rp1,29 triliun masuk ke dalam laba ditahan.
Berkaitan dengan target pendapatan tahun ini, TBIG belum dapat memberikan proyeksi karena semuanya bergantung pada permintaan dari operator telekomunikasi yang merupakan klien perseroan. Namun, bila dilihat dari hasil kinerja kuartal pertama tahun ini, TBIG yakin dapat membukukan kinerja yang lebih baik daripada tahun lalu.
"Laba tahun lalu Rp1,3 triliun dan bila hasil kuartal pertama 2015 disetahunkan, kami bisa membukukan Rp1,4 triliun. Angka tersebut lebih besar dari kinerja tahun lalu, itu pun sudah tidak mengakui pendapatan BTEL (Bakrie Telecom) yang terkena PKPU," kata Helmy.
Pada kuartal pertama 2015, TBIG mencatat laba yang diatribusikan pada entitas induk turun 39,27 persen menjadi Rp319,80 miliar akibat membengkaknya beban lain-lain dan rugi selisih kurs. Dalam laporan keuangannya, beban bunga naik 39,33 persen mencapai Rp318,61 miliar. Selain itu, ada pula rugi selisih kurs Rp30,85 miliar dibanding laba selisih kurs Rp266,234 miliar pada periode sama tahun lalu.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.380,2 | 1,09% | 5,00% | 7,35% | 8,50% | 19,34% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.090,33 | 0,49% | 5,21% | 6,68% | 7,14% | 2,71% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.838,73 | 0,53% | 3,93% | 6,33% | 7,43% | 17,20% | 39,76% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,71 | 0,66% | 3,97% | 6,69% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.259,31 | 0,74% | 3,72% | 6,02% | 7,00% | 19,69% | 35,52% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.