Harga Batu Bara Akan Rebound? Apa Kata Kubu 'Bull' dan 'Bear'?
Cadangan batu bara harus turun, impor China dan India harus naik dulu sebelum kita bisa melihat harga rebound.
Cadangan batu bara harus turun, impor China dan India harus naik dulu sebelum kita bisa melihat harga rebound.
Bareksa.com - Harga batu bara akhir-akhir ini mengalami pelemahan yang perlahan tapi pasti. Beberapa perusahaan batu bara di Indonesia yang dulunya sangat perkasa seperti PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Harum Energy (HRUM), PT Borneo Lumbung Energi dan Metal (BORN) akhir-akhir ini keok karena harga batubara tak kunjung beranjak naik.
Akankah pelemahan harga batu bara ini terus berlanjut? Ataukah kita sudah berada di turning point di mana harga akan rebound dan bergerak dengan tren naik?
Ada dua kubu dalam perdebatan ini, dari mereka yang disebut masuk kelompok “Bull” dan “Bear”. Masing-masing memiliki argumen yang kuat untuk mendukung pandangannya. Mari kita simak apa kata mereka.
Promo Terbaru di Bareksa
Kubu “Bull”
1. Batubara masih merupakan bahan bakar penghasil energi termurah saat ini. Negara-negara berkembang yang perlu energi yang banyak untuk pembangunan mereka, akan memiliki tendensi untuk memakai batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
2. Program pemerintah Indonesia untuk membangun pembangkit listrik 35.000MW dalam 5 tahun ke depan sebagian besar menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya. Kalau semua proyek pembangkit listrik ini terealisasi, Indonesia akan membutuhkan batubara yang sangat banyak.
3. Program pembangunan pembangkit listrik di India sebagian besar juga menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya. Narendra Modi yang baru diangkat menjadi Perdana Menteri India memiliki program kerja pembangunan yang cukup ambisius dan diharapkan dapat merealisasikan proyek pembangunan pembangkit listrik yang sebagian besar bertenaga batu bara. India sendiri bukan merupakan negara penghasil batu bara yang besar, sehingga sebagian batu bara yang dibutuhkan akan dipenuhi dengan mengimpor batu bara yang akhirnya akan menyebabkan harga batu bara naik.
Kubu “Bear”
1. Coal inventory di pelabuhan-pelabuhan China meningkat 24% pada bulan Februari dibandingkan dengan tahun lalu di waktu yang sama, menurut data dari China Coal Resource. Hal ini sedikit banyak akan membatasi pembelian batu bara oleh China dalam beberapa bulan ke depan.
2. Impor thermal coal oleh China mencapai angka terendah dalam 4 tahun terakhir di bulan Februari. Penambang batu bara lokal di China yang semakin hari semakin meningkatkan produksinya mengakibatkan China tidak perlu mengimpor terlalu banyak batu bara dari luar China.
3. Coal Inventory dari pembangkit listrik di India meningkat 29% di bulan Maret dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kenaikan ini merupakan level tertinggi sedikitnya dalam 5 tahun terakhir. Yang lebih mengkhawatirkan, tambahan stok mungkin masih terus berlanjut sampai dengan sekarang.
4. Harga minyak mentah yang rendah akan memberikan insentif bagi pembangunan pembangkit listrik untuk beralih ke minyak atau gas. Belum lagi, 'green campaign' yang dilakukan negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa untuk mengurangi ketergantungan energi dari batu bara akan terus mengurangi kebutuhan pasokan batu bara di kemudian hari.
Nah, setelah melihat berbagai argumen di atas, di kubu manakah Anda?
Arah harga batu bara, seperti harga minyak mentah, sangatlah sulit untuk ditebak. Masih jelas dalam ingatan kita pada pertengahan tahun 2014 harga minyak mentah berada di atas US$110 per barel dan semua orang percaya trennya akan naik terus karena permintaan minyak mentah yang menurut statistik masih melebihi tingkat produksi. Tapi, tiba-tiba, dalam waktu kurang dari enam bulan harga minyak mentah anjlok menjadi hanya US$40 per barel.
Pada akhirnya, ada satu hal yang pasti mengenai tren harga batu bara: Coal inventory harus turun, sementara Impor China dan India harus meningkat terlebih dahulu, baru tren harga batu bara akan naik lagi. Dua hal ini belum terlihat hingga saat ini. Maka, rebound dan perubahan tren harga batu bara dalam waktu dekat sepertinya masih belum akan terjadi. (qs)
* M.S. Rekso adalah analis senior Bareksa
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.