INFOGRAFIK: Jika Laba & Load Factor AirAsia Membubung di Atas Garuda Indonesia
Tragedi ini jadi ujian berat. Load factor Malaysia Airlines anjlok semenjak dihantam dua krisis.
Tragedi ini jadi ujian berat. Load factor Malaysia Airlines anjlok semenjak dihantam dua krisis.
Bareksa.com - Menjadi pelopor budget airlines, kehadiran AirAsia mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Di kala maskapai full service lainnya merugi -- termasuk Garuda Indonesia -- load factor serta keuntungan AirAsia justru membubung tinggi.
Load factor adalah parameter tingkat keterisian penumpang. Semakin besar prosentasenya, semakin berjejal jumlah penumpang di setiap penerbangannya. Menurut data keterbukaan informasi laporan keuangan masing-masing maskapai yang ditelusuri analis Bareksa.com, tercatat load factor AirAsia relatif lebih tinggi dibandingkan maskapai-maskapai besar lainnya.
Sepanjang Juli sampai September 2014, load factor AirAsia mencapai 78 persen, Singapore Airlines 81,9 persen, Thai Airways 71,7 persen dan Garuda hanya 70,7 persen. Adapun Malaysia Airlines hanya 73,3 persen -- anjlok dibandingkan kuartal IV 2014 yang 81,6 persen setelah didera dua tragedi pesawatnya.
Promo Terbaru di Bareksa
Pada 8 Maret 2014 lalu, pesawat MH 370 milik Malaysia Airlines yang sedang menerbangi rute Kuala Lumpur - Beijing dinyatakan hilang di selatan Samudra Hindia. Sampai kini, keberadaan pesawat itu masih misterius, lenyap tak berbekas. Setelah itu, hanya empat bulan berselang pada 17 Juli 2014, giliran MH 17 yang juga milik maskapai ini jatuh ditembak rudal di Ukraina.
Berkaca dari apa yang terjadi pada Malaysia Airlines, tragedi ini jelas akan jadi ujian berat bagi AirAsia ke depan.
Grafik: Load Factor Maskapai Penerbangan, 2014
Sumber: Keterbukaan informasi perusahaan
Adapun dari sisi kinerja keuangan, sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini AirAsia berhasil membukukan laba $157,6 juta – sekitar Rp1,96 triliun dengan asumsi Rp12.458 per dolar. Yang luar biasa, angka ini bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan Singapore Airlines Ltd. yang hanya membukukan profit $121,7 juta. Padahal, Singapore Airlines merupakan "maskapai premium" di dunia penerbangan dan selama ini dipercaya sebagai salah satu yang terbaik sejagat.
Banyak maskapai full service kenamaan lain malah merugi.
Pada periode yang sama, Malaysia Airlines menderita kerugian $409,8 juta. Dijelaskan akibat meningkatnya biaya operasional terkait biaya bahan bakar. Begitu juga dengan Thai Airways dan Garuda Indonesia yang masing-masing laporan keuangannya masing-masing merah merona di angka $282,6 juta dan $219,6 juta.
Yang paling parah adalah Qantas Airways. Kinerja keuangan maskapai kebanggaan Australia ini babak belur, merugi $2,38 miliar sepanjang Januari-Juni 2014. Load factor-nya pun anjlok menjadi 77,4 persen dari angka di enam bulan sebelumnya yang 79,3 persen.
Grafik: Laba Maskapai Penerbangan Periode 2014
Sumber: Laporan keuangan perusahaan
Kembali ke AirAsia. Ada yang menarik dengan kinerja per kuartalnya. Pada kuartal III 2014 laba AirAsia tertera hanya $1,7 juta saja, jauh melorot dibandingkan kuartal sebelumnya yang $113,5 juta. Dijelaskan, ini gara-gara over supply pesawat pada Malaysia AirAsia, sehingga marjin keuntungan tergerus. Selain itu, Thailand AirAsia tergerus pendapatannya akibat krisis politik dan keamanan yang sempat melanda negara tersebut.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2014, Malaysia AirAsia menyumbang 49,9 persen pendapatan AirAsia. Yang terbesar kedua adalah Thailand AirAsia (26,9 persen), lalu Indonesia AirAsia (17,4 persen) dan Filipina (5,8 persen). (kd)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.