Dirut Suparni: Semen Indonesia Harus Siap Hadapi Banjir Semen Impor
Pasokan semen diperkirakan oversupply, semen impor akan membanjir, membangun pabrik tak mudah. Apa langkah SMGR?
Pasokan semen diperkirakan oversupply, semen impor akan membanjir, membangun pabrik tak mudah. Apa langkah SMGR?
Bareksa.com - PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) menghadapi pisau bermata dua. Di satu sisi, digenjotnya proyek-proyek infrastruktur oleh pemerintahan Jokowi-JK akan memberi daya dorong positif bagi konsumsi semen nasional. Namun, di sisi lain, BUMN semen terbesar ini juga dihadapkan pada makin tajamnya persaingan, baik dari pemain lokal maupun asing yang terus gencar menyerbu pasar Indonesia. Sementara itu, upaya untuk membangun pabrik guna meningkatkan kapasitas produksi juga bukan perkara mudah.
Tantangan berat tersebut kini berada di pundak Suparni (57), yang resmi diangkat sebagai direktur utama melalui Rapat Umum Pemegang Saham pada 23 Januari 2015 lalu. Ia didapuk menggantikan Dwi Soetjipto yang diberi mandat menakhodai PT Pertamina.
Apa saja langkah yang akan ditempuh Suparni untuk menjawab berbagai tantangan tersebut? Berikut petikan wawancara khusus analis Bareksa dengannya, Maret 2015 lalu. Video kutipan wawancara dengan Suparni bisa ditonton dengan mengklik tautan ini.
Promo Terbaru di Bareksa
Pasokan semen diperkirakan over supply, lima tahun mendatang. Bagaimana Anda mengantisipasinya?
Semen adalah produk tidak elastis dalam konsumsinya. Kami bisa jaga agar harga pokok produksi di level yang kompetitif, manakala konsumsi domestik tidak naik. Kami juga akan melakukan ekspor karena harga kami masih kompetitif di luar negeri. Tapi, untuk menjaga kemungkinan terjadi pertumbuhan demand dalam rangka pembangunan infrastruktur nasional, kami tidak boleh mengendorkan rencana investasi untuk menambah kapasitas. Jangan sampai terjadi seperti waktu yang lalu di mana kebutuhan tinggi tapi kami tidak siap.
Adakah wilayah khusus di Indonesia yang menjadi prioritas pengembangan SMGR?
Kami sekarang ada sebuah proyek sedang berjalan yang diharapkan selesai di tahun 2016, yaitu di Rembang, dengan kapasitas tiga juta ton per tahun. Kemudian di Padang pabrik baru juga, dengan kapasitas tiga juta ton per tahun.
Pasar-pasar yang kuat, seperti di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi, saya kira masih akan tumbuh. Papua memiliki sumber daya. Karena itu, kami akan selalu melakukan pengembangan di wilayah-wilayah tersebut. Apalagi, di wilayah tengah yang memiliki prospek untuk ekspor ke negara-negara terdekat seperti Timor Leste, Filipina, atau Australia.
Untuk meningkatkan kapasitas, SMGR harus membangun pabrik-pabrik baru. Apa saja kendala yang dihadapi selama ini?
Semen butuh pabrik besar, butuh lahan yang luas. Karena itu kendala utamanya adalah penyediaan lahan. Untuk permodalan, kinerja dan pengalaman kami selama hampir 60 tahun membuat kami dipercaya kreditur untuk mendapatkan modal. Di samping itu kami selalu menyiapkan kas internal untuk keperluan investasi. Selebihnya, soal perizinan dan meyakinkan masarakat bahwa pabrik kami ramah lingkingan. Itu yang membutuhkan waktu, energi, ketelatenan, dan pola komunikasi yang baik.
Kendala itu kini muncul dalam pembangunan pabrik Rembang...
Benar, biasanya di area yang baru kami selalu menghadapi hal tersebut. Ada pertanyaan karena warga belum terbiasa melihat situasi seperti itu. Belajar dari Tuban, biasanya setelah pabrik beroperasi sekitar satu sampai dua tahun, ketika sudah sama-sama melihat dan merasakan sendiri dari sisi air, emisi, dan lain-lain, barulah ada pemahaman, dan pada akhirnya ada penerimaan.
Apa jaminan SMGR bahwa pabrik Rembang tidak akan merusak lingkungan?
Prosesnya panjang. Pada saat pembuatan AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) kami melakukan studi bekerja sama dengan para pakar dan lembaga yang kompeten, kemudian mengkomunikasikannya dengan pihak-pihak terkait. Kami juga sudah melakukan sosialisasi dan komunikasi dengan warga masyarakat. Itu semua sudah kami lakukan. Tapi, sebagaimana yang kami hadapi sekarang, beberapa hal sampai saat ini belum terselesaikan.
