BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Menguatnya Dolar Buat Beban Utang Luar Negeri Bengkak, Indosat Paling Riskan

Bareksa12 Desember 2014
Tags:
Menguatnya Dolar Buat Beban Utang Luar Negeri Bengkak, Indosat Paling Riskan
Director & Chief Commercial Officer Indosat Erik Meijer (kiri) dan Group Head Segment Management David Murphy (kanan) berbincang dengan Indonesia Carrier Relations Senior Manager RIM Jon Borroff di Jakarta (Antara Foto/Audy Alwi)

Nilai rasio Interest Coverage Indosat jauh lebih kecil dibandingkan batas minimum.

Bareksa.com – Hari ini, nilai tukar rupiah melemah 98,5 poin menjadi Rp 12.448,5 per dolar AS didorong penguatan dolar AS terhadap seluruh mata uang global. Pelemahan Rupiah yang terjadi berpotensi meningkatkan nilai utang luar negeri (ULN) Indonesia, terutama utang pihak korporasi swasta. (baca juga: Rupiah tembus Rp12.427 per dolar akibat minyak capai level terendah dalam 5 tahun).

Di bulan Oktober saja, utang luar negeri korporasi naik dua persen menjadi $159,3 miliar dari bulan sebelumnya sebesar $156,2 miliar. Padahal, nilai tukar rupiah saat itu Rp11.980-12.020 per dolar AS, lebih baik dari saat ini.

Gubernur BI Agus Martowardjojo juga telah mengingatkan pada korporasi untuk berhati-hati dalam mengelola utang dalam bentuk mata uang asing. Jika tidak, Agus mengkhawatirkan krisis di tahun 1997-1998 dapat terulang.

Promo Terbaru di Bareksa

“Nanti gagal bayar, tidak bisa diperpanjang. Kalau mau, cari pinjaman yang 10-20 tahun,” katanya.

Kenaikan ULN pihak korporasi juga dapat dilihat dari naiknya total nilai ULN perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Per akhir September 2014, total utang tersebut meningkat menjadi $3,15 triliun dari sebelumnya $2,57 triliun pada tahun 2013.

Peningkatan nilai utang tersebut tidak terlepas dari tingginya suku bunga pinjaman di dalam negeri, sehingga banyak perusahaan yang berusaha mencari sumber pendanaan lain di luar negeri.

Perbandingan Utang Perusahaan dalam Dolar AS Tahun 2013 dan Kuartal III-2014

Illustration

Sumber: Perusahaan, diolah Bareksa.com

Kinerja ketujuh perusahaan di atas patut diamati, karena pendapatan mereka sebagian besar dalam rupiah sedangkan beban utang yang harus di bayar dalam bentuk dolar AS. Terlebih, di tengah kondisi pelemahan rupiah saat ini, besar kemungkinan ketujuh perusahaan tersebut akan mengalami kerugian akibat selisih kurs.

Jika dibandingkan, diantara ketujuh perusahaan tersebut, kinerja PT Indosat Tbk (ISAT) termasuk yang perlu diwaspadai. Pasalnya, selain nilai utang dolar yang tinggi, ISAT juga memiliki rasio interest coverage ISAT yang paling rendah.

Interest coverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga. Nilai interest coverage ratio untuk perusahaan yang sehat haruslah di atas 1x.

Jika nilai interest coverage ratio berada di bawah 1x, maka perusahaan tersebut menunjukan adanya masalah dalam menghasilkan cash flow untuk membayar beban bunga. Perusahaan tersebut juga berpotensi mengalami kebangkrutan jika pendapatan perusahaan tersebut mengalami penurunan.

Sementara, nilai interest coverage ratio ISAT tercatat hanya 0,25x, jauh lebih kecil dibandingkan interest coverage TBIG yang utang dalam dolarnya lebih tinggi.(al)

Perbandingan Utang Perusahaan dalam Dolar AS Tahun 2013 dan Kuartal III-2014

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,58%
Up4,31%
Up7,57%
Up8,73%
Up19,20%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,44%
Up4,48%
Up7,05%
Up7,51%
Up2,61%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,97%
Up7,04%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,13

Up0,53%
Up3,89%
Up6,64%
Up7,38%
Up16,99%
Up40,43%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,87%
Up6,51%
Up7,19%
Up20,23%
Up35,64%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua