BI Tidak Perlu "Over Action" Naikkan BI Rate: Juniman Ekonom BII
Pelemahan rupiah banyak di sebabkan faktor eksternal masih dalam situasi "Lampu Kuning" dan belum membahayakan
Pelemahan rupiah banyak di sebabkan faktor eksternal masih dalam situasi "Lampu Kuning" dan belum membahayakan
Bareksa.com - The Federal Reserve berencana menaikkan suku bunga acuannya (Fed Fund Rate) sebagai langkah lanjutan dari perbaikan ekonomi Amerika. Ini menjadi sentimen negatif bagi pergerakan kurs rupiah terhadap dolar karena dana asing yang berada di Indonesia bisa sewaktu-waktu keluar dan menyebabkan permintaan dolar menjadi semakin tinggi.
Bank Indonesia (BI), sebagai pengambil kebijakan moneter, diharapkan mengendalikan kondisi agar rupiah tidak jatuh lebih dalam. BI bisa saja meningkatkan suku bunga acuan, namun tetap harus berhati-hati karena suku bunga yang terlalu tinggi dapat menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Lalu, langkah apa yang paling tepat untuk mengantisipasi kebijakan The Fed?
Promo Terbaru di Bareksa
Ekonom BII, Juniman, kepada Bareksa.com berpendapat BI tidak perlu "over action" untuk menaikan BI Rate. Dengan cadangan devisa yang cukup tinggi saat ini, BI bisa melakukan lebih banyak intervensi ke pasar untuk mengendalikan rupiah.
Juniman mengatakan, pelemahan rupiah yang banyak di sebabkan faktor eksternal ini masih dalam situasi "lampu kuning" dan belum terlalu membahayakan. Apalagi, tekanan yang terjadi di akhir tahun adalah hal wajar karena banyak perusahaan yang membutuhkan dolar untuk melunasi utang.
Selain itu, menurut Juniman, kondisi volume perdagangan spot rupiah yang masih tipis juga dapat dimanfaatlkan BI agar intervensi menjadi lebih efektif.
Ekonom Bank Danamon, Dian Yustina, mengatakan BI tidak bisa telalu tinggi menaikan BI Rate karena akan menghambat pertumbuhan tahun 2015. Ia menyayangkan langkah BI yang terlalu cepat menaikan BI Rate bulan lalu sebesar 25 basis poin.
"Seharusnya BI bisa simpan amunisi untuk menghadapi challange yang lebih besar di tahun 2015,"
Menurutnya, yang terpenting bagi BI saat ini adalah menjaga presepsi dan menenangkan pasar yang cenderung panik. Namun ia juga berpendapat bahwa BI bisa meningkatkan suku bunga 25 basis poin menjadi 8% jika peningkatan fed rate benar benar memberi pengaruh besar ke pasar keuangan.
Terkait dengan intervensi, menurutnya BI masih dapat melakukan hal tersebut dengan tujuan untuk menjaga volatilitas. Kondisi volume perdagangan pasar spot rupiah yang rendah memang dapat menyababkan volatilitas tinggi. Untuk itu menurut Dian, BI juga perlu melakukan pendalaman pasar keuangan.(al)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.