Sekali lagi, Anda hakulyakin pabrik Rembang tidak akan merusak lingkungan?
Yang sangat kami perhatikan adalah kondisi lahan yang sudah distudi sedemikian mendetail oleh banyak lembaga, dengan melibatkan berbagai macam ahli dari berbagai disiplin ilmu. Selain itu, pabrik yang akan kami bangun ini adalah pabrik proses kering. Jadi, proses utama dalam pabrik ini tidak menggunakan air. Penggunaan air hanya untuk pendinginan mesin di mana air yang dipakai hanya akan diputar-putar (recycle) saja. Jadi, tidak pakai air baru; juga minim pembuangan.
Pabrik ini juga barangkali nantinya akan jadi yang pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi pengering awal, yang tahapannya sampai lima jenjang. Dengan teknologi itu, maka konsumsi panasnya lebih kecil.
Pembangunan pabrik Rembang diperkirakan memakan biaya investasi sekitar Rp4 triliun lebih. Kenapa bisa sebesar ini?
Yang pertama, kami harus melengkapi sarana infrastruktur dan fasilitas bantu seperti area pengolahan air, pergudangan, perkantoran, dan sebagainya. Yang kedua, antisipasi manakala terjadi beban kurs. Pabrik ini menggunakan teknologi dari Eropa sehingga transaksinya banyak berproses dengan euro. Jadi, karena euro tidak sekuat dolar AS, bisa dikatakan beban kami tidak terlalu berat, di samping dana untuk itu sudah disiapkan sebelumnya.
Pabrik Rembang tetap ditargetkan selesai di tahun 2016?
Kami berpegang pada semua perizinan dan persiapan yang sudah lengkap. Saat ini perkembangan pembangunan sudah sampai 30 persen. Diharapkan nanti pada akhir kuartal ke-3 tahun 2016 pabrik ini sudah berfungsi menjadi salah satu pemasok untuk sejumlah proyek infrastruktur di Indonesia.
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan kian membanjirnya semen impor, SMGR bisa berbicara banyak?
Saya kira di dunia persemenan, pasar terbuka itu sudah terjadi sejak lama. Impor semen sudah tidak dikenai pajak. Dengan situasi seperti ini, saya kira pada waktu MEA efektif nanti, perubahannya tidak terlalu besar untuk kami. Tetapi, tetap saja kami selalu mempersiapkan diri. Kami harus benar-benar siap menghadapi persaingan MEA. Di MEA kami tidak mau jadi pengikut. Bahkan, diharapkan kami bisa unggul dalam percaturan industri semen di kawasan.
Ada rencana ekspansi keluar negeri setelah akuisisi Thang Long Cement di Vietnam?
Yang sangat diutamakan adalah memasok kebutuhan dalam negeri. Walaupun demikian, pasar regional juga tetap menjadi bagian dari rencana kami. Jika ada sumber daya, situasi investasi yang baik, dan pasar yang berkembang, mungkin kami akan berinvestasi tahap demi tahap.
Sejak "diminta" menurunkan harga jual semen Rp3.000 per sak, bagaimana dampaknya ke pendapatan SMGR?
Pendapatan memang ada sedikit penurunan. Yang mengalami penurunan harga kan semen dalam kemasan kantong. Produk tersebut memberi kontribusi sebesar 75 persen. Akan tetapi, harga jual dalam bentuk curah tidak turun. Jadi, tidak seluruh marjin terkena imbasnya. Selama dua bulan ini marjin masih bisa kami jaga. Sampai sekarang kami belum mengubah target. Harapannya, tahun ini kami bisa tumbuh 6-7 persen.
Melihat kurs dolar saat ini di kisaran Rp13.000, ada rencana SMGR menaikkan harga jual?
Kurs memang berpengaruh sekitar 5 persen. Kami akan selalu mengikuti perkembangannya. Kami juga akan merumuskan lebih lanjut sebelum nanti pada saatnya kami akan memutuskan perlu atau tidak menyesuaikan harga jual.
Posisi SMGR sebagai BUMN, menguntungkan atau justru jadi beban?
Pertama-tama kami bukan satu-satunya BUMN semen di Indonesia. Ada semen Baturaja dan juga Semen Kupang. Posisi kami sebagai BUMN, bagi kami menguntungkan. Dapat dilihat bahwa kami bisa tumbuh, bisa bersaing, dan bisa melakukan pengembangan. Selain itu, kerjasama BUMN dengan BUMN juga menjadi suatu kekuatan tersendiri. Sebagaimana kita tahu konsumen semen banyak juga dari kontraktor BUMN. Kalau bisa disinergikan, saya kira akan menjadi lebih baik. (kd)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.