Historis, Inflasi September-Oktober Rendah; Ruang Bagi Jokowi Naikkan BBM
Selain itu, BI masih menahan BI Rate di level 7,5% untuk antisipasi kenaikan inflasi.
Selain itu, BI masih menahan BI Rate di level 7,5% untuk antisipasi kenaikan inflasi.
Bareksa.com - Dalam siklus inflasi di Indonesia, di periode September dan Oktober angka inflasi selalu berada di level yang rendah. Grafik yang diolah dari data Bareksa.com menunjukkan kecenderungan ini.
Ini karena mayoritas warga Indonesia adalah muslim dan sekitar bulan Juli-Agustus merayakan Hari Raya Idul Fitri. Di bulan Ramadan dan Hari Kemenangan, tingkat konsumsi masyarakat selalu meningkat, termasuk bahan bakar minyak (BBM). Akibatnya, harga-harga naik, khususnya barang konsumsi dan transportasi.
Yang perlu dicatat, angka inflasi yang cenderung rendah setelah Hari Raya itu tidak serta-merta harga barang konsumsi turun. Ini mencerminkan harga barang sudah tidak lagi naik dibandingkan sebelumnya. Contohnya jika pada saat Lebaran harga beras Pandan Wangi meroket 30 persen menjadi Rp13.000 per kg dari sebelumnya Rp10.000 per kg, di bulan berikutnya harga beras tidak kembali naik, sehingga tidak mendorong inflasi.
Promo Terbaru di Bareksa
Selain September-Oktober, angka inflasi yang rendah juga terjadi pada periode Februari-Maret.
Mempertimbangkan data historis ini, rencana pemerintahan Jokowi-JK untuk menaikan harga BBM bersubsidi di bulan November mendatang didasarkan pada pemilihan waktu yang tepat. Impak kenaikan harga yang bakal terjadi tidak akan menjadi terlalu besar karena berlangsung pada periode di mana laju inflasi cenderung rendah.
Sumber: Bareksa.com
Selain itu, langkah penanggulangan inflasi juga dapat segera dilakukan pemerintah. Bank Indonesia saat ini masih mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) pada level 7,5 persen, yang antara lain ditujukan untuk memberi ruang bagi pemerintahan baru menaikkan harga BBM.
Inflasi tahunan pada September 2014 sebesar 4,53 persen, sementara BI Rate masih ditahan di level 7,5 persen. Ini akan membuat suku bunga riil masih berada pada level positif 2,97 persen. Artinya, ruang ini dipertahankan BI atas dasar proyeksi bahwa di bulan-bulan berikutnya akan terjadi kenaikan inflasi, yang kemungkinan besar bakal didongkrak oleh naiknya harga BBM bersubsidi.
Selengkapnya, data makro ekonomi di atas dapat diakses dengan mengklik tautan ini. (kd)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.