BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Layakkah Indonesia Bergabung Lagi Dengan OPEC?

19 Mei 2015
Tags:
Layakkah Indonesia Bergabung Lagi Dengan OPEC?
Abdullah al-Badri at OPEC's headquarters in Vienna (REUTERS/Heinz-Peter Bader)

Indonesia bisa masuk “klub” empat Negara produsen minyak kecil bersama Libya, Ekuador dan Qatar.

Baareksa.com - Setelah tujuh tahun keluar dari OPEC, pemerintah Indonesia mempertimbangkan untuk bergabung lagi dengan anggota negara-negara pengekspor minyak tersebut.

Namun, nantinya Indonesia tidak menjadi anggota OPEC, melainkan hanya sebagai peninjau (observer) saja. “Kita ingin berinteraksi dengan pasar,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said seperti dilansir Wall Street Journal (WSJ).

Presiden Joko Widodo (Jokowi), menurut dia, sudah setuju Indonesia bergabung lagi dengan OPEC. Isyarat persetujuan itu disampaikan saat Presiden Jokowi saat berkunjung ke Papua belum lama ini. Sebagai langkah penjajakan, Sudirman akan menghadiri konferensi OPEC pada 3-4 Juni 2015. Dalam konferensi ini, status Indonesia sebagai observer.

Promo Terbaru di Bareksa

Indonesia menjadi anggota OPEC pada 1962. Pada masa menjadi anggota organisasi ini, produksi minyak mentah Indonesia cukup tinggi. Indonesia pernah berhasil memproduksi minyak mentah di atas 1 juta barrel per hari selama periode 1972-2006, dengan pencapaian tertinggi pada 1977 dengan produksi 1,68 juta barel per hari.

Pada 1 Januari 2009, Indonesia keluar dari OPEC karena telah berubah menjadi negara net importer minyak dari sebelumnya net exporter. OPEC pun mensuspensi keanggotaan Indonesia.

Prof. Subroto, bekas menteri pertambangan zaman Presiden Soeharto dan Sekretaris Jenderal OPEC periode 1988-1994, menyesalkan keluarnya Indonesia dari OPEC itu. “Tak ada manfaatnya Indonesia keluar dari OPEC,” kata Soebroto seperti dilansir WSJ pada 2008.”Jika kita tetap di OPEC, ada kewajiban dari anggotanya untuk saling membantu (kesulitan) negara lain.”

Namun, ketika itu Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro menyebutkan suatu saat Indonesia bisa saja bergabung kembali dengan OPEC. Purnomo merujuk pada pengalaman Ekuador yang keanggotaan OPEC-nya disuspensi.

Pada 1992, Ekuador—bersama Gabon-- keluar dari OPEC karena keberatan atas fee keanggotaan dan nekad memproduksi minyak di atas kuota yang ditetapkan oleh organisasi itu. Ekuador kembali bergabung dengan OPEC pada 2007.

Produksi Turun Vs Konsumsi Meningkat

Fakta memang menunjukkan, produksi minyak mentah Indonesia terus menunjukkan tren menurun. Penyebabnya banyak sumur-sumur minyak di Tanah Air sudah tua, sementara di sisi lain investasi baru di sektor perminyakan sangat minim. Tahun ini, produksi minyak Indonesia diperkirakan hanya akan mencapai 750.000 barel per hari. Padahal konsumsi minyak masyarakat terus meningkat.

Pada era tahun 70-an, konsumsi minyak hanya sekitar 100.000 – 350.000 barel per hari. Konsumsi terus meningkat atau bertumbuh 6,1% per tahun selama periode 1970 - 2012. (lihat grafik : Konsumsi dan Defisit Minyak Indonesia).

Grafik Konsumsi dan Defisit Minyak Indonesia

Illustration

Sumber: BP Statistical Review 2013

Pada 2004, Indonesia mulai defisit minyak sekitar 5 juta ton. Defisit terus membengkak hingga 2012 sebesar minus 27 juta ton. Walhasil Indonesia harus mengimpor minyak mentah maupun hasil olahan (bensin, diesel, dan kerosene).

Menurut Ekonom Faisal Basri, setiap hari Indonesia harus mengimpor minyak mentah 500-600 ribu barel per hari, sedangkan kebutuhannya 1,3 juta barel per hari. (Indonesia hanya mengekspor minyak mentah sekitar 200.000 barel per hari).Tak mengagetkan bila Indonesia keluar dari keanggotaan OPEC karena sudah jadi net importer minyak.

Atas dasar itu, Pengamat energi yang juga anggota DPR Kurtubi berpendapat Indonesia memang tidak layak menjadi anggota OPEC. Terlebih lagi syarat menjadi anggota OPEC adalah net exporter minyak. Selain itu, pasti ada beda kepentingan antara importir minyak dan eksportir. Importir minyak, seperti Indonesia, pasti menginginkan harga murah. Sebaliknya, para eksportir anggota OPEC menginginkan harga jual yang tinggi.

Namun, menurut Kurtubi, Indonesia tetap layak sebagai observer di OPEC. “Itu bisa merintis kerja sama minyak secara bilateral antara Indonesia dan negara lain.”

Jika jadi bergabung lagi dengan OPEC, Indonesia bisa masuk “klub” empat negara produsen minyak kecil bersama Libya, Ekuador dan Qatar.

* Laporan tambahan dari Hanum KD

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,56%
Up4,26%
Up7,54%
Up8,69%
Up19,21%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,43%
Up4,43%
Up6,99%
Up7,44%
Up2,54%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,98%
Up7,06%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,45

Up0,53%
Up3,89%
Up6,66%
Up7,38%
Up17,02%
Up40,39%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,88%
Up6,54%
Up7,20%
Up20,19%
Up35,64%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua