BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Apakah Topan El Nino Selalu Membuat Harga CPO Terbang? Ini Datanya

15 Mei 2015
Tags:
Apakah Topan El Nino Selalu Membuat Harga CPO Terbang? Ini Datanya
Seorang warga memperlihatkan biji kelapa sawit yang telah disortir di Desa Rantau Sakti, Rokan Hulu, Riau (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Sebelumnya, El Nino pernah menderu pada akhir 2009 dan awal 2014.

Bareksa.com - Deru Topan El Nino sedang diwaspadai oleh banyak investor. Hingga hari ini, Jumat 15 Mei 2015, harga Crude Palm Oil (CPO) terus merambat naik. Kejadian ini bukan yang kali pertama. El Nino pernah menderu pada akhir 2009 dan awal 2014 lalu.

Pertanyaannya, apakah El Nino selalu membuat harga CPO terbang?

Harga CPO Malaysia pada penutupan perdagangan Selasa kemarin, 12 Mei 2015, naik 5 persen secara month to date menjadi RM2.225 per ton dari sebelumnya RM2.128. Kenaikan ini didorong berita dari Badan Meteorologi Australia bahwa ENSO Tracker (El Niño–Southern Oscillation) mereka sudah naik dari status semula 'alert' menjadi 'El-Nino' -- indikator di mana topan ini akan datang menderu. Inilah untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir, Australia mengumumkan status El Nino.

Promo Terbaru di Bareksa

"Status El Nino kemungkinan akan bertahan dalam beberapa bulan mendatang," demikian tertera dalam laporan riset Maybank - Kim Eng Securities, kemarin.

Grafik: Pergerakan Harga CPO 2005 - Sekarang

Illustration

Sumber: Bloomberg.com

Sentimen El Nino pernah berembus pada awal Maret kemarin. Investor berspekulasi bahwa badai tropis El Nino akan segera menerjang kawasan Asia Tenggara pada bulan tersebut, dan bakal membawa dampak negatif bagi produksi minyak kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia, yang merupakan dua produsen terbesar komoditas tersebut.

Harga CPO sendiri mulai merangkak naik sejak awal tahun ini. Hingga pada awal Maret, harga CPO menyentuh level tertingginya secara year to date, RM2.378 per ton.

Sebelum itu, El Nino pernah bertiup pada Januari-Mei 2014. Badan Meteorologi Australia menjelaskan pada Maret 2014, badai El Nino akan mengarah pada munculnya kekeringan di seluruh kawasan Asia Tenggara dan Australia Timur. Dan bahwa hal tersebut akan memukul volume produksi dan berpotensi mendongkrak harga jual rata-rata CPO.

“Selama Januari hingga Mei 2014, harga rata-rata CPO naik 5 persen dari periode sama tahun sebelumnya, yang mencerminkan bahwa pasar mengantisipasi El Nino,” demikian ditulis analis BNI Securities dalam laporan risetnya.

El Nino dengan level intensitas moderat juga pernah melanda Indonesia pada kurun 2009-2010.

Menurut riset Bank Mandiri, akibat dari El Nino tersebut produksi CPO Malaysia di tahun 2010 turun 3,5 persen menjadi 17 juta ton dari semula 17,6 juta ton di tahun 2009. Sejalan dengan itu, harga CPO pun terlihat bergerak naik. Harga rata-rata CPO di tahun 2010 naik menjadi RM2.787 per ton -- dari semula RM2.287 per ton di tahun 2009 -- atau naik 21,8 persen secara year on year.

Lalu apakah harga saham-saham perkebunan sudah mahal? Analis Bareksa mencoba menganalisa valuasinya menggunakan metode PE Band. Dalam grafik PE Band, garis hijau merupakan rata-rata rasio price to earning (PER), sementara garis kuning menunjukan standar deviasi pertama dari rata-rata PE Band dan garis merah merupakan standar deviasi kedua.

Jika PER menyentuh garis kuning atas (upper band) menunjukan harga saham relatif mahal, apalagi jika menyentuh garis merah (upper band 2).

Pada grafik, saat ini pergerakan PER PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). PER AALI per 13 Mei 2015 mencapai 22,73 kali lebih tinggi dari garis kuning atas 16,94 kali. Hal ini menunjukan bahwa harga saham AALI relatif mahal,

Grafik: Pergerakan PE Band Saham AALI Periode 1 Januari 2000 - 13 Mei 2015

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Tetapi jika dilihat secara historis, sebetulnya ada tiga periode yang menunjukkan harga AALI mahal, yakni pada Januari 2010 dan pada bulan Mei 2014. Ada tiga kesamaan penyebab tingginya valuasi AALI yakni sentimen El Nino.

Pada kurun waktu Desember 2009 sampai Januari 2010, PER AALI menyentuh puncaknya 23,66 kali. Angka tersebut pun membuat AALI hampir menembus upper band sehingga sahamnya berada di area overbought (mahal).

Di Desember 2009, pemerintah Australia mengumumkan fenomena El Nino puncak terjadi pada November-Desember 2009, yang menyebabkan kekeringan hampir diseluruh wilayah Australia akibat cuaca panas yang ekstrim.

Gambar Kondisi Cuaca Australia Per 22 Desember 2009

Illustration

Sumber: Badan Meteorologi Australia

Kenaikan PE Band saham AALI yang didorong faktor El Nino juga pernah terjadi pada kurun Januari-Mei 2014, menyebabkan PE Band AALI menyentuh 25,55 kali. Nilai tersebut membuat AALI melewati upper band 2 sehingga harga saham AALI dapat dikatakan mahal pada saat itu.

Melihat dari data historis tersebut, maka wajar jika PER AALI mahal pada saat ini. Investor perlu waspada jika PE AALI sudah menyentuh hingga 24,7 kali karena merupakan batas upper band 2 dalam PE Band -- biasanya jika telah menyentuh garis ini maka harga saham turun --.

Saham PT London Sumatera Tbk (LSIP) yang saat ini berada pada PER 22,73 kali, juga melebihi upper band 16,94 kali. Patut diwaspadai jika harga saham LSIP terus naik hingga PERnya melebihi 24,7 kali yang menunjukan sahamnya telah overbought. (np,kd)

Grafik: Pergerakan PE Band Saham LSIP Periode 1 Januari 2000 - 13 Mei 2015

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,56%
Up4,26%
Up7,54%
Up8,69%
Up19,21%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,43%
Up4,43%
Up6,99%
Up7,44%
Up2,54%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,98%
Up7,06%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,45

Up0,53%
Up3,89%
Up6,66%
Up7,38%
Up17,02%
Up40,39%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,88%
Up6,54%
Up7,20%
Up20,19%
Up35,64%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